Hai guys
Selamat datang di blog aku
Kalau sebelumnya aku ngepost teks ulasan novel Ayah karya Andrea Hirata, sekarang aku mau berbagi tentang teks ulasan cerpen Emak dan Sepotong Roti
Selamat membaca 😃😍
Selamat datang di blog aku
Kalau sebelumnya aku ngepost teks ulasan novel Ayah karya Andrea Hirata, sekarang aku mau berbagi tentang teks ulasan cerpen Emak dan Sepotong Roti
Selamat membaca 😃😍
Teks Ulasan Cerpen Emak dan Sepotong Roti
Orientasi
|
Emak dan
Sepotong Roti adalah salah satu karya sastra dari Caswati. Caswati merupakan
perempuan kelahiran Jakarta pada tanggal 23 September 1989. Ia merupakan
mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Gajah
Mada (UGM), Yogyakarta. Cerpen Emak dan Sepotong Roti ini diikutsertakan
Lomba dalam Rangka Bulan Bahasa dan Sastra pada tahun 2007, yang diadakan
oleh Departemen Pendidikan Nasional Pusat Balai Bahsa Yogyakarta.
Cerita Emak
dan Sepotong Roti ini bercerita tentang perjuangan seorang Ibu yang rela
bekerja keras membanting tulang demi mencukupi kebutuhan dua anaknya, yakni
Dani dan Dina, setelah ditinggal mati sang suami. Hal ini dilakukan karena ia
tak ingin kedua anaknya merasakan kesulitan dan kesengsaraan yang dialaminya
selama ini. Selain itu, juga tentang sang anak yang menghormati dan membantu
Emak.
|
Tafsiran
|
Kemarau
berkepanjangan hingga bulan Desember ini, mengakibatkan sungai yang dijadikan
sumber air oleh penduduk mengering dan hanya meninggalkan batu terjal,
sehingga ditinggalkan oleh penduduknya. Kecuali, Emak. Emak awalnya bekerja
sebagai buruh cuci, kemudian buruh tani, ia juga sempat menjadi buruh pikul,
lalu sekarang menjadi pengumpul dan pemecah batu sungai. Ini dilakukan untuk
mencukupi kebutuhan keluarga, terutama kedua anaknya. Ia tak ingin anaknya
merasakan kesulitan dan kesengsaraan yang dialaminya selama ini.
Hingga suatu
ketika pada hari Minggu, Dani pergi bersama adiknya, Dina, ke sungai tempat
Emak bekerja. Namun, ketika sampai, Emak menyuruh Dani pulang dan bermain
bersama Dina. Ia akhirnya beranjak dan mengajak Dina pulang. Ia berjalan
perlahan. Dani dan Dina dikejutkan dengan suara jeritan Emak. Mereka menoleh
dan mendapati Emak terkulai lemas dengan tangan kiri yang bercucuran darah.
Sejak itu,
Emak tidak bisa bekerja lagi, menjadi pendiam dan sering melamun bahkan
hingga menangis. Dani sangat ingin membawa Emak berobat. Namun, lagi-lagi
biaya yang menjadi kendalanya. Sehingga Emak hanya mendapat pengobatan
seadanya.
Suatu pagi,
ketika akan berangkat sekolah, Dani merasa khawatir jika meninggalkan Emak
karena kesehatan Emak menurun selama tiga hari terakhir. Ia berniat membolos
sehari untuk menjaga Emak. Namun, Emak tetap menyuruhnya sekolah agar dapat
menjadi orang yang berhasil. Akhirnya, dengan berat hati Ia berangkat
sekolah.
Dani pulang
ketika azan Isya’ berkumandang. Ketika masuk, Dani tersenyum karena mendapati
sebuah kue dengan lilin yang menyala di atas meja. Dina yang melihat kakaknya
telah pulang, berkata bahwa kue tersebut untuk Dani dan berkata bahwa Emak
berpesan agar Dani membangunkannya ketika pulang ke rumah.
Dani
mendekati Emak, kemudian membangunkannya. Awalnya, Dani berpikir Emak telah
terlelap, ketika Emak tetap bergeming. Namun, ketika Dani telah membangunkan
Emak dengan suara lebih keras berulang kali, ia merasa khawatir. Dani
membalikan kepala Emak, ia mendapati seulas senyum tipis di wajah Emak. Lalu,
ia sadar bahwa ia telah kehilangan sesuatu yang berharga. Emaknya telah
meninggal dunia.
|
Evaluasi
|
Cerpen Emak
dan Sepotong Roti ini, bukan tentang masalah percintaan antar lawan jenis.
Namun, cerpen ini berkisah tentang perjuangan dalam menjalani hidup.
Kelebihan
cerpen Emak dan Sepotong Roti karya Caswati adalah alur cerita yang mudah
dipahami, kata yang (kebanyakan) merupakan kata sederhana dan membuat pembaca
ikut terhanyut dalam cerita tersebut.
Sedangkan,
kekurangannya adalah ada beberapa kata yang tidak menggunakan bahasa
Indonesia yang baku, sehingga ada pembaca yang bingung.
|
Rangkuman
|
Cerpen Emak
dan Sepotong Roti karya Caswati ini cocok untuk para remaja masa kini karena
cerpen ini berkisah tentang perjuangan Emak demi kedua anaknya dan Dani, sang
anak, yang menghormati, menyanyangi dan sering membantu Emak. Cerpen ini bisa
menjadi teladan karena mengajarkan kepada pembaca agar bekerja keras,
optimis, bertanggung jawab, menghormati dan membantu orang lain.
|
Unsur Intrinsik
1.
Tema
: Perjuangan seorang
ibu demi kehidupan layak untuk anaknya.
2.
Plot
a.
Pengenalan : Kemarau
berkepanjangan hingga bulan Desember ini, mengakibatkan sungai yang dijadikan
sumber air oleh penduduk mengering dan hanya meninggalkan batu terjal, sehingga
ditinggalkan oleh penduduknya. Kecuali, Emak. Emak awalnya bekerja sebagai
buruh cuci, kemudian buruh tani, ia juga sempat menjadi buruh pikul, lalu
sekarang menjadi pengumpul dan pemecah batu sungai. Ini dilakukan untuk
mencukupi kebutuhan keluarga, terutama kedua anaknya. Ia tak ingin anaknya
merasakan kesulitan dan kesengsaraan yang dialaminya selama ini.
b.
Konflik : Hingga suatu ketika pada hari Minggu, Dani pergi bersama adiknya,
Dina, ke sungai tempat Emak bekerja. Namun, ketika sampai, Emak menyuruh Dani
pulang dan bermain bersama Dina. Ia akhirnya beranjak dan mengajak Dina pulang.
Ia berjalan perlahan. Dani dan Dina dikejutkan dengan suara jeritan Emak.
Mereka menoleh dan mendapati Emak terkulai lemas dengan tangan kiri yang
bercucuran darah.
c.
Klimaks : Sejak itu, Emak tidak bisa bekerja lagi, menjadi pendiam dan sering
melamun bahkan hingga menangis. Dani sangat ingin membawa Emak berobat. Namun,
lagi-lagi biaya yang menjadi kendalanya. Sehingga Emak hanya mendapat
pengobatan seadanya. Suatu pagi, ketika akan berangkat sekolah, Dani merasa
khawatir jika meninggalkan Emak karena kesehatan Emak menurun selama tiga hari
terakhir. Ia berniat membolos sehari untuk menjaga Emak. Namun, Emak tetap
menyuruhnya sekolah agar dapat menjadi orang yang berhasil. Akhirnya, dengan
berat hati Ia berangkat sekolah.
d.
Penyelesaian : Dani pulang ketika azan Isya’ berkumandang. Ketika masuk, Dani
tersenyum karena mendapati sebuah kue dengan lilin yang menyala di atas meja.
Dina yang melihat kakaknya telah pulang, berkata bahwa kue tersebut untuk Dani
dan berkata bahwa Emak berpesan agar Dani membangunkannya ketika pulang ke
rumah. Dani mendekati Emak, kemudian membangunkannya. Awalnya, Dani berpikir
Emak telah terlelap, ketika Emak tetap bergeming. Namun, ketika Dani telah
membangunkan Emak dengan suara lebih keras berulang kali, ia merasa khawatir.
Dani membalikan kepala Emak, ia mendapati seulas senyum tipis di wajah Emak.
Lalu, ia sadar bahwa ia telah kehilangan sesuatu yang berharga. Emaknya telah
meninggal dunia.
3.
Alur
: Maju
4.
Karakter
a.
Emak
·
Pekerja
keras = Dari buruh cuci,
buruh tani, buruh pikul hingga pengumpul dan pemecah batu dilakoninya demi
memenuhi kebutuhan keluarga, terutama agar anaknya tetap sekolah.
·
Optimis = Bagi Emak, tidak
selamanya kemarau dan kekeringan yang sering melanda desa selalu membawa
kerugian dan penderitaan.
·
Bertanggung
jawab = Tepatnya, Emak menjadi tulang
punggung keluarga sejak meninggalnya bapak empat tahun yang lalu akibat epidemi
yang melanda desa kami.
b.
Dani
·
Membantu
orang tua = Jujur saja, Dani cukup
senang bisa membantu Emak bekerja, walaupun hanya mengangkuti batu dari kali ke
bawah pohon nangka ke tepian sungai.
·
Menuruti
orang tua = Berat, Dani menurut juga
5.
Latar
a.
Waktu :
·
Siang
hari
·
Bulan
Desember
·
Seusai
mengantar Dina sekolah
·
Hari
Minggu
·
Sejak
tangan kirinya terluka
·
Samar-samar
dari balik pekatnya malam
·
Usai
salat Subuh
·
Azan
Isya’
·
Tiga
detik kemudian
b.
Tempat :
·
Desa
·
Sungai
·
Di
bawah sebatang pohon nangka
·
Di
bale-bale rumah
·
Ranjang
·
Di
ruang tengah berlantai tanah
·
Di
atas meja
·
Ke
sebelah kiri Emak
c.
Suasana :
·
Bingung = Dani terhenyak, bingung memandangi
Emak yang tiba-tiba terasa asing.
·
Terkejut = Dani, matanya langsung membelalak
begitu melihat tangan kiri Emak terkulai di atas tumbukan batu dengan darah
yang mengucur deras, sementara palu besi yang semula digunakan untuk memecah
batu tergetak tak berguna.
·
Frustasi = Tampak jelas di wajah senjanya
Emak memikirkan sesuatu, sesuatu yang membuatnya tampak frustasi.
·
Khawatir = Dia merasa begitu karena sudah tiga
hari ini kesehatan Emak makin menurun.
·
Bahagia = Emak tersenyum memandangi punggung
anak sulungnya yang tampak bersahaja.
6.
Sudut
Pandang : orang ketiga è Emak (tokoh utama)
Unsur Ekstrinsik
Caswati
merupakan perempuan kelahiran Jakarta pada tanggal 23 September 1989. Ia
merupakan mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya di
Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta. Bertempat tinggal di GMNU, Jalan H.
O. S. Cokroaminoto TR III/890B, Gg. Ngadimulyo, Sudagaran, Yogyakarta, telepon
(0274) 619730.
Cerpen
Emak dan Sepotong Roti ini diikutsertakan Lomba dalam Rangka Bulan Bahasa dan
Sastra pada tahun 2007, yang diadakan oleh Departemen Pendidikan Nasional Pusat
Balai Bahsa Yogyakarta.
Terima kasih atas kunjungannya
Ketemu di artikel aku yang lain ya
Terima kasih atas kunjungannya
Ketemu di artikel aku yang lain ya
Komentar
Posting Komentar