Hai...
Ketemu lagi di blog milikku
Aku mau berbagi tentang makalah budaya Lampung
Walaupun aku orang Jawa asli tapi, tidak menutup kemungkinan aku untuk mengenal budaya lain
Di awal aku mau bilang dulu, artikel kali ini isinya panjang
Jadi, bersiaplah kalian bertemu dengan ribuan kata di bawah 😂😅






















1. Musik Tradisional
Tabuh Salimpat













Ketemu lagi di blog milikku
Aku mau berbagi tentang makalah budaya Lampung
Walaupun aku orang Jawa asli tapi, tidak menutup kemungkinan aku untuk mengenal budaya lain
Di awal aku mau bilang dulu, artikel kali ini isinya panjang
Jadi, bersiaplah kalian bertemu dengan ribuan kata di bawah 😂😅
Proyek
Keragaman
Budaya Provinsi Lampung

Nama :
Briliana Aura Safitri
No. Absen : 11
Kelas : 8A
SMP
Negeri 1 Salaman
Tahun
Pelajaran 2016/2017
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
nikmat-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas proyek dengan tepat waktu guna
memenuhi tugas Ilmu Pengetahuan Sosial.
Dalam penyusunannya, saya mengucapkan terimakasih kepada Guru Ilmu
Pengetahuan Sosial saya yaitu Ibu Asih Hardjanti, S.Pd yang telah memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga makalah tugas proyek ini memberikan manfaat.
Meskipun saya berharap isi dari makalah tugas proyek saya ini bebas
dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas proyek Ilmu
Pengetahuan Sosial ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga hasil makalah tugas proyek saya ini bermanfaat.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga hasil makalah tugas proyek saya ini bermanfaat.
Magelang, 12 April
2017
Penyusun
Daftar
Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................ 2
Daftar Isi ................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan dan Manfaat .......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Lampung dan
Asal-Usul ...................................................................... 5
2.1.1 Alat Musik
Tradisional ........................................................................... 10
2.1.2 Batik Khas ............................................................................................... 13
2.1.3 Lagu
Daerah ............................................................................................ 17
2.1.4 Makanan
Khas ........................................................................................ 21
2.1.5 Musik
Tradisional ................................................................................... 28
2.1.6 Pakaian
Adat ........................................................................................... 29
2.1.7 Rumah Adat ............................................................................................ 33
2.1.8 Seni
Pertunjukan ..................................................................................... 35
2.1.9 Senjata
Tradisional ................................................................................. 39
2.1.10 Tarian
Tradisional ................................................................................. 43
2.1.11 Upacara
Adat ........................................................................................ 50
Kata Penutup .......................................................................................................... 59
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Terkait
dengan uraian di atas, maka untuk lebih memperdalam pengetahuan mengenai keragaman
budaya di sini kita akan membahas sedikit mengenai keragaman budaya Lampung.
1.2
Rumusan
Masalah
Dalam makalah tugas proyek tentang keragaman budaya provinsi
Lampung meliputi:
1.
Sejarah
dan Asal-Usul
2.
Alat
Musik Tradisional
3.
Batik
Khas
4.
Lagu
Daerah
5.
Makanan
Khas
6.
Musik
Tradisional
7.
Pakaian
Adat
8.
Rumah
Adat
9.
Seni
Pertunjukan
10.
Senjata
Tradisional
11.
Tarian
Tradisional
12.
Upacara
Adat
1.3
Tujuan
dan Manfaat
Tujuan
pembuatan makalah tugas proyek ini adalah untuk memenuhi tugas proyek Ilmu
Pengetahuan Sosial dan mengetahui keberagaman budaya yang ada di Indonesia,
dalam makalah ini provinsi Lampung. Secara terperinci tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah :
1.
Mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan
masyarakat tentang budaya Lampung.
2. Mengetahui sampai sejauh mana perkembangan
kebudayaan Lampung.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Lampung dan Asal-Usul
Secara
astronomis terletak antara 103º 40' - 105º 50' BT dan 6º 45' - 3º 45' LS. Lampung
lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum
itu Provinsi Lampung merupakan Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi
Sumatera Selatan.
Kendatipun
Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 maret 1964 tersebut secara administratif
masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan, tapi daerah ini jauh
sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar
serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khasanah adat
budaya di Nusantara yang tercinta ini. Oleh karena itu pada zaman VOC daerah Lampung
tidak terlepas dari incaran penjajahan Belanda.
Tatkala
Banten di bawah pimpinan Sultan Agung Tirtayasa (16511683) Banten berhasil
menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC di perairan Jawa, Sumatra
dan Maluku. Sultan Agung ini dalam upaya meluaskan wilayah kekuasaan Banten
mendapat hambatan karena dihalangi VOC yang bercokol di Batavia. Putra Sultan
Agung Tirtayasa yang bernama Sultan Haji diserahi tugas untuk menggantikan kedudukan
mahkota kesultanan Banten.
Dengan
kejayaan Sultan Banten pada saat itu tentu saja tidak menyenangkan VOC, oleh
karenanya VOC selalu berusaha untuk menguasai kesultanan Banten. Usaha VOC ini
berhasil dengan jalan membujuk Sultan Haji sehingga berselisih paham dengan
ayahnya Sultan Agung Tirtayasa. Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, Sultan
Haji meminta bantuan VOC dan sebagai imbalannya Sultan Haji akan menyerahkan
penguasaan atas daerah Lampung kepada VOC. Akhirnya pada tanggal 7 April 1682
Sultan Agung Tirtayasa disingkirkan dan Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan
Banten.
Dari
perundingan antara VOC dengan Sultan Haji menghasilkan sebuah piagam dari
Sultan Haji tertanggal 27 Agustus 1682 yang isinya antara lain menyebutkan
bahwa sejak saat itu pengawasan perdagangan rempah-rempah atas daerah Lampung
diserahkan oleh Sultan Banten kepada VOC yang sekaligus memperoleh monopoli
perdagangan di daerah Lampung.
Pada
tanggal 29 Agustus 1682 iringiringan armada VOC dan Banten membuang sauh di
Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur dengan membawa surat
mandat dari Sultan Haji dan ia mewakili Sultan Banten. Ekspedisi Vander Schuur
yang pertama ini ternyata tidak berhasil dan ia tidak mendapatkan lada yang
dicari-carinya. Agaknya perdagangan langsung antara VOC dengan Lampung yang
dirintisnya mengalami kegagalan, karena ternyata tidak semua penguasa di
Lampung langsung tunduk begitu saja kepada kekuasaan Sultan Haji yang bersekutu
dengan kompeni, tetapi banyak yang masih mengakui Sultan Agung Tirtayasa sebagai
Sultan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai musuh.
Sementara
itu timbul keraguan dari VOC apakah benar Lampung berada di bawah Kekuasaan
Sultan Banten, kemudian baru diketahui bahwa penguasaan Banten atas Lampung
tidak mutlak.
Penempatan
wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut "Jenang" atau
kadang disebut Gubernur hanyalah dalam mengurus kepentingan perdagangan hasil
bumi (lada).
Sedangkan
penguasa-penguasa Lampung asli yang terpencar pada tiap-tiap desa atau kota
yang disebut "Adipati" secara hirarkis tidak berada di bawah
koordinasi penguasaan Jenang/ Gubernur. Jadi penguasaan Sultan Banten atas
Lampung adalah dalam hal garis pantai saja dalam rangka menguasai monopoli arus
keluarnya hasil-hasil bumi terutama lada, dengan demikian jelas hubungan Banten-Lampung
adalah dalam hubungan saling membutuhkan satu dengan lainnya. melepaskan daerah
Lampung kepada Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah
jajahan Belanda. Namun setelah Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun
1829 ditunjuk Residen Belanda untuk Lampung.
Dalam
pada itu sejak tahun 1817 posisi Radin Inten semakin kuat, dan oleh karena itu
Belanda merasa khawatir dan mengirimkan ekspedisi kecil di pimpin oleh Assisten
Residen Krusemen yang menghasilkan persetujuan bahwa :
1 Radin
Inten memperoleh bantuan keuangan dari Belanda sebesar f. 1.200 setahun.
2 Kedua
saudara Radin Inten masing-masing akan memperoleh bantuan pula sebesar f. 600
tiap tahun.
3 Radin
Inten tidak diperkenankan meluaskan lagi wilayah selain dari desa-desa yang
sampai saat itu berada di bawah pengaruhnya.
Tetapi
persetujuan itu tidak pernah dipatuhi oleh Radin Inten dan ia tetap melakukan
perlawanan-perlawanan terhadap Belanda.
Oleh
karena itu pada tahun 1825 Belanda memerintahkan Leliever untuk menangkap Radin
Inten, namun dengan cerdik Radin Inten dapat menyerbu benteng Belanda dan
membunuh Liliever dan anak buahnya. Akan tetapi karena pada saat itu Belanda
sedang menghadapi perang Diponegoro (1825 1830), maka Belanda tidak dapat
berbuat apa-apa terhadap peristiwa itu. Tahun 1825 Radin Inten meninggal dunia
dan digantikan oleh Putranya Radin Imba Kusuma.
Setelah
Perang Diponegoro selesai pada tahun 1830 Belanda menyerbu Radin Imba Kusuma di
daerah Semangka, kemudian pada tahun 1833 Belanda menyerbu benteng Radin Imba
Kusuma, tetapi tidak berhasil mendudukinya. Baru pada tahun 1834 setelah
Asisten Residen diganti oleh perwira militer Belanda dan dengan kekuasaan
penuh, maka Benteng Radin Imba Kusuma berhasil dikuasai.
Radin
Imba Kusuma menyingkir ke daerah Lingga, namun penduduk daerah Lingga ini
menangkapnya dan menyerahkan kepada Belanda. Radin Imba Kusuma kemudian di
buang ke Pulau Timor.
Dalam
pada itu rakyat dipedalaman tetap melakukan perlawanan, "Jalan Halus"
dari Belanda dengan memberikan hadiah-hadiah kepada pemimpin-pemimpin perlawanan
rakyat Lampung ternyata tidak membawa hasil. Belanda tetap merasa tidak aman,
sehingga Belanda membentuk tentara sewaan yang terdiri dari orang-orang Lampung
sendiri untuk melindungi kepentingan-kepentingan Belanda di daerah Telukbetung
dan sekitarnya. Perlawanan rakyat yang digerakkan oleh putra Radin Imba Kusuma
sendiri yang bernama Radin Inten II tetap berlangsung terus, sampai akhirnya
Radin Inten II ini ditangkap dan dibunuh oleh tentara-tentara Belanda yang
khusus didatangkan dari Batavia.
Sejak
itu Belanda mulai leluasa menancapkan kakinya di daerah Lampung. Perkebunan
mulai dikembangkan yaitu penanaman kaitsyuk, tembakau, kopi, karet dan kelapa
sawit. Untuk kepentingan-kepentingan pengangkutan hasil-hasil perkebunan itu
maka tahun 1913 dibangun jalan kereta api dari Telukbetung menuju Palembang.
Hingga
menjelang Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 dan periode perjuangan
fisik setelah itu, putra Lampung tidak ketinggalan ikut terlibat dan merasakan
betapa pahitnya perjuangan melawan penindasan penjajah yang silih berganti.
Sehingga pada akhirnya sebagai mana dikemukakan pada awal uraian ini pada tahun
1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat I Provinsi
Lampung. Kejayaan Lampung sebagai sumber lada hitam pun mengilhami para
senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan, ketika Lampung diresmikan
menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam menjadi salah satu bagian
lambang daerah itu. Namun, sayang saat ini kejayaan tersebut telah pudar.yang
ada sekaranga adalah bandar lampung menjadi salah satu objek wisata yang
menerik di antara nya pulau pasir, pasir putih dan lembah hijau.
Asal-Usul
Lampung
Asal-usul
ulun Lampung (orang Lampung) erat kaitannya dengan istilah Lampung
sendiri. Pada abad ke VII orang di negeri Cina sudah membicarakan suatu
wilayah di daerah Selatan (Namphang) dimana terdapat kerajaan yang
disebut Tolang Pohwang, To berarti orang dan Lang Pohwang adalah Lampung.
nama Tolang, Po’hwang berarti “orang Lampung” atau “utusan dari Lampung”
yang datang dari negeri Cina sampai abad ke 7.Terdapat bukti kuat bahwa
Lampung merupakan bagian dari Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Jambi
dan menguasai sebagian wilayah Asia Tenggara termasuk Lampung dan
berjaya hingga abad ke11.
Dalam
kronik Taipinghuanyuchi dari abad kelima Masehi, disebutkan nama-nama
negeri di kawasan Nanhai (“Laut Selatan”), antara lain dua buah
negeri yang disebutkan berurutan: Tolang dan Pohwang.
Negeri
Tolang hanya disebut satu kali, tetapi negeri Pohwang cukup
banyak disebut, sebab negeri ini mengirimkan utusan ke negeri Cina tahun
442, 449, 451, 459, 464 dan 466. Prof. Gabriel Ferrand, pada tulisannya dalam
majalah ilmiah Journal Asiatique, Paris, 1918, hal. 477, berpendapat
bahwa kedua nama itu mungkin hanya satu nama: Tolangpohwang, lalu negeri
itu dilokasikan Ferrand di daerah Tulangbawang, Lampung.
Prof.
Purbatjaraka, dalam bukunya Riwajat Indonesia I, Jajasan Pembangunan, Djakarta,
1952, hal. 25, menyetujui kemungkinan adanya kerajaan Tulangbawang,
meskipun diingatkannya bahwa anggapan itu semata-mata karena menyatukan
dua toponimi dalam kronik Cina.
Bahasa
Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun Lampung di Provinsi
Lampung, selatan Palembang dan pantai barat Banten.
Bahasa
ini termasuk cabang Sundik, dari rumpun bahasa Melayu Polinesia barat dan
dengan ini masih dekat berkerabat dengan bahasa Melayu , dan sebagainya.
Berdasarkan
peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek. Pertama, dialek A (api) yang
dipakai oleh ulun Sekala Brak, Melinting Maringgai, Darah Putih Rajabasa, Balau
Telukbetung, Semaka Kota Agung, Pesisir Krui, Ranau, Komering dan Daya (yang
beradat Lampung Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat
Lampung Pepadun). Kedua, subdialek O (nyo) yang dipakai oleh ulun Abung dan
Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun). Dr Van Royen mengklasifikasikan
Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek, yaitu Dialek Belalau atau Dialek Api dan
Dialek Abung atau Nyow.
Aksara
lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki
hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik
berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan
menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris
bawah tetapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan
menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.
Artinya
Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had
Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara Rejang
Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf,
anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda
baca.
Had
Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan
dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.
Aksara
lampung telah mengalami perkembangan atau perubahan. Sebelumnya Had Lampung
kuno jauh lebih kompleks. Sehingga dilakukan penyempurnaan sampai yang dikenal
sekarang. Huruf atau Had Lampung yang diajarkan di sekolah sekarang adalah
hasil dari penyempurnaan tersebut.

2.1.1 Alat Musik Tradisional
1. Alat Musik Bende

Alat musik tradisional Lampung yang pertama bernama Bende. Bende
adalah sebuah alat musik yang bentuknya seperti gong kecil. Alat musik ini
dimainkan dengan cara ditabuh menggunakan pemukul kayu. Selain berfungsi
sebagai alat musik, pada masa silam bende juga mempunyai fungsi seperti
kentongan di Jawa yaitu sebagai penanda pada masyarakat suatu kampung untuk
dapat berkumpul di sumber bunyi. Adapun saat ini, bende umumnya cenderung
digunakan pada saat ada pertunjukan topeng monyet, pengiring tarian adat Lampung,
atau saat ada pesta adat lainnya. Di beberapa daerah, bende juga disebut dengan
nama canang.
2. Alat Musik Cetik atau Gamolan Pekhing

Cetik adalah nama lain dari gamolan pekhing, yaitu sebuah kolintang
terbuat dari bambu yang menghasilkan nada ketika dipukul menggunakan pemukul
khusus. Beberapa ahli sejarah menyebutkan bahwa cetik atau gamolan pekhing dari
Lampung adalah gamelan pertama yang ada di dunia. Gamelan yang dikenal
masyarakat Jawa yang menggunakan logam sebagai sumber bunyi sejatinya adalah
jenis gamolan yang meniru desain dan aturan nada gamolan Pekhing ini. Dengan
kata lain, gamolan pekhing (cetik) merupakan alat musik tradisional Lampung
yang benar-benar berasal dari Lampung. Berikut ini adalah gambar dari Gamolan
Pekhing tersebut dan beberapa alat musik khas Lampung lainnya.
Gamolan ini dimainkan dengan cara dipukul seperti gamelan. Biasanya
musik yang dimainkan dengan gamolan ini diadakan pada saat pelaksanaan
acara-acara adat tertentu di Lampung. Alat musik khas Lampung ini sudah ada
sejak abad ke 4 masehi, akan tetapi sampai dengan saat ini banyak masyarakat
Lampung yang belum mengetahui dari kekayaan alat musik tradisional ini.
Seorang peneliti asal Australia tertarik untuk meneliti alat musik
gamolan ini. Menurutnya alat musik gamolan ini sudah ada dan lebih tua dari
gamelan. Hal ini terbukti dengan ditemukannya gambar gamolan pada relief candi
Borobudur. Gamolan modern yang dapat ditemui di Lampung Barat dan Way Kanan,
memiliki perbedaan dibandingkan dengan gamolan kuno. Gamolan kuno memiliki
delapan bilah bambu yang sejajar di atas satu bongkahan bulat bambu sebesar
sekitar lengan orang dewasa. Delapan bilah bambu masing-masing mewakili delapan
tangga nada, yaitu do re mi fa so la si do. Sementara, gamolan modern hanya
memiliki tujuh bilah bambu yang mewakili tujuh tangga nada. Satu tangga nada
yang hilang adalah tanga nada fa.
3. Alat Musik Serdam

Serdam adalah alat musik tiup tradisional Lampung yang dibuat dari
bambu, persis seperti seruling. Alat musik ini menghasilkan nada pentatonis
saat dituip. Satu hal yang membedakan antara serdam dan seruling di Jawa adalah
jika seruling dapat terdiri atas 7 lubang, maka serdam hanya terdiri dari 5
lubang nada. Serdam memiliki nada dasar G atau DO dan kelima lubang
menghasilkan nada yaitu RE, MI, SOL, LA, dan SI.
4. Alat Musik Kompang

Kompang ialah sejenis alat musik tradisional yang sangat dikenal di
kalangan masyarakat Melayu. Ia termasuk dalam kategori musik gendang. Kulit
kompang biasanya terbuat dari kulit kambing. Alat musik ini berasal dari Arab,
ada juga yang mengatakan bahwa kompang berasal dari Parsi dan digunakan untuk
menyambut kedatangan Rasulullah S.A.W. pada waktu itu. Selain itu, kompang juga
digunakan untuk memberi semangat kepada tentara-tentara Islam ketika berperang.
Kompang terdiri dari berbagai ukuran. Ada yang berukuran garis pusat sepanjang
22.5 cm, 25 cm, 27.5 cm dan ada juga yang mencapai 35 cm. Kompang dimainkan
secara beregu dalam keadaan duduk, berdiri atau berjalan. Jika kompang
dimainkan dalam acara berzanji, pemain akan duduk bersila atau duduk di atas
kursi. Jika dimainkan dalam acara pernikahan dan pawai menyambut pejabat daerah
atau pejabat negara, pemain kompang ini berjalan mengiringi pengantin atau
pejabat daerah, atau pejabat negara tersebut. Kompang dimainkan dengan
menggunakan kedua belah tangan. Sebelah tangan memegang kompang, dan sebelah
tangan lagi memukul kompang. Terdapat tiga rentak dalam permainan kompang,
yaitu rentak biasa, rentak kencet, dan rentak sepulih. Rentak yang biasa dimainkan
ialah rentak biasa. Rentak kencet ialah rentak di tengah-tengah pukulan,
kemudian seolah-olah terhenti seketika. Sedangkan rentak sepulih dimainkan
untuk kembali pada rentak lagu pertama. Alat musik kompang ini harus dijaga
dengan baik. Sebagian masyarakat Melayu percaya bahwa kompang harus diletakkan
pada suatu tempat tertentu, tidak boleh dilangkahi atau dipijak. Jika hal
seperti itu tidak diindahkan, maka orang tersebut akan dirasuki oleh syeikh,
seperti tidak sadarkan diri ketika memukul kompang. Pukulan tersebut terus
dilakukan oleh orang yang kesurupan itu, hingga ia cedera, atau terluka.
5. Alat Musik Gambus

Gambus merupakan salah satu alat musik yang dimainkan dengan cara
dipetik. Alat musik ini memiliki fungsi sebagai pengiring tarian zapin dan nyanyian
pada waktu diselenggarakan pesta pernikahan atau acara syukuran. Alat musik ini
identik dengan nyanyian yang bernafaskan Islam. Bentuknya yang unik seperti
bentuk buah labu siam atau labu air (My) menjadikannya mudah dikenal. Ada
beberapa jenis gambus yang dapat diperoleh di mana saja, terutama di kawasan
tanah Melayu. Jenis-jenis tersebut, seperti gambus yang hanya mempunyai tiga
senar dan ada juga gambus yang mempunyai 12 senar. Jumlah senar biasanya
terpulang pada yang memainkannya. Selain dimainkan secara solo, alat musik ini
dapat juga dimainkan secara berkelompok.
6. Alat Musik Sekhdap dan Bekhdah

Alat musik ini hampir sama dengan Terbangan atau Kerenceng, hanya
saja memiliki ukuran lebih besar bahkan ada yang berdiameter mencapai 100 cm.
7. Alat Musik Kerenceng

Kerenceng atau terbangan ini adalah alat musik yang dibuat dari
kulit kambing dan kayu. Alat musik ini dilengkapi dengan rotan yang digunakan
untuk meregangkan kulit kambing agar suaranya lebih keras. Alat musik ini
dipergunakan untuk mengiringi vokal, baik dalam acara ngarak (buharak) dalam
bentuk tabuh lama (butabuh) dan mengiringi lagu-lagu dalam tubuh baru
(diperbaru).
2.1.2 Batik Khas
Sejarah
menyebutkan, Lampung sudah mengenal seni tekstil sejak abad ke 18. Ragam seni tekstil
Lampung antara lain kain tapis (kain tenun ikat), bidak, sebage, teppal,
selekap, cindai, peleppai (kain bermotif kapal), dan nampan. Namun kebanyakan
orang mengenal Lampung dari kain tapisnya. Kain Tapis merupakan salah satu
jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya
baik terhadap lingkungan maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Kain tapis
digunakan sebagai pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung
terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang
perak atau benang emas dengan sistem sulam. Kain ini biasanya digunakan pada
bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung.
Kain Tapis
Lampung
Tak banyak
yang tau, ternyata Lampung juga memiliki batik dengan corak tersendiri. Batik Lampung
tercipta melalui proses panjang. Batik Lampung mulai berkembang pada tahun
1970-an dan dipelopori oleh Andrean Sangaji (seorang budayawan Lampung). Motif
Lampung memiliki keunikan tersendiri yang sangat berbeda dengan motif wilayah
lain yang ada di Indonesia. Motif batik Lampung sangat dipengaruhi kebudayaan
India, motif Budha sangat kental di dalamnya. Motif yang paling terkenal adalah
motif perahu dan pohon hayat atau pohon kehidupan. Dua motif ini menjadi sangat
khas bagi kebudayaan Lampung dan merupakan trade mark Lampung di mata dunia
internasional. Ini terbukti dengan adanya koleksi kain tradisional Lampung yang
terdapat di beberapa museum di Australia, Hawai dan Amerika. Biasanya
motif-motif tersebut dikenal pada kain Tampan, Palepai dan Tatibin yang biasa
dikerjakan oleh pengrajin di sekitar pesisir.
Batik
Lampung Motif Pohon Hayat
Motif-motif
Batik Lampung yang berkembang saat ini merupakan sebagian diambil dari
motif-motif pada kain tradisional Lampung yang telah berkembang sebelumnya. Banyak
motif batik Lampung modifikasi yang bermunculan. Seperti motif gamolan, siger,
kupu-kupu, dan gajah. Hal tersebut merupakan simbol perkembangan budaya yang
diaplikasikan ke dalam motif batik yang diangkat dari akar budaya daerah
masing-masing.
Batik
Lampung Motif Gajah dan Kapal
Batik
Lampung Motif Kapal
Seiring
dengan bergesernya budaya dari budaya lama menuju budaya modern, segi teknik,
desain maupun proses pembuatan sudah jauh lebih maju dari ratusan tahun yang
lalu. Batik Lampung tetap mengangkat ciri kebudayaan Lampung meski dengan gaya
kontemporer dengan tidak mengurangi makna dan esensi yang terkandung di
dalamnya. Sehingga rasa kebanggaan terhadap budaya Lampung bisa dirasakan bagi
pemakainya dan menjadikan ciri khas atau identitas tersendiri.
Batik
Lampung Gaya Kontemporer
Motif asli
yang tetap eksis yakni batik motif sembagi. Batik sembagi merupakan batik asli
Lampung yang telah diadopsi menjadi kain adat dan sudah disakralkan sebagai
kain penutup mayat. Batik sembagi khusus untuk penutup mayat memiliki corak
warna khusus, yakni gelap. Sedangkan warna-warna terang lebih banyak dipakai
untuk dijadikan sebagai pakaian. Batik sembagi memiliki banyak motif hasil
kreasi, yaitu sembagi belando dan sembagi sekebar. Ciri khas batik Lampung yakni
terdapat gambar bunga kaca piring, sepedundung, dan lain-lain. Motif-motif ini
merupakan motif yang diadopsi oleh masyarakat Lampung.
Batik
Sembagi
Namun ada
pendapat yang berbeda tentang batik sembagi ini. Dalam literatur, disebutkan
kain sembagi adalah kain khas coromandel cloths dari India bukan batik Lampung.
Dalam sejarah batik, Lampung tidak memiliki batik. Kain sembagi yang disebut
batik Lampung itu sebenarnya tidak ada bedanya dengan batik di Jawa, yang juga
disebut serasah atau kumitir. Kain bermotif geometris ini mulai dipopulerkan di
Sumatera Selatan pada abad ke-15 yang pada masa itu pemasarannya dimonopoli
oleh VOC (De Vereenigde Oost Indische Companie). Pendapat lain menyebutkan,
jika batik Lampung sudah ada sejak abad ke-15, yang sering disebut kain
sembagi. Perbedaan pandang tersebut merupakan celah untuk duduk bersama,
kemudian mendiskusikannya dan menelusuri keberadaan batik Lampung. Untuk
melakukannya perlu mengumpulkan bukti-bukti sejarah yang otentik dan literatur
pendukung. Penelusuran ini menjadi penting untuk mencari kesepahaman bersama
tentang keberadaan batik Lampung. Penelusuran ini bisa dilakukan oleh
pemerintah dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari
budayawan, sejarawan, pencinta batik, kaum adat, dan masyarakat pada umumnya.
Tujuannya untuk mengetahui seluk beluk batik Lampung guna merumuskan solusi dan
persespi yang sama agar tidak ada lagi klaim secara sepihak. Selain itu, untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap makna dan hakikat warisan budaya
Lampung. Serta dapat mempublikasikan kebudayaan batik tersebut dan
menetapkannya sebagai warisan budaya Lampung, dan bisa tercatat dalam kerajinan
batik Indonesia.
Dengan
mengambil motif-motif yang khas di sekitar wilayah kota Lampung, batik Lampung
ini mampu memberikan kesegaran baru dalam ragam batik nusantara. Saat ini tak
hanya ke kantor atau acara formal lainnya saja, namun desain pakaian berbahan
dasar batik Lampung pun kini mulai variatif dan fashionable.
Baju Bahan
Batik Lampung
Usaha untuk memajukan
Batik Lampung harus melibatkan semua unsur, baik pemerintah daerah, instansi
swasta, lembaga terkait, maupun para pengrajin. Perkembangan batik saat ini
cukup bagus, dimana semua instansi baik pemerintah maupun swasta mulai
menginstruksikan karyawannya menggunakan batik.
Seiring
sejarah dan upaya yang dilakukan, batik Lampung kini semakin punya pamor.
Kreasi sandang Lampung tidak hanya kain tapis (kain tenun ikat), palepai (kain
kapal), atau sulam usus yang bersifat religius yang dikerjakan secara
turun-temurun oleh masyarakat adat.
Modifikasi
motif batik khas Lampung yang memuat simbol-simbol daerah yang ada di Propinsi
Lampung lakukan agar Lampung tidak tertinggal dengan daerah-daerah lainnya di
Indonesia khususnya corak-corak batik exclusive dan modern.
2.1.3 Lagu Daerah
Cangget Agung
Cipt. Syaiful Anwar
Sesat
agung sai wawai
Talo
butabuh takhi cangget
Gawi
adat tanno tegow
cakak
pepadun
Adat
budayo Lampung
Nayah
temon ragom wawai no
Jepana,
gerudo no
rata
sebatin
Cangget
agung 2x
Muli
batangan
Dilom
kutomaro 2x
Mejeng
busanding
Gawi
adat lampung 2x
Jak
zaman tohow
Lapah
kham jamojamo
Ngelestariko
adat lampung
|
Lipang-Lipang
Dang
Pang
lipang dang pang lipang dang ki lidang
Pang
lipang dang sakik lipang jak kundang
Yu
yu payu yu payu kuterima
Yu
yu payu kaya dia
Api
penggali lawas pakai tembilang besi
Meranai
awas awas meranai awas awas
Nayah
muli membudi
Kipas
pas kipas pulas
Kipas
bulung tembaku
Seratus
limabelas seratus lima belas
Nyak
haga jama niku
Mun
niku kawai handak nyak munih kawai handak
Mun
niku haga di nyak, nyak munih haga diniku 2x
Pang
lipang dang pang lipang dang ki lidang
Pang
lipang dang sakik lipang jak kundang
Yu
yu payu yu payu kuterima
Yu yu payu
kaya dia
|
Tanoh Lado
Jak
Ranau Tigoh Di Teladas
Jak
Palas Munggah Mit Bengkunat
Gunung
Rimba Tiuh Pumatang
PulauPulau
Di
Laok Lepas
Bumiku
Tanoh Lampung Kulawi
Panjak
WahWah
Di
Nusantara
Tani
Tukun Sangun Jak Jebi
Tanoh
Lampung Tanoh Lado
Meregai
Buai Rik Bahasa
Nayah
Sina Tanda Ram Kaya
Adat
Rik Budaya
Suratni
Kaganga
Jadi
Warisan JamaJama
Tabikpun
Jama Sai Tuha Raja
Penyimbang
Sebatin Semerga
Salah
Rik Cempala Tian Sai NguraNgura
Kilu
Tawai Sikam Kiluyang
Bumiku
Tanoh Lampung Kulawi
Panjak
WahWah
Di
Nusantara
Tani
Tukun Sangun Jak Jebi
Tanoh Lampung
Tanoh Lado
|
Sang Bumi Ghuwai
Jughai
Jak
ujung Danau Ghanau
Teliyu
mit Wai Kanan
Sampai
pantai Lawok Jawo
Pesisigh
ghik pepadun
Jadi
sai dilom lambang
Lampung
sai kayo ghayo
Lampung
sai,
Sang
bumi ghua jughai 2x
Ki
gham haga bughasa
Hujauni
pemandangan
Huma
lada di pematang
Apilagi
cengkehni
Telambun
beghuntaian
Tandani
kemakmughan
Lampung
sai,
Sang
bumi ghua jughai 2x
Canggot
pagha penglaku
Sembah
jama sebatin
Sina
gawi adat sikam
Manjau
ghik sebambangan
Taghi
ghakot ghik Melinting
Cihgini ulun
Lampung
|
Bumi Lampung
Sangun
kak jak zaman ho
Lampung
ghadu dikenal
Hasilno
kupi lado
Jadi
idaman kaum modal
Wawai
pemandangannyo
Jak
pinggegh Teluk Lampung
Pek
ulun besokosoko
Lamun
gham di nggak gunung
Sang
Bumi Ghuwa Jughai
Eno
lambang sai agung
Lapah
gham jamojamo
Guwai
ngebangun bumi Lampung
Sang
Bumi Ghuwa Jughai
Eno
lambang sai agung
Lapah
gham jamojamo
Guwai
ngebangun bumi Lampung
|
Muloh Tungga
Teppik
pengkalan mandi
Tinggaldo
indai kanca
Halokwi
antak sinji
Negham
bandung pujama
Induh
kapan masani
Gham
dapok muloh tungga
Kintu
wat salah dighi
Mahaf
keti sai dija
Reff.
Mangkung
tantu kapan masani
Gham
dapok muloh tungga
Sangun
sedih, kik tipubiti
Pulipang
jak pujama 2x
Luhotku
dipuaghi
Sunyinni
sai wat dija
Kintu
telibak dudi
Singgah
di gham dang lupa
|
Teluk Lampung
Jak teluk sampai
panjang
lamun tengah
debingi
lampu sinagh
menyinagh
sehelau
pumandangan
lamun kak
ghani minggu
nayah ulun sai
guk san
bak haga nyari
judu
di saksiko
lautan
ghang laya
helau ghulus
nutuk pinggegh
lautan
Ngiwi bubaghis
lughus
sehelau
pumandangan
lamun jak sana
misan
nyak haga
nyita mulang
nutuk ghik
pumandangan
sayup
mata gham mandang
|
Penyandangan
Mak
ngedok sai umpama
Biti
sakikni badan
Tanjogh
tughun dunia
Ghejiwi
penyandangan
Layin
ulih besuya
Pembagian
jak Tuhan
Kidangwi
payu ghiya
Sakikni
penyandangan
Lah
lawi api daya
Biduk
lebon kayuhan
Lah
lawi api daya
Biduk
lebon kayuhan
Asing
iluk ghik cagha 2x
Supaya
nyampai tujuan
Kidangwi
payu ghiya
Nyak
nunggu kemughahan
Sabagh
daleh bedua
Kekalau
kedolohan
|
Seminung
Seminung
di kala dibi
Cahyani
kuning gegoh emas
Cukutni
hampaghan mata
Tebingni
ngejutko hati
Manukmanuk
behamboghan
Dija
dudi ghagom bepantun
Ngeghasako
angin Seminung
Ceghita
jak zaman saka
Segala
huma di zaman timbai
Tanom
tumbuh tuwoh mak buhantagha
Seminung
sikop dilingkaghi wai
Kughnia Tuhan
Mahakuasa
|
Puncak Sai Indah
Wawai bukit
sai e jou
Pusako gham
jejamo
Pemandangan
cawo tian hou
Dikenal jak
jaman Belando
Di Sukadanaham
tempat nou
Bandar Lampung
kota nou
Puncak sai
indah namo nou
Pakai wisata
agou nou
Matei wawai pemandangan
nou
Teluk Lampung
seluruh nou
Bandar Lampung
sai dikiri nou
Gunung Betung
di kanan nou
Puncak sai
indah 3x
Gham bilang yo
|
Anak Tupai
Ado
sekor anok tupai atah julai mokte
kudung
ekor perut lapar jalan cari makan
Kejadian
tuhan dipanggil nama tupai
asalnya
dale hutan sejenis mamalia
Kalu
pasal jakit kok dehe dialah yg paling pandai
jatuh
jare jare kerana dia tak sobar
Pandai
pandai tupai melompat jatuh tanah jugok
tak
wi gambar ore jahat jale telajok mangok
Ore
jame ritu pakat hambat tupai
bimbe
ko woh kayu takuk tokdan besar
Nyor
derian duku kalu dan nye kerit tupai
pendek
tahun tu nyor derian takdan nak jual
Ore
sekepung tupai sekor berambat hari hari
nya
pakat likung nya pakat pekong tupai takleh lagi
Sakat
bedil ado tupai habih mati
hok
ni lah saya raso kita sangat rugi
Kita
manusio tinggi mana pun kita ngaji
nak
wat tupai sekor tentu sekali nya tak jadi
Loni
kapung atau bandar jare buleh tgk
bapok
tupai ibu tupai jale bawak anok
Rasa
kesian sungguh tgk sekor ke anok tupai
kerana
telajok kuruh sapa tokleh nak niti pagar
Bulu
bulu pun habih luruh air mato bederai derai
mari
dale baruh bekali kena racun tebaka
Ado
sekor anok tupai atah julai mokte
kudung
ekor perut lapar jalan cari makan
|
2.1.4 Makanan Khas
1. Oleh-oleh Khas Lampung – Pempek

Memang terdengar
sama-sama pempek nya, tetapi sebenarnya terdapat sedikit perbedaan. Jika pempek
dari Palembang menggunakan bahan dari ikan belida, berbeda halnya dengan pempek
Lampung. Karena Pempek Lampung ini kebanyakan menggunakan bahan dasar ikan
tengiri. Hal ini karena ikan belida susah didapat di daerah Lampung.
Sebagai gantinya yang
menjadi pilihan adalah ikan tengiri digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan
pempek khas Lampung.
Pempek sendiri adalah
kuliner atau makanan yang terbuat dari bahan utama yakni berupa ikan (di Lampung
menggunakan ikan tenggiri), tepung terigu, telur, tepung tapioka atau sagu,
ditambah lagi dengan bumbu berupa bawang putih, gula, serta garam.
Seperti kebanyakan
pempek, pempek khas Lampung juga dimakan bersamaan dengan menggunakan cuka yang
berasa asam manis yang pedas. Tentunya rasa dari cuka khas Lampung ini berbeda
dengan yang lainnya.
2. Makanan Khas Lampung – Tempoyak

Lampung merupakan salah
satu daerah di Indonesia yang menjadi pusatnya durian. Pada saat musim panen
durian, buah durian bisa kita jumpai di mana saja, paling sering kita jumpai di
sepanjang jalan. Karena banyaknya durian di Provinsi Lampung, jadi tidak heran
kalau masyarakat Lampung membuat makanan khas Lampung yang berbahan dasar
durian.
Salah satu makanan khas
Lampung dari bahan dasar durian adalah tempoyak. Tempoyak juga sering disebut
oleh orang-orang sebagai durian busuk yang enak dan lezat.
Tempoyak ini
dibuat dengan menggunakan daging durian yang telah matang, kemudian dipisahkan
dari bijinya, barulah ditambahkan dengan garam sedikit dan di beri juga dengan cabe
rawit kemudian di simpan dalam wadah yang tertutup dan rapat, barulah disimpan
pada suhu ruangan.
Tempoyak sendiri
adalah buah durian yang difermentasikan. Jadi setelah tadi disimpan dalam wadah
yang tertutup dan rapat selama tiga hingga lima hari, buah durian yang telah terfermantasikan
tersebut dinamakan tempoyak. Rasa dari tempoyak ini asam tetapi masih tersisa
sedikit manisnya.
Tempoyak biasanya
diolah lagi oleh masyarakat Lampung untuk dijadikan sebagai sambal yang biasa
dimakan bersamaan dengan ikan. Tempoyak selain dijadikan sambal juga diolah menjadi
masakan yang lezat seperti gulai tempoyak dan juga pepes tempoyak.
3. Makanan Khas Lampung – Seruit

Masih belum
jauh-jauh denga durian, makanan khas Lampung yang selanjutnya adalah Seruit.
Seruit merupakan makanan khas Lampung yang sangat lezat yang dinikmati bersamaan
dengan menggunakan nasi panas. Rasa dari ikan yang nikmat dapat menambah nafsu
makan kita.
Seruit ini adalah
ikan yang digoreng ataupun dibakar yang kemudian dicampur dengan menggunakan
bumbu-bumbu tertentu. Ikan yang digunakan dalam membuat seriut bukanlah ikan
laut, tetapi menggunakan ikan sungai seperti baung, layis, belide, ataupun yang
lainnya.
Sebenarnya makanan
khas lampung seruit tidaklah jauh berbeda dengan ikan bakar ataupun ikan goreng
lainnya. Sambal yang digunakan dalam membuat seruit pun menggunakan bahan-bahan
yang standar seperti membuat sambal terasi.
Tetapi yang
membedakan adalah pada saat memakanannya, jadi ikan tersebut selain dimakan
bersamaan dengan menggunakan sambal, juga dimakan dengan tempoyak serta lalapan
lain seperti jengkol, terong bakar, daun kemangi, dan juga daun jambu biji.
Makanan khas yang
satu ini tidak cocok untuk dijadikan oleh-oleh karena memang makanan ini khusus
di sajikan saat masih panah. Tapi tak usah khawatir jika anda ingin menjadikannya
oleh-oleh.
4. Makanan Khas Lampung – Pindang

Masyarakat Lampung
sendiri sangat suka dengan makanan yang terbuat dari ikan. Selain makanan
seruit atau pempek, olahan dari ikan yang lain adalah pindang.
Jadi Pindang ini
merupakan makanan khas lampung yang menggunakan beberapa jenis ikan misalnya
seperti pindang patin, pindang baung, pindang bandeng, ataupun pindang ikan mas.
Pindang khas
Lampung ini mempunyai rasa khas asam gurih. Yang pasti akan sangat disayangkan
apabila berkunjung ke Lampung tetapi tidak menikmati kuliner yang disajikan di dalam
mangkuk dengan menggunakan kuah kuning yang hangat ini.
5. Makanan Khas Lampung – Geguduh

Geguduh pada
dasarnya adalah pisang goreng. Tetapi pisangnya tidak digoreng secara utuh.
Melainkan pisang harus dihaluskan terlebih dahulu, setelah itu dicampur dengan menggunakan
tepung terigu. bisa juga ditambahkan dengan susu dan selai.
Ada juga beberapa
orang yang menambahkannya Geguduh dengan gula agar lebih manis. Setelah
bahan-bahan dicampur, kemudian diaduk-aduk, berulah dibentuk sesuai selera, bisa
memanjang ataupun bulat. Setelah itu kita tinggak menggorengnya sampai matang.
Geguduh ini biasanya menggunakan jenis pisang kepok yang rasanya manis. Geguduh
ini sangat nikmat, apalagi bila dimakan bersamaan dengan secangkir kopi ataupun
teh manis di pagi hari, sudah tidak kebayang nikmatnya itu seperti apa. Yang
jelas Geguduh ini sangat lezat di makan saat masih hangat.
6. Makanan Khas Lampung – Gabing

Gabing adalah
masakan khas Lampung yang berbahan dasar menggunakan batang kelapa muda. Batang
kelapa muda yang akan di jadikan Gabing diiris tipis-tipis, kemudian direbus terlebih
dulu dam dicampur dengan bumbu dan rempah hingga aromanya tercium harum.
Gabing biasa
dimasak menggunakan kuah, walaupun ada juga yang memasaknya tanpa menggunakan
kuah. Gabing bisa dicampur dengan bahan-bahan lain seperti daging, jamur
atau
yang lainnya.
7. Oleh-oleh Khas Lampung – Kue Lapis Legit

Kue lapis legit
merupakan kue khas Lampung dengan rasa manis yang legit, karena kue lapis legit
ini rasanya benar-benar manis. Kue lapis legit khas lampung ini sering
disajikan di acara lebaran, hajatan, ataupun ada acara pesta-pesta tertentu.
Sesuai dengan
namanya yakni kue lapis, jadi kue ini terdiri dari beberapa lapisan tipis kue.
Kue lapis legit terbuat dari Orchid butter, tepung terigu, gula pasir, kuning
telur, susu kental manis, vanilla dan bumbu kue lapis yang dapat dibeli di toko
atau supermarket.
Kue lapis legit
merupakan kue yang tergolong sebagai kue yang mewah. Harga dari kue lapis legit
tergolong lumayan, bisa sampai ratusan ribu per loyangnya. Untuk membuat kue lapis
legi membutuhkan kesabaran agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Kue ini sangat
cocok apabila dijadikan sebagai oleh-oleh khas lampung, karena kebanyakan orang
setelah makan kue lapis legit akan ingin lagi mencobanya, karena rasanya yang sangat
enak.
8. Oleh-oleh Khas Lampung – Engkak

Engkak adalah
makanan khas Lampung yang dibuat dari bahan-bahan berupa tepung ketan, telur
ayam, santan, gula pasir, susu kental manis, serta mentega. Engkak juga biasa
disajikan di acara-acara besar, misalnya seperti di hari raya atau hari
pernikahan, hajatan yang berdampingan dengan kue lapis legit.
Engkak ini
memiliki cita rasa yang manis. Khususnya bagi anda penggemar kue yang manis,
tentu ini akan menjadi kue kesukaan.
Silakan datang ke Lampung untuk
menikmati makanan khas Lampung ini. Dan jangan lupa untuk membelikan oleh-oleh Engkak
khas lampung untuk keluarga.
9. Oleh-oleh Khas Lampung – Keripik Lampung

Lampung merupakan
salah satu daerah yang menjadi pusatnya keripik pisang. Keripik pisang ini
bukanlah sembarang keripik pisang.
Karena Keripik
pisang di Lampung sudah dimodifikasi
dengan beragam macam rasa, misalnya seperti keripik pisang rasa keju, rasa
durian, dan rasa coklat, serta rasa susu, rasa strawberry, rasa melon, dan juga
masih banyak lagi.
Selain keripik
pisang, lampung juga terdapat keripik nangka, keripik singkong, dan juga
ubi-ubian lainnya. Silahkan berkunjung ke Lampung untuk merasakan keripik
lampung super, dan keripik ini dapat di jadikan sebagai oleh-oleh khas dari
Lampung.
10. Oleh-oleh Khas Lampung – Kemplang

Kemplang merupakan
kerupuk khas dari Lampung yang digoreng tanpa menggunakan minyak. Jadi cara
memasak kemplang ini dengan dipanggang, jadi kemplang sama sekali tak mengandung
minyak. Kemplang mempunyai cita rasa yang gurih dengan rasa ikan.
Kemplang ini biasa
dimakan menggunakan sambal yang rasanya asam manis. Kemplang juga bisa dimakan
dengan cara dicocol ke cuka, misalnya seperti cuka pempek.
Dan kami
merekomendasikan kemplang sebagai oleh-oleh dari Lampung untuk menemani keripik
khas Lampung serta kopi Lampung.
11. Makanan Khas Lamung – Umbu

Makanan khas
Lampung selain yang terbuat dari batang kelapa muda, ternyata masyarakat
Lampung juga memiliki makanan khas yang bahan dasarnya terbuat dari Umbu.
Umbu merupakan
makanan khas Lampung dari rotan. Tetapi rotan yang digunakan masih muda yang
kemudian direbus sampai lunak.
Rasa dari Umbu ini
pahit seperti sayur pare. Umbu ini biasa dinikmati dengan cara dioseng, bisa
juga sebagai lalapan. Terkadang, umbu juga digunakan sebagai campuran masakan lain.
Untuk saat ini umbu sudah jarang dijumpai.
12. Makanan Khas Lampung – Gulai Taboh

Gulai taboh bisa
diartikan sebagai gulai santan. Sesuai dengan namanya, makanan yang satu ini
merupakan makanan yang terbuat dengan kuah santan.
Gulai taboh ini
terbuat dari kacang-kacangan atau umbi-umbian misalnya seperti kacang merah,
kacang panjang, ubi jalar, kentang, dan labu. Selain dari bahan tersebut,
biasanya
Gulai Taboh juga
ditambah dengan ikan, udang, ataupun melinjo.
13. Oleh-oleh Khas Lampung – Sambal Lampung

Sambal Lampung bisa
untuk dijadikan sebagai oleh-oleh khas saat anda berkunjung ke Lampung. Sambal
Lampung ini sudah banyak yang dikemas dalam kemasan botol, jadi sangat memudahkan
untuk dibawa.
Sambel Lampung
memiliki rasa yang pedas yang dapat dimakan dengan apapun. Dapat juga untuk
lauk makan, atau dimakan bersama cemilan yang lain.
2.1.5 Musik Tradisional
1. Musik Tradisional
Tabuh Salimpat
Musik
tradisional tabuh salimpat berasal dari daerah Lampung. Musik tabuh salimpat
mempunyai ciri yakni instrumen yang digunakan berupa alat musik tabuh dan
petik. Tetapi yang paling terlihat menonjol adalah alat musik kerenceng dan
gambus lunik. Sampai saat ini, musik tradisioal tabuh salimpat masih dimainkan
dan terus berkembang di tanah Lampung.
2.
Musik Butabuh Atau Hadra
Musik butabuh atau hadra merupakan salah satu musik tradisional
Lampung dan jenis musik tradisi ini lebih sering kita jumpai di daerah Lampung
yang letaknya di daerah pesisir, hal ini memiliki latar belakang seiring dengan
sejarah dan perkembangannya sebagai salah satu sarana syiar agama Islam di
Provinsi Lampung. Dengan sarana dan alat musik seperti tembangan atau kerenceng
serta lantunan lagu syair berdzanji musik butabuh atau hadra ini ditampilkan.
Hadra terdiri dari 2 bagian atau kelompok yaitu hadra baru dan
hadra lama demikian juga dengan zikirnya yaitu zikir baru dan zikir lama. Hadra
lama atau zikir lama merupakan kesenian tradisional Lampung yang bernafaskan
Islam, di samping alat musik dan syair-syairnya pun seutuhnya merupakan
syair-syair berdzanji atau pujian-pujian terhadap Rosul dan para Syekhnya.
Hadra atau zikir baru merupakan seni Islam yang sudah dikombinasikan dengan
syair-syair atau pantun daerah Lampung baik pantun melayu ataupun pantun daerah
Lampung itu sendiri.
Hadra dan zikir ini sering kita jumpai pada saat acara pesta adat
atau nayuh dan biasanya dilantunkan pada saat malam hari menjelang satu hari
dalam pelaksanaan pesta atau begawi dan yang membawakannya pun orang tua atau
bapak-bapak yang usianya sudah berumur (usia lanjut).
2.1.6 Pakaian Adat
1. Kain Tapis

Kain Tapis merupakan
kain tradisional Lampung yang terkesan sangat megah dengan sulaman benang
emasnya. Kain tapis ini biasanya diproduksi atau dibuat dengan menggunakan alat
tenun bukan mesin yang dikerjakan oleh wanita.
Biasanya kain tapis
ini digunakan sebagai pelengkap pakaian adat Lampung yang digunakan pada saat
upacara adat seperti pesta / resepsi perkawinan maupun pada pertunjukan tarian
daerah Lampung.
Seiring perkembangan
zaman, kain tapis tidak hanya digunakan untuk pelengkap pakaian adat Lampung,
namun juga telah berguna sebagai hiasan dinding yang menggunakan motif dan
teknik tenun kain tapis dengan benang emas sebagai ciri khasnya, serta dibuat
beragam kerajinan seperti tas dan kopeah / penutup kepala bagi laki-laki
Lampung.
2. Baju
Adat Sehari-hari Pria
Dalam keseharian
laki-laki Lampung menggunakan baju berbentuk teluk belanga belah buluh atau jas
yang disebut dengan kawai. Baju kawai ini terbuat dari bahan kain tetoron atau
belacu yang berwarna terang.
Tetapi pada saat ini
laki-laki Lampung banyak menggunakan kawai kemeja, yaitu baju kemeja seperti
layaknya kemeja modern.
Di bagian bawah
menggunakan senjang, yaitu kain yang dibuat dari kain Samarinda, Bugis atau
Batik Jawa, serta bisa juga menggunakan celanou (celana) pendek dan panjang
sebagai pengganti kain. Selain menggunakan baju dan kain / celana, lelaki
Lampung juga mengikat kepalanya dengan kikat. Kikat adalah ikat kepala dengan
bahan dari kain batik. Bila dipakai dalam kerapatan adat dipadukan
dengan baju teluk belanga dan kain.
Lelaki muda Lampung
lebih menyukai memakai kepiah/ketupung, yaitu tutup kepala berbentuk segi empat
berwarna hitam terbuat dari kain tebal, apalagi kalau ingin bertemu dengan
gadis. Untuk mengiring pengantin dikenakan kekat akkin, yaitu destar dengan
bagian tepi dihias bungabunga dari benang emas dan bagian tengah berhiaskan
siger, serta di salah satu sudutnya terdapat sulaman benang emas berupa bunga
tanjung dan bunga cengkeh.
3. Baju Adat
Sehari-hari Wanita
Kaum wanita Lampung
dalam kehidupan sehari-hari memakai kanduk/kakambut atau kudung sebagai penutup
kepala yang dililitkan. Bahannya dari kain halus tipis atau sutera. Selain itu,
kaum ibu kadang-kadang menggunakannya sebagai kain pengendong anak kecil.
Sebagai penutup
badan kaum wanita di Lampung menggunakan baju adat Lampung yang disebut Lawai
kurung yang memiliki bentuk seperti baju kurung. Baju ini terbuat dari bahan
tipis atau sutra dan pada tepi muka serta lengan biasa dihiasi rajutan renda
halus.
Sebagai kain
dikenakan senjang atau cawol. Untuk mempererat ikatan kain (senjang) dan celana
di pinggang laki-laki digunakan bebet (ikat pinggang), sedangkan wanitanya
menggunakan setagen. Perlengkapan lain yang dikenakan oleh laki-laki Lampung
adalah selikap, yaitu kain selendang yang dipakai untuk penahan panas atau
dingin yang dililitkan di leher. Pada waktu mandi di sungai, kain ini dipakai
sebagai kain basahan. Selikap yang terbuat dari kain yang mahal dipakai saat menghadiri
upacara adat dan untuk melakukan ibadah ke masjid.
Untuk menghadiri
upacara adat, seperti perkawinan kaum wanita, baik yang gadis maupun yang sudah
kawin, menyanggul rambutnya (belatung buwok). Cara menyanggul seperti ini memerlukan
rambut tambahan untuk melilit rambut ash dengan bantuan rajutan benang hitam
halus. Kemudian rajutan tadi ditusuk dengan bunga kawat yang dapat
bergerak-gerak (kembang goyang).
Khusus bagi wanita
yang baru menikah, pada saat menghadiri upacara perkawinan mengenakan kawai/kebayou
(kebaya) beludru warna hitam dengan hiasan rekatan atau sulaman benang emas
pada ujung-ujung kebaya dan bagian punggungnya. Dikenakan senjang/ cawol yang
penuhi hiasan terbuat dari bahan tenun bertatah sulam benang emas, yang dikenal
sebagai kain tapis atau kain Lampung. Sulaman benang emas ada yang dibuat
berselang-seling, tetapi ada yang disulam hampir di seluruh kain.
Para ibu muda dan
pengantin baru dalam menghadiri upacara adat mengenakan kain tapis bermotif
dasar bergaris dari bahan katun bersulam benang emas dan kepingan kaca. Di
bahunya tersampir tuguk jung sarat, yaitu selendang sutra bersulam benang emas
dengan motif tumpal dan bunga tanjung. Selain itu, juga dapat dikenakan selekap
balak, yaitu selendang sutra disulam dengan emas dengan motif pucuk rebung, di
tengahnya bermotifkan siger yang di kelilingi bunga tanjung, bunga cengkeh dan
hiasan berupa ayam jantan.
Untuk memperindah
dirinya dipergunakan berbagai asesoris terbuat dari emas. Selambok/rattai
galah, yaitu kalung leher (monte) berangkai kecil-kecil dilengkapi dengan
leontin dari batu permata yang ikat dengan emas. Kelai pungew, yaitu gelang yang
dipakai di lengan kanan atau kiri, biasanya memiliki bentuk seperti badan ular
(kalai ulai). Pada jari tengah atau manis diberi cincin (alali) dari emas, perak
atau suasa diberi mata dari permata.
Dikenakan pula kalai
kukut, yaitu gelang kaki yang biasanya berbentuk badan ular melingkar serta
dapat dirangkaikan. Kalai kukut ini dipakai sebagai perlengkapan pakaian
masyarakat yang hidup di desa, kecuali saat pergi ke ladang.
4. Baju
Pengantin

Baju pengantin yang
dikenakan oleh mempelai di Lampung mengenakan baju adat Lampung yang sangat
mewah. Pakaian mewah dipenuhi dengan warna kuning keemasan dapat dijumpai pada
busana yang dikenakan pengantin daerah Lampung. Mulai dari kepala sampai ke
kaki terlihat warna kuning emas.
Di kepala mempelai
wanita bertengger siger, yaitu mahkota berbentuk seperti tanduk dari lempengan
kuningan yang ditatah hias bertitik-titik rangkaian bunga. Siger ini berlekuk
ruji tajam berjumlah sembilan lekukan di depan dan di belakang (siger tarub),
yang setiap lekukannya diberi hiasan bunga cemara dari kuningan (beringin
tumbuh). Puncak siger diberi hiasan serenja bulan, yaitu kembang hias berupa
mahkota berjumlah satu sampai tiga buah. Mahkota kecil ini mempunyai lengkungan
di bagian bawah dan beruji tajam-tajam pada bagian atas serta berhiaskan bunga.
Pada umumnya terbuat dari bahan kuningan yang ditatah.
Badan mempelai
dibungkus dengan sesapur, yaitu baju kurung bewarna putih atau baju yang tidak
berangkai pada sisinya dan di tepi bagian bawah berhias uang perak yang
digantungkan berangkai (rambai ringgit). Sebagai kainnya dikenakan kain tapis dewo
sanow (kain tapis dewasana) dipakai oleh wanita pada waktu upacara besar
(begawi) dari bahan katun bersulam emas dengan motif tumpal atau pucuk rebung.
Kain ini dibuat beralaskan benang emas, hingga tidak nampak kain dasarnya.
Bila kain dasarnya
masih nampak disebut jung sarat. Jenis tapis dewasana merupakan hasil tenunan
sendiri, yang sekarang sangat jarang dibuat lagi.
Pinggang mempelai
wanita dilingkari bulu serti, yaitu ikat pinggang yang terbuat dari kain
beludru berlapis kain merah. Bagian atas ikat pinggang ini dijaitkan kuningan
yang digunting berbentuk bulat dan bertahtakan hiasan berupa bulatan kecil-kecil.
Di bawah bulu serti dikenakan pending, yaitu ikat pinggang dari uang ringgitan
Belanda dengan gambar ratu Wihelmina di bagian atas.
Pada bagian dada
tergantung mulan temanggal, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk seperti tanduk
tanpa motif, hanya bertatah dasar. Kemudian dinar, yaitu uang Arab dari emas
diberi peniti digantungkan pada sesapur, tepatnya di bagian atas perut.
Dikenakan pula buah
jukum, yaitu hiasan berbentuk buah-buah kecil di atas kain yang dirangkai
menjadi untaian bunga dengan benang dijadikan kalung panjang. Biasanya kalung
ini dipakai melingkar mulai dari bahu ke bagian perut sampai ke belakang.
Gelang burung, yaitu
hiasan dari kuningan berbentuk burung bersayap yang diikatkan pada lengan kiri
dan kanan, tepatnya di bawah bahu. Di atasnya direkatkan bebe, yaitu sulaman
kain halus yang berlubang-lubang.
Sementara gelang
kana, terbuat dari kuningan berukir dan gelang Arab, yang memiliki bentuk sedikit
berbeda, dikenakan bersama-sama di lengan atas dan bawah.
Mempelai laki-laki mengenakan
kopiyah mas sebagai mahkota. Bentuknya bulat ke atas dengan ujung beruji tajam.
Bahannya dari kuningan bertahtakan hiasan karangan bunga. Badannya ditutup
dengan sesapur warna putih berlengan panjang. Dipakai celanou (celana) panjang
dengan warna sama dengan warna baju.
Pada pinggang
dibalutkan tapis bersulam benang emas penuh diikat dengan pending. Bagian dada
dilibatkan membentuk silang limar, yaitu selendang dari sutra disulam benang
emas penuh.
Lengan dihias dengan
gelang burung dan gelang kana. Perlengkapan lain yang menghiasi badan sama
seperti yang dikenakan oleh mempelai wanita. Kaki kedua mempelai dibungkus
dengan selop beludru warna hitam.
2.1.7 Rumah Adat

Nuwou Sesat yang menjadi nama rumah adat Lampung berasal dari 2
kata, yaitu Nuwou yang berarti rumah dan sesat yang berarti adat. Nuwou Sesat
sebetulnya memiliki fungsi utama sebagai balai atau tempat pertemuan bagi seluruh
warga kampung (purwatin).
Struktur Rumah Adat Lampung
Nuwou Sesat secara struktur hampir sama dengan rumah adat suku asli
Sumatera lainnya. Rumah adat Lampung ini berbentuk panggung dengan bahan utama
berupa kayu atau papan. Struktur rumah panggung pada rumah Nuwou Sesat pada
masa silam ditujukan sebagai upaya untuk menghindari serangan binatang buas
bagi penghuninya. Seperti diketahui bahwa dahulu hutan-hutan di Lampung memang
mengandung kekayaan hayati yang tinggi, sehingga memungkinkan berbagai jenis
binatang buas tinggal berdampingan dengan manusia. Selain itu, struktur
panggung juga sengaja digunakan sebagai desain rumah tahan gempa. Sebagaimana
diketahui, beberapa daerah di Lampung juga dikenal berada di lempeng perbatasan
antar benua sehingga sering mengalami bencana gempa.
Dengan struktur rumah panggung, dibutuhkan sebuah tangga sebagai
akses keluar masuk rumah. Dalam adat Lampung, tangga tersebut bernama Ijan
Geladak. Tangga ini terletak di bagian depan rumah sehingga sering kali dihiasi
dengan ukiran-ukiran etnik Lampung untuk mempercantik tampak depannya.
Bagian depan rumah adat Lampung umumnya juga akan dilengkapi dengan
serambi kecil yang bernama anjungan. Anjungan berfungsi sebagai tempat
pertemuan kecil atau sebagai tempat bersenda gurau.
Adapun di bagian dalamnya, rumah Nuwou Sesat terdiri atas beberapa
ruangan dengan fungsinya masing-masing. Beberapa ruangan tersebut antara lain
Pusiban (ruang tempat musyawarah), Tetabuhan (tempat penyimpanan alat musik
tradisional dan pakaian adat Lampung), Gajah Merem (tempat Penyimbang
beristirahat), dan Kebik tengah (tempat tidur untuk anak penyimbang).
Filosofi Rumah Adat Lampung dan Penjelasannya
Salah satu yang menjadi keunikan dari rumah adat Lampung adalah
beragam ornamen yang sering dipajang di setiap bilik rumahnya. Ornamen-ornamen
ini berisi petuah yang diambil dari kitab kuno peninggalan leluhur Lampung yang
bernama kitab Kuntara Raja Niti. Kitab ini mengandung beberapa prinsip yang
wajib dianut oleh setiap keturunan suku Lampung. Beberapa prinsip dari kitab
tersebut antara lain:
1. Pill Pusanggiri.
Prinsip adanya rasa malu ketika melakukan sebuah kesalahan atau perbuatan
yang buruk, baik menurut norma agama maupun norma adat.
2.
Juluk Adek.
Prinsip bagi mereka yang telah memiliki gelar adat agar dapat
bersikap dan berkeperibadian yang bisa menjadi contoh.
3. Nemui Nyimah.
Prinsip untuk selalu menjaga tali silaturahmi antar sanak keluarga
dan selalu bersikap ramah pada tamu.
4. Nengah Nyampur.
Prinsip untuk selalu menjaga hubungan baik dalam kehidupan sosial
dan bermasyarakat.
5. Sakai Sambaian.
Prinsip saling tolong menolong dan bergotong royong dalam setiap pekerjaan.
6. Sang Bumi Ruwa Jurai.
Prinsip untuk tetap bersatu meski saling berbeda. Prinsip ini menyatukan
suku Lampung adat Pepadun dan adat Sebatin sehingga keduanya saling menghormati.
Penerimaan yang baik dari masyarakat Lampung terhadap para pendatang juga
didasari atas prinsip ini.
2.1.8 Seni Pertunjukan
Asal Usul Warahan

Secara etimologis masyarakat Lampung kurang mengetahui arti dari
kata itu sendiri. Beberapa tokoh masyarakat berpendapat bahwa dekat
pengertiannya dengan kata akhca yang berarti berita atau cerita dan akat akhan yang berarti tujuan atau
maksud. Dengan kata lain, lebih kurang kedua kata tersebut memiliki arti
“Cerita yang mempunyai arah dan tujuan”.Sebagai sebuah seni pertunjukan lisan,
ini merupakan gabungan beberapa unsur kesenian yaitu, musik, seni sastra, dan
seni gerak. Pada awalnya cerita atau berita memiliki tujuan yang khusus
disampaikan merupakan petunjuk atau arahan dengan maksud tuntunan dan
contoh-contoh perbuatan yang baik. Berasal dari kata “Warah” yaitu
nasehat atau ajaran
yang menurut cerita dari tokoh atau tuatua yang berasal dari Jawa yang telah diadaptasi
oleh penduduk yang berada di daerah Lampung. Hal ini bisa saja terjadi
dan dimungkinkan dengan masa peralihan dan jatuh bangunnya kerajaan Hindu
di pulau Jawa yang digantikan kerajaan Islam. Sekira pada abad ke-15 pada waktu itu
dengan dianutnya agama Islam oleh penduduk Banten, maka agama
Islam diajarkan atau diwarahkan oleh orang-orang Banten yang datang ke daerah
Lampung. Berangsur-angsur orang Lampung meninggalkan kepercayaan lamanya
dan memeluk agama Islam, sesuai dengan kata yang makin memasyakat.
Lahirnya pertunjukan ini ditenggarai sejak orang Lampung mengenal sastra daerah.
Cerita yang dibawakan dapat berbentuk pantun, liris, prosa atau bahasa bebas,
disertai berbagai kreatifitas dari pewarah yang membawakannya. sebagai
teater tradisional kemudian menjadi teater dalam pengertian masa kini yang mula dari
daerah lampung mempunyai fungsi sebagi alat hiburan, alat pendidikan,
penerangan, dan sebagai pembangkit rasa keindahan. Saat ini itu sudah jarang
sekali dilakukan di daerah Lampung terutama di kota-kota besar, apalagi
para pendukungnya
sudah berusia lanjut. Hal ini juga karena kemajuan teknologi komunikasi dan
audio visual dan di satu pihak kurangnya perhatian terhadap
perkembangan , sehingga makin terdesak. Untuk menyelamatkan ini perlu dibina
dan dikembangkan
sebagai sumber inspirasi dalam mengolah teater tardisional maupun modern.
Isi, Pewarah, dan Waktu
Pertunjukan
Pada uraian terdahulu banyak bertitiktolak pada pendapat atau
bersumber pada seniman usia lanjut atau tokoh masyarakat dan sedikit
pengalaman. ini dikenal sulit dilacak. Beberapa cerita yang dikenal sering
dibawakan oleh si pembawa cerita atau pewarah, seperti: Cerita Anak Dalom, Khaya Ngaka Pitu, Sitamba danRadin Jambat Hangkirat. Pada awalnya
cerita itu disampikan dalam bentuk cerita diawali dengan kata pembukaan yang
disebut Sumbah Siah.
Biasanya ini dilakukan pada malam hari menjelang tidur. Kegiatan ini berasal
dari kebiasaan nenek atau kakek setelah lelah bekerja seharian, akan minta
diurut kakinya oleh anak cucu. Agar tidak mengantuk si kakek bercerita sesuai
dengan keinginan anak cucunya.
Sepanjang bercerita biasanya si kakek hanya telungkup, tetapi saat
cerita tersebut menggambarkan sesuatu yang istimewa, maka kakek (penutur ) akan
bangun dan memperagakan isi cerita. Misalnya, ketika menggambarkan kecantikan
seorang putri, kegagahan seorang pemuda, dan adegan lainnya. Pada masa lalu,
belum menggunakan alat musik khusus sebagai pengiring pertunjukan. Musik dalam
pertunjukan awalnya hanyalah tepuk tangan dan suara mulut pewarah.
Dalam perkembangan selanjutnya pewarah mulai menggunakan properti atau alat
musik. Tokoh-tokoh pewarah yang cukup dikenal pada masa lalu
adalah Tamong Bama dan Mamak Barahim. Pewarah ini mulai
diundang dan ditanggap masyarakat terutama pada acara-acara tertentu yang
terkait dengan pelaksanaan upacara dangawi adat. Si pewarah duduk
bersila dengan pakain rapi di hadapan para pendengar yang melingkar atau
mengikuti bentuk arena yang disediakan atau disediakan tempat khusus yang
disebut babakhung atau
balai. Berupa bentuk bait-bait pantun lisan yang disampaikan tanpa teks dengan
diiringi alat musik khas yaitu gambus lunik. Dengan demikian si pewarah telah
menghayati isi cerita yang disampaikan sekaligus si pewarah memulaiwarahannya
sesuai pokok penyuluhan (gawi adat). Biasa warahan ditaja
sekira bakda Isya hingga menjelang beduk subuh tiba.
Perkembangan Warahan
Berdasarkan penelitian Dinas Pendidikan dan Kesenian Provinsi
Lampung pada tahun 1976 dan 1978, dikategorikan sebagai seni teater tutur. Pada
perkembangan berikutnya, salah satu tokoh teater Lampung almarhum BM Gutomo
alias Sembrani mencoba menyentuh dan mengolah ke menjadi sebuah seni
pertunjukan rakyat. Pada tahun 1980 ketika digelar Festival Seni Pertunjukan
Tingkat Nasional di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Lampung menyajikan
materi . Pada kesempatan itu Lampung membawakan yang berjudul “Pemasu” (pemburu)
dengan pewarah Mursid
Ali. Pada perkembangan berikutnya teaterawan Lampung Wawan Dharmawan dengan
sanggar seni “Beringin Jaya” (dulu) dan “Lamban Budaya” (kini)
terus konsisten mengembangkan . Wawan mengemas Warahan dengan sentuhan
Pertunjukan Rakyat. Beberapakali Warahan garapan Wawan ini
berjaya di Festival Pertunjukan RakYat (Jukra) tingkat nasional yang ditaja era Departemen Penerangan belum dilikuidasi.
Sekain itu, secara rutin Wawan dan Grup Lamban Budaya rutin mengisi warahan
di
TVRI SPK Lampung. Selain itu, masih ada Jalu Mampang dengan teater “Jaman”nya
yang rajin menularkan konsep warahan pada komunitas teater
pelajar Lampung. Terkini, Teater Satu (Bandar Lampung) yang dimotori Iswadi
Pratama terus mengolah warahan dalam
sentuhan dramaturgi modern. Ruh “tradisi” warahan yang konsisten disuntikkan Iswadi
Pratama selaku sutradara dalam setiap garapannya ini menjadikan “Teater Satu”
yang dipimpinnya punya karakter dan berbeda dengan teater
modern lainnya. Teater yang pernah menyabet juara ketiga Festival Teater Alternatif yang ditaja TIM dan
Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) ini, kini merupakan salah satu teater potensial di Indonesia dan cukup diperbincangkan.
Selain itu, kiprah Teater Satu makin mantap, beberapa kali pentas di Teater Utan Kayu (TUK), Taman Ismail Marzuki (TIM),
Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) juga di beberapa kota seperti Tegal, Solo, Bandung, Makasar dan mendapat dana
hibah dari Yayasan Kelola.
Bentuk
Penyajiannya
Teater
merupakan salah satu bentuk seni yang bersumber dari materi gerak dan suara
yanterpadu, yang diekpresikan lewat laku dan dialog dengan jalinan cerita. Ini
disebut teater mula, embrio atau pra taeter, karena cara penyajian warahan ini belum selengkapnya
memenuhi persyaratan seperti bentuk teater pada umumnya. Namun demikian sebagai
teater tradisional Lampung mempunyai unsur pokok taeter berupa adanya ceita
lakon, pelaku (pewarah) yaitu
yang membawakan lakon dan penonton atau pendengar, walaupun unsur itu tidak
lengkap sebagai sebuah teater.
Pergelaran
warahan biasanya dilakukan di
arena bebas. Pelakon atau pewarah biasanya orang yang pandai mewarah umumnya
para orang tua yang berusia lanjut. Dalam berkisah biasanya para pewarah terkadang
ditemani oleh seorang atau beberapa oarng yang memberikan ilustrasi atau sugesti
untuk memperkuat kisah ceritanya. Pewarah biasanya tak menggunakan properti
atau alat. Jadi si pewarah biasanya membawakan cerita dalam bahasa Lampung
mimik dengan serius, ekspresif dan gerakan-gerakan pendukung yang menarik.
Bentuk kesenian yang digolongkan dalam teater tutur ini lama disebut-sebut oleh
para seniman teater, tepatnya penataran dan bimbingan tenaga teknis pemilik
kebudayaan dan pekerja seni yang diadakan pada tahun 1976 dan tahun 1978 di
Provinsi Lampung, dengan menghadirkan tokoh-tokoh teater dari Direktorat
kesenian Jakarta antara lain: A.Kasim Ahmad dan Bapak Yahya Ganda. Warahan yang masuk cabang seni
teater ini sangat membutuhkan sentuhan tangan para pekerja seni, untuk menjadi
karya seni agar dapat dinikmati masyarakat Lampung.
2.1.9 Senjata Tradisional
1.
Keris

Keris jenis ini
biasanya tidak dipandang mamiliki kekuatan magis. Asal pemilikannya pun
biasanya bukan merupakan warisan dari orang tua. Bentuknya biasanya merupakan
sebuah keris yang indah, kadang berlapis logam mulia, mulai dari gagang hingga
ke sarungnya. Tidak jarang sarungnya diukir sedemikian rupa menyerupai ukiran
barang-barang dari emas. Di daerah Lampung keris ini disebut tekhapang/punduk
keris yang indah seperti ini digunakan untuk upacara perkawinan dan dipakai
oleh pengantin pria, yang diselipkan di pinggang bagian depan atau dipegang
dengan tangan kanan (berbeda dengan pengantin Jawa, keris diselipkan di
pinggang bagian belakang/punggung).
Kondisi sekarang ini
di Lampung keris bukan lagi untuk senjata perang, tinggal fungsi lain yang
masih lazim dikenal: Umpamanya, pelengkap pakaian adat tradisional, pelengkap
upacara tradisional, pelengkap konsep hidup ideal sebagai apa yang disebut
gagaman/peselok, pelengkap eksotisme lama dalam hidup zaman modern. Di Lampung
dikenal ada konsep hidup lengkap bagi seorang pria dewasa, yaitu antar lain
wisman (bulamban), tenangga, kukila (segokan), jama (istri) dan pemenah
(pusaka). Di daerah Lampung keris saat ini banyak di buat di Lampung Utara
terutama di Tulangbawang udik.
2.
Badik

Badik adalah salah
satu senjata tradisional lampung yang sangat dikenal masyarakat baik di
kalangan masyarakat kota maupun desa. Senjata ini berbentuk seperti pisau
biasa, namum gagangnya membengkok seperti gagang golok, sedang mata pisaunya
membengkok di bagian ujung. Penyebutan badik terhadap senjata ini mengingatkan
kita pada senjata tradisional dari Bugis, tidak jelas asal usulnya apakah
senjata Badik lampung merupakan senjata "kiriman" dari Bugis, atau
sebaliknya, sampai saat ini belum dapat dipastikan. yang jelas jika kita amati
berdasarkan bentuknya memang terdapat kemiripan antara badik lampung dengan
badik bugis. Badik Lampung biasanya juga dilengkapi dengan sarung terbuat dari
kayu. Yang menarik ternyata sampai saat ini masih dibuat oleh orang Lampung.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari si pembuatnya sendiri bahwa badik
yang diproduksinya itu merupakan badik asli lampung dan pengatahuan yang
diperolehnya adalah merupakan warisan dari leluhurnya.
3.
Tombak

Tombak menurut
bahasa Lampung disebut Payan. Sama halnya dengan keris, penggunaan dari
berbagai tombak yanng masih dimiliki masyarakat ternyata berdasarkan bentuknya
dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu:
a. Tombak Payan (Payan Kejang)
b. Tombak Pendek
(Payan Buntak atau Linggis)
Klasifikasi bentuk
tombak ada dua bentuk yaitu tombak panjang dan tombak pendek, yang dimaksud
tombak panjang yaitu tombak yang memiliki gagang yang terbuat dari kayu yang
berukuran tidak lebih dari 150 cm, sedangkan mata tombaknya berukuran sama dengan
jenis tombak pendek yaitu mencapai 34-40 cm. Sedang yang dimaksud tombak pendek
yaitu tombak yang gagangnya tidak lebih dari 90 cm. jens tombak yang terakhir
ini termasuk tombak langka, karena biasanya berkualitas sangat tinggi, yang
kadang diberi bulu ekor kuda yang disebut tunggul.
Ada juga tombak yang
didatangkan dari luar daerah Lampung, terutama dari jawa, dalam hal ini Banten
(surosoan). Tombak yang didatangkan atau hadiah dari luar Lampung, biasanya dipandang
memiliki kualitas yang lebih baik, ini dapat dimaklumi karena ia dijadikan
ikatan lahir batin dalam persahabatan. Mata Tombaknya sama dengan keris yaiut
memiliki pamor dan berlapis. Banyak tombak Lampung ini dipandang memiliki
kekuaan magis, apalagi jika tombak tersebut merupakan benda pusaka warisan dari
leluhur. Biasanya tombak yang demikian ini dilengkapi dengan sarung untuk mata
tombaknya, sedang tombak yang tidak memiliki kekuatasn magis, banyak tidak
dilengkapi dengan sarung (wrangka/sakhung, lampung). namun kadang ada juga yang
memiliki kekuatan magis cara menyimpannya tidak sembarang, biasanya disimpan
disuatu tempat khusus, berbeda dengan tempat penyimpanan keris biasa.
Dari bukti bukti
arkeologis, fragmen tombak banyak ditemukan di situs-situs purbakala, misalnya
ditemukan di situs Pugungraharjo (situs masa pra sejarah dan klasik), situs
Benteng sari (situs masa Islam) dikedua situs tersebut ditemukan pula
lelehan-lelehan atau kerak besi dan loga lainnya. kecuali itu ditemukan pula
wadah pelebur logam, terutama disitus Bentengsari. Dengan demikian dapat diduga
bahwa di kedua situs tersebut terdapat perbengkelan atau pande pembuatan
senjata yang termasuk pembuatan tombak.
Kesimpulan yang
dapat kita tarik dari pembuktian tadi berarti di daerah Lampung sejak zaman masa
Klasik telah dikenal adanya pembuatan senjata termasuk tombak.
4.
Golok (Candung atau Laduk)

Golok menurut bahasa
Lampung disebut candung atau laduk. Golok adalah alat bantu senjata yang
digunakan sehari-hari baik di dapur maupun di ladang. Ternyata sampai kini
pande golok masih dijumpai didaerah lampung, yaitu daerah Menggala, Lampung Utara.
Berdasarkan
penggunaannya ternyata golok dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori:
a. Golok Dapur
(Rampak Alu)
Merupakan golok yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang ada kaitannya dengan kegiatan ibu-ibu
di dapur. Golok seperti ini biasanya berkualitas rendah, tidak banyak unsur
bajanya dan kurang tajam. Pande golok Menggala juga memproduksi golok dapur,
bahan bakunya berasal dari komponen mobil yang tidak terpakai, yaitu per mobil
bekas. Golok dapur biasanya tidak dilengkapi dengan sarung (wrangka), sedang
cara penyimpanannya sembarang karena cukup disisipkan di dinding sudut-sudut dapur.
b. Golok Ladang
(Canduk Kawik)
Merupakan Golok yang
digunakan untuk keperluan di ladang seperti menyiangi, membersihkan semak,
memotong ranting, dan lain sebagainya. Golok ladang biasanya juga tidak
berkualitas tinggi, namun dibandingkan golok dapur masih lebih baik. Unsur
bajanya tidak bagitu menonjol. Golok ladang biasanya dilengkapi dengan sarung
(wrangka/cantil) tetapi lebih banyak yang tidak dilengkapi dengan sarung.
c. Golok
Pegangan Istimewa (Lancip)
Merupakan sebuah
golok yang berkualitas tinggi. Sebuah golok yang sangat tajam karena unsur bajanya
menonjol, untuk membuat golok ini pande golok di Manggala Lampung Utara,
biasanya bahan baku yang digunakan adalah klaher bekas mobil. Masyarakat akan
lebih suka apabila golok pegangan istimewa ini ukuran mata tajamnya pendek,
seperti golok cibaru yang berukuran tidak lebih dari 25 cm panjangnya. Golok
yang berukuran demikian ini dipandang lebih praktis dan tidak merepotkan jika
di bawa pergi. Untuk lebih menambah kepraktisan diselipkan dipinggang, maka
golok seperti ini dillengkapi dengan sarung yang terbuat dari dua bilah kayu
ringan yang diikat dengan lilitan-lilitan rotan atau tanduk, ada beberapa
daerah dilampung menyebutnya laduk/lancip.
5. Senjata Tradisional Terapang
Senjata tradisional
Lampung yang pertama dan yang paling populer adalah terapang atau tekhapang.
Terapang adalah keris khas Lampung yang kerap digunakan para bangsawan pada masa
silam untuk menjaga diri dari serangan musuh. Adapun untuk masa sekarang,
senjata ini lebih sering digunakan dalam ritual adat, misalnya sebagai pelengkap
pakaian adat pengantin pria Lampung. Para pengantin pria membawa senjata ini
sebagai lambang keberanian dan tanggung jawabnya terhadap keselamatan istrinya
kelak.
Terapang sebetulnya
tidak ditemukan di semua daerah di Lampung. Daerah Tulang Bawang Udik dan
Lampung Utara, yakni dalam kebudayaan masyarakat Lampung Abung sajalah kita
bisa menjumpainya. Berdasarkan penelusuran arkelogis, diketahui bahwa keris
khas Lampung ini telah ada semenjak zaman kekuasaan Kerajaan Tulang Bawang di
sekitar abad ke 12.
2.1.10 Tarian Tradisional
1.
Tari Sigeh Pengunten

Tari sigeh pengunten
(siger penguntin) merupakan salah satu tari kreasi baru dari daerah Lampung.
Tari ini merupakan pengembangan dari tari sembah yang merupakan tari tradisi asli
masyarakat Lampung. Melalui Peraturan Daerah, Tari Sigeh Pengunten diresmikan
sebagai tarian Lampung dalam penyambutan tamu penting.
Koreografi tari ini
juga mengambil unsur dari berbagai tari tradisional Lampung untuk
merepresentasikan budaya Lampung yang beragam. Tari sembah telah umum
ditampilkan sebagai bagian dari ritual penyambutan tamu dalam acara‑acara resmi
seperti prosesi pernikahan. Tari ini menggambarkan ekspresi kegembiraan atas
kedatangan para tamu undangan. Selain itu, makna esensial dari tari ini
merupakan bentuk penghormatan kepada para tamu undangan yang hadir. Dalam tari
ini, para penari mengekspresikan hal tersebut dalam rangkaian gerakan yang
luwes, ramah, dan penuh kehangatan.
Proses lahirnya tari
sigeh pengunten tak lepas dari realitas budaya Lampung yang terdikotomi menjadi
Pepadun dan Peminggir. Kedua adat yang memiliki kekhasan tersendiri sama‑sama
merasa paling layak merepresentasikan Lampung. Tari sigeh pengunten merupakan
sintesis dari dua indentitas kebudayaan yang ada di Lampung. Tari ini menyerap
gerak tarian baik dari adat Pepadun maupun adat Peminggir menjadi satu kesatuan
yang harmonis dan dapat diterima masyarakat luas.
Busana
Busana yang
dipergunakan oleh tari sigeh pengunten yang merupakan unsur asli dari penari
Sembah ini berupa Sesapur yaitu baju kurung bewarna putih atau baju yang tidak
berangkai pada sisinya namun pada sisi bagian bawah terdapat hiasan berbentuk
koin berwarna perak atau emas yang digantung secara berangkai (rumbai ringgit).
Sedangkan busana yang digunakan sebagai bawahan adalah kain tapis. Kain tapis
adalah kain tenun tradisional lampung yang terbuat dari bahan katun bersulam
emas dengan motif tumpal atau pucuk rebung.
Kain tapis bermotif
sepeti ini biasanya disebut dengan nama kain tapis Dewasana (Dewo sanaw). Selain
busana, ada beberapa aksesoris yang dipergunakan oleh para penari tari sigeh
pengunten. Aksesoris yang dipergunakan antara lain :
1.
Mahkota
siger Pending, yaitu ikat pinggang dari uang ringgit Belanda dengan gambar ratu
Wihelmina di bagian atas.
2.
Bulu
serti, yaitu ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru berlapis kain merah.
Bagian atas ikat pinggang ini dijaitkan kuningan yang digunting berbentuk bulat
dan bertahtakan hiasan berupa bulatan kecil‑kecil. Ikat pinggang bulu serti
dikenakan diatas pending.
3.
Mulan
temanggal, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk seperti tanduk tanpa motif yang
digantungkan di leher sebatas dada.
4.
Dinar,
yaitu mata uang Arab dari emas yang diberi peniti dan digantungkan pada
sesapur,tepatnya di bagian atas perut.
5.
Buah
jukum, yaitu hiasan berbentuk buah‑buah kecil di atas kain yang dirangkai
menjadiuntaian bunga dengan benang dan dijadikan kalung panjang yang dipakai
melingkar mulai dari bahu ke bagian perut sampai ke belakang.
6.
Gelang
burung, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk burung bersayap yang diatasnya
direkatkan bebe yaitu kain halus yang berlubang‑lubang. Gelang burung ini
diikatkan pada lengan kiri dan kanan, tepatnya di bawah bahu.
7.
Gelang
kana adalah sebuah gelang yang terbuat dari kuningan berukir dan gelang Arab,
yang dikenakan bersama‑sama di lengan atas dan bawah.
8.
Tanggai
adalah hiasan yang berbentuk seperti kuku berwarna keemasan terbuat dari bahan
kuningan yang dikenakan di jari penari.
2.
Tari Cangget

Tarian Cangget merupakan
Tarian yang menggambarkan pergaulan yang dilakukan oleh muda mudi untuk mencari
jodoh. Waktu Tari Cangget ditarikan biasanya para orang tua memperhatikan dan
menilai gerak‑gerik mereka dalam membawakan tarian ini. Kegiatan seperti ini
oleh masyarakat Lampung disebut dengan nindai.
Tujuannya pun tidak
hanya sekedar melihat gerak‑gerik pemuda atau pemudi saat sedang menarikan Tari
Cangget, melainkan juga untuk melihat kehalusan budi, ketangkasan dan keindahan
ketika mereka berdandan dan mengenakan pakaian adat Lampung.
Macam‑macam Tari Cangget
Tarian cangget yang
menjadi ciri khas orang Lampung ini sebenarnya terdiri dari beberapa macam,
yaitu:
1.
Cengget
Nyambuk Temui, adalah tarian yang dibawakan oleh para pemuda dan pemudi dalam
upacara menyambut tamu agung yang berkunjung ke daerahnya.
2.
Cangget
Bakha, adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi pada saat bulat
purnama atau setelah selesai panen (pada saat upacara panen raya).
3.
Cangget
Penganggik, adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi saat mereka
menerima anggota baru. Yang dimaksud sebagai anggota baru adalah pada pemuda
dan atau pemudi yang telah berubah statusnya dari kanak‑kanak menjadi dewasa.
Perubahan status ini terjadi setelah mereka melalukan upacara busepei (kikir
gigi).
4.
Cangget
Pilangan, adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat
mereka melepas salah seorang anggotanya yang akan menikah dan pergi ke luar
dari desa, mengikuti isteri atau suaminya.
5.
Cangget
Agung adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat ada
upacara adat pengangkatan seseorang menjadi Kepala Adat (Cacak Pepadun). Pada saat
upacara pengangkatan ini, apabila Si Kepala Adat mempunyai seorang anak gadis,
maka gadis tersebut akan diikutsertakan dalam tarian cangget agung dan setelah
itu ia pun akan dianugerahi gelar Inten, ujian, Indoman atau Dalom Batin.
Gerakan Tari Cangget
Walau tarian cangget
terdiri dari beberapa macam, namun tarian ini pada dasarnya mempunyai
gerakangerakan yang relatif sama, yaitu: (1) gerak sembah (sebagai pengungkapan
rasa hormat); (2) gerakan knui melayang (lambang keagungan); (3) gerak igel
(lambang keperkasaan); (4) gerak ngetir (lambang keteguhan dan kesucian hati;
(5) gerak rebah pohon (lambang kelembutan hati); (6) gerak jajak/pincak
(lambang kesiagaan dalam menghadapi mara bahaya); dan (7) gerak knui tabang (lambang
rasa percaya diri).
Peralatan Tari Cangget
Peralatan musik yang
digunakan untuk mengiringi tari Canget diantaranya adalah:(1) canang lunik 8–12
buah; (2) bende sebuah; (3) gujeh sebuah; (4) gong 2 buah; (5) gendang sebuah; dan
(6) pepetuk 2 buah.
Busana Tari Cangget
Busana yang
dikenakan oleh penari perempuan adalah: (1) kain tapis; (2) kebaya panjang warna
putih; (3) siger; (4) gelang burung; (5) gelang ruwi; (6) kalung papan jajar;
(7) buah jarum; (8) bulu seratai; (9) tanggai; (10) peneken; (11) antin-anting;
dan (12) kaos kaki warna putih.
Sedangkan busana dan
perlengkapan pada penari laki-laki adalah: (1) kain tipis setengah tiang; (2)
bulu seratai; (3) ikat pandan; (4) jubah; dan (5) baju sebelah.
Perlengkapan Tari Cangget
Selain peralatan
musik dan busana bagi penarinya, tarian ini juga menggunakan perlengkapan-perlengkapan
pendukung lainnya, yaitu: (1) jepana (tandu usungan) yang dipakai pada saat mengantar
dan menjemput tamu agung, sesepuh adat ataupun puteri kepala adat dan kutamara;
(2) tombak dan keris, dipakai pada saat tari igel; (3) talam emas, dipakai
untuk landasan menurunkan serta menaikkan para sesepuh atau tetua adat dari
Jepana memasuki Sesat Agung ataupun sebaliknya; (4) Payung adat yang warna putih
(lambang kesucian) dan warna kuning (lambang keagungan).
3. Tari Bedana

Tarian Bedana
merupakan tarian muda mudi yang dilakukan atas kegembiraan yang dipentaskan di
daerah Lampung. Tari bedana yang diyakini bernapaskan agama Islam merupakan
tari tradisional, mencerminkan tata kehidupan masyarakat Lampung yang ramah dan
terbuka sebagai simbol persahabatan dan pergaulan.
4. Tari Melinting

Tari Melinting
merupakan Tarian yang menjadi aset Bandar Lampung sejak dahulu kala yang
merupakan peninggalan dari Ratu Melinting. Keagungan Ratu Melinting yang
tersohor pada jaman itu. Dimana para penarinya hanya sebatas putera dan puteri
Ratu Melinting yang di pentaskan di Balai Adat. Pada waktu dulu Tarian
Melinting hanya dilakukan dilingkungan keraton atau keluarga, sekarang tarian
ini dilakukan secara umum dan biasanya untuk penyambutan tamu.
a. Gerak
Elemen gerak
merupakan salah satu unsur pokok dalam tari. Gerak dalam tari terwujud setelah
anggota-anggota badan manusia yang telah terbentuk digerakkan. Gerak merupakan substansi
dari tari. Namun, tidak semua gerak bisa disebut sebagai tari. Hanya gerak yang
sudah mengalami penggarapan, pemiliki makna dan nilai estetis, yang dapat
disebut sebagai gerak tari.
Menurut Lentuk
geraknya terdapat dua jenis gerak, yaitu gerak murni dan gerak maknawi.
1.
Gerak
murni adalah gerak yang digarap sekedar untuk mendapatkan bentuk artistic dan
tidak dimaksudkan untuk menggambarkan sesuatu.
2.
Gerak
maknawi adalah gerak yang mengandung arti yang jelas dan sudah mengalami
setilisasi atau distorsi.
Gerak murni banyak digunakan dalam garapan tari yang non representasional,
sedangkan gerakan maknawi banyak terdapat dalam garapan tari yang representasional,
namun dengan tidak menutup kemungkinan masuknya gerak murni.
Gerak dalam tari Melinting adalah gerak gerak maknawi, yaitu setiap
gerakan mempunyai maksud atau makna. Pada adegan pembukaan, makna gerak adalah
bahwa putra dan putri punyimbang melakukan penghormatan kepada para punyimbang/tamu
agung. Pada adegan kugawo Ratu, makna gerak adalah melambangkan keperkasaan
putra putri punyimbang. Pada adegan knui melayang, keagungan dan kelemah
lembutan punyimbang ungkapan keleluasaan berpendapat/bersikap. Pada adegan
penutup, makna gerak adalah bahwa putra putrid punyimbang penghormatan pada punyimbang.
Gerakan yang dipakai
pada tari Melinting dibedakan antara gerakan penari putra dan putrid meliputi :
babar kipas, jong sumbah, sukhung, sekapan balik palau, kenui melayang nyiduk, salaman,
suali, niti batang, luncat kijang, dan lapah ayun.
Gerak penari putri
meliputi babar kipas, jong sumbah, sukhung, sekapan, timbangan/ terpipih mabel
melayang, ngiyau bias, nginjak lado, nginjak tahi manuk, lapah ayun.
b.
Iringan Musik
Elemen iringan
(musik) dalam tari bukan hanya sekedar iringan, karena musik merupakan patner
yang tidak dapat ditinggalkan.
Oleh karena itu
musik yang dipegunakan untuk mengiringi tari harus digarap betul-betul sesuai
dengan garapan tarinya. Dalam hubungannya dengan seni tari, pada umunya iringan
berfungsi sebagai penguat atau pembentuk suasana. Iringan dibagi dua macam,
yaitu musik internal dan musik eksternal. Musik internal adalah musik yang
bersumber dari diri penari, misalnya suara yang ditimbulkan dari tepukkan
tangan, vokal penari, dan hentakan kaki penari. Sedankan musik eksternal adalah
musik yang berasal dari alat musik instrumental, misalnya piano, gitar dan
gamelan.
Fungsi musik ada
tiga, yaitu (1) sebagai pengiring, (2) pemberi suasana, dan (3)ilustrasi.
Sebagai pengiring tari, bearti peranan musik hanya mengiringi atau menunjang
penampilan tari. Fungsi musik sebagai pemberi suasana berarti musik dipakai
untuk membantu suasana adegan dalam tari. Sedangkan fungsi musik ilustrasi
hanya berfungsi sebagai pengiring.
Iringan pada tari
Melinting adalah iringan atau musik eksternal nama seperangkat instrument yang
digunakan adalan kalo bala (kelittang). Jenis tabuhan yang digunakan adalah
tabuh harus pada adegan penbukaan, tabuh cetik pada adegan punggawo ratu, tabuh
kedangdung pada adegan mulai batangan, tabuh kedangdung pada adegan knui
melayang, dan tabuh arus pada adegan penutup.
Busana
Busana yang
digunakan penari adalah siger bercadar bunga pandan Subang, kalung buah jukum,
gelang kano, bulu seretei, gelang rui sesapurhanda, tapis, dan jungsarat.
Adapun busana penari putra adalah kopiah emas, kembang melur bunga pandan, buah
jukum, jungsarat, papan jajar, bulu seretei, sesapur handap, injang tuppal, celana
reluk belanga, lengan tanpa aksesoris, dan telapak kaki tanpa alas dan kaos
kaki.
5. Tari Merak

Tari Merak banyak
dipentaskan di seluruh Indonesia bahkan ada beberapa provinsi juga memiliki
Tari Merak.
Begitu juga dengan
lampung memiliki tarian merak yang berfungsi untuk penyambutan gelar. sebuah
tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang serba indah. Tarian ini
melambangkan keluhuran budi dan susila rakyat Lampung.
2.1.11 Upacara Adat
1. Upacara Adat Perkawinan Lampung
Masyarakat
Lampung memiliki tradisi yang unik dalam permasalahan perkawinan. Tradisi
tersebut tidak hanya pada resepsi perhelatan perkawinan saja, tapi merupakan
sistem perkawinan secara keselutuhan. Dalam hal perkawinan yang telah
diteradatkan di Paksi Bejalan Di Way Sekala Bekhak ada 4 jenis Status
Perkawinan, yaitu:
a. Djujor (nyakak/matudau)
Djujor
adalah dimana Muli (gadis) yang diambil oleh Mekhanai (bujang) untuk menjadi
istrinya, maka sang Mekhanai dan keluarganya harus menyerahkan/membayar Uang
Adat (Bandi Lunik) kepada ahli / wali si Muli berdasarkan permintaan dari ahli
keluarga si Muli.
Sedangkan
permintaaan si Muli kepada sang Mekhanai disebut Kiluan juga harus dibayar/dipenuhi oleh
sang Mekhanai Kiluan yang menjadi hak si Muli. Dalam Pelaksanaanya sistem
Nyakak atau Matudau ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
Cara
Sabambangan : Cara ini si Muli dilarikan oleh mekhanai dari rumahnya dibawa
rumah adat atau rumah si bujang. Biasanya pertama kali sampai si gadis ditempat
sibujang dinaikan kerumah kepala adat atau jukhagan baru di bawa pulang ke rumahnya
oleh keluarga si bujang. Ciri bahwa si gadis nyakak/mentudau si gadis
meletakkan surat yangisinya memberitahu orang tuanya kepergiannya Nyakak atau
mentudau dengan seorang bujang (dituliskan namanya), keluarganya, kepenyimbangannya
serta untuk menjadi istri keberapa, selain itu meninggalakan uang pengepik atau
pengluah yang tidak ditentukan besarnya, hanya kadang-kadang besarnya uang
pengepik dijadikan ukuran untuk menentukan ukuran uang jujur (bandi lunik). Surat
dan uang diletakkan di tempat tersembunyi oleh si gadis. Setelah gadis sampai
di tempat keluarga si bujang, kepala adat pihak si bujang memerintahkan orang-orang
adat yang sudah menjadi tugasnya untuk memberi kabar secara resmi kepada pihak
keluarga si gadis bahwa anak gadisnya yang hilang telah berada di kelurga
mereka dengan tujuan untuk dipersuntung oleh salah satu bujang anggota mereka.
Mereka yang memberitahu ini membawa tanda-tanda mengaku salah bersalah ada yang
menyerahkan Kris, Badik dan ada juga dengan tanda mengajak pesahabatan
(Ngangasan, Rokok, Gula, Kelapa,dsb) acara ini disebut Ngebeni Pandai atau
Ngebekhi tahu. Sesudah itu berarti terbuka luang untuk mengadakan perundingan
secara adat guna menyelesaikan kedua pasangan itu. Segala ketentuan adat
dilaksankan sampai ditemukan titik kemufakatan, kewajiban, pihak bujang pula
membayar uang penggalang sila ke pihak adat si gadis.
Cara
tekahang (sakicik Betik) : cara ini dilakukan terang-terangan. Keluarga bujang
melamar langsung si gadis setelah mendapat laporan dari pihak bujang bahwa dia
dan si gadis saling setuju untuk mendirikan rumah tangga pertemuan lamaran
antara pihak bujang dan si gadis apabila telah mendapat kecocokan menentukan
tanggal pernikahan tempat pernikahan uang djujor, uang pengeni jama hulun tuha
bandi balak (Mas Kawin), bagaimana caranya penjemputan, kapan di jempu dan
lain-lain. Yang berhungan dengan kelancaran upacara pernikahan. Biasanya saat menjemput
pihak keluarga lelaki menjemput dan si gadis mengantar. Setelah sampai ditempat
sibujang, pengantin putri dinaikan kerumah kepala adat/ jukhagan, baru di bawa
pulang ketempat si bujang. Sesudah itu dilangsungkan acara keramaian yang sudah
dirancanakan. Dalam system kawin tekhang ini uang pengepik, surat pemberian dan
ngebekhitahu tidak ada, yang penting diingat dalam system dalam nyakak atau
mentudau kewajiban pihak pengantin pria adalah :
1. Mengeluarkan uang jujur (bandi
Lunik) yang diberitahukan kepada pihak pengantin wanita.
2. Pengantin membayar kontan mas
kawin mahar (Bandi Balak). Kepada si gadis yang sesuai dengan kemufakatansi
gadis dengan sibujang.keluarga pihak pria membayar uang penggalang sila”Kepada
kelompok adat si gadis
3. Mengeluarkan Jajulang / Katil
yang berisi kue-kue (24 macam kue adat) kepada keluarga si gadis jajulang/katil
ini dahulu ada 3 buah yaitu : Katil penetuh Bukha Katil Gukhu Ngaji Katil
Kuakha Sekarang keadaan ekonomi yang susah katil cukup satu.
4. Ajang yaitu nasi dangan lauk
pauknya sebagai kawan katil. Memberi gelar/Adok kepada kedua pengantin sesuai dengan
strata pengantin pria, sedangkan dari pihak gadis memberi barang berupa pakaian,
alat tidur, alat dapur, alat kosmetik, dan lain sebagainya. Barang ini disebut
sesan atau benatok, Benatok ini dapat diserahkan pada saat manjau pedom sedangkan
pada system sebambangan dibawa pada saat menjemput, pada system tekhang kadang-kadang
dibawa belakangan.
b. Cambokh Sumbay / Semanda Lepas
Sistem
perkawinan Cambokh Sumbay disebut juga Perkawianan semanda, yang sebenarnya
adalah bentuk perkawinan yang calo suami calon suami tidak mengeluarkan jujur
(Bandi lunik) kepada pihak isteri, sang pria setelah melaksanakan akad nikah melepaskan
hak dan tanggung jawabnya terhadap keluarganya sendiri dia bertanggung jawab
dan berkewajiban mengurus dan melaksankan tugas-tugas di pihak isteri. Hal ini
sesuai dengan apa yang di kemukakan Prof. Hi. Hilman Hadi kusuma, :
Perkawinan
semanda adalah bentuk perkawinan tanpa membayar jujur dari pihak pria kepad
pihak wanita, setelah perkawinan harus menetap dipihak kerabat istri atau bertanggung
jawab meneruskan keturunan wanita di pihak isteri” (Prof. Hi. Hilman Hadi
kusuma,1990:82)
Di
masyarakat Lampung saibatin kawin semanda (Cambokh Sumbay) ini ada beberapa
macam sesuai dengan perjanjian sewaktu akad nikah antara calon suami dan calon
isteri atau pihak keluarga pengantin wanita.
Dalam
perkawinan semanda/ Cambokh sumbay yang perlu diingat adalah pihak isteri harus
mengeluarkan pemberian kepada pihak keluarga pria berupa :
1. Memberikan Katil atau Jajulang
kepada pihak pengantin pria
2. Ajang dengan lauk pauknya sebagai
kawan katil.
3. Memberikan seperangkat pakaian
untuk pengantin pria.
4. Memberi gelar/adok sesuai
dengan strata pengantin wanita.
Sedangkan
Bandi lunik atau jujur tidak ada sedangkan Bandi Balak atau maskawin dapat tidak
kontan (Hutang). Pelunasannya setelah sang suami mampu membayarnya. Termasuk
uang penggalang Silapun tidak ada, selain dari kedua system perkawinan diatas
ada satu system perkawinan yang banyak dilakukan oleh banyak orang pada era sekarang.
Akan tetapi bukan yang diakui oleh adat justru menentang atau berlawanan dengan
adat system ini adalah “Sistem Kawin Lari atau kawin Mid Naib” Sistem
perkawinan ini maksudnya adalah lari menghindari adat, “lari” dimaksud disini
tidak sama dengan Sebambangan, Karena sebambangan lari di bawa ke badan hokum
adat atau penyimbang, sedangkan kawin lari ini adalah si gadis melarikan bujang
ke badan huku agama islam yaitu Naib (KUA) untuk meminta di nikahkan, masalh adat
tidak disinggung-singgung, penyelesaian kawin seperti ini tidak ada yang
bertanggung jawab secara adat, sebab kadang-kadang keluarga tidak tahu menahu,
penyelesaian secara adat biasanya setelah akad nikah berlangsung apabila kedua
belah pihak ada kecocokan masalah adatnya, antara siapa yang berhak anatara keduanya
perempuan Nyakak/mentudau atau sang pria Cambokh Sumbay /Semanda.
Kawin
lari seperti ini sering dilakukan karena antara kedua belah pihak tidak ada
kecocokan dikarnakan beberapa hal diantaranya :
Sang
bujang belum mampu untuk berkeluarga sedangkan si gadis mendesak harus di
nikahkan secepatnya karena ada hal yang memberatkan si gadis. Kawin lari
semacam ini dilakukan karena keterbatasan biaya, apabila perkawinan ini
dilakukan secara adat atau dapat pula di simpulkan untuk menghemat biaya.
Macam-macam
sistem perkawinan Cambokh Sumbay/Semanda :
1. Cambokh Sumabay Mati manuk Mati
Tungu, Lepas Tegi Lepas Asakh. Cambokh Sumbay seperti ini merupakan cambokh
sumbay yang murni karena sang pria datang hanya membawa pakaian saja, segala
biaya pernikahan ditanggung oleh si gadis, anak keturunan dan harta perolehan
bersama milik isteri sang pria hanya membantu saja, apabila terjadi perceraian
maka semua anak, harta perolehan bersama milik sang isteri, suami tidak dapat apa.
2. Cambokh Sumbay Ikhing Beli,
cara semacam ini dilakukan karena sang bujang tidak mampu membayar jujur (bandi
lunik) yang diminta sang gadis, pada hal sang bujang telah melarikan sang gadis
secara nyakak mentudau, selama sang bujang belum mampu membayar jujur (bandi
lunik) dinyatakan belum bebas dari cambokh Sumabay yang dilakukannya. Apabila sang
bujang sudah membayar jujur (bandi lunik) barulah dilakukan acara adat dipihak
sang bujang.
3. Cambokh Sumbay Ngebabang, bentuk
ini dilakukan karena sebenarnya keluarga si gadis tidak akan mengambil bujang.
Atau tidak akan memasukkan orang lain ke dalam keluarga adat mereka, akan
tetapi karena terpaksa sementara masih ada keberatan –keberatan untuk melepas si
gadis Nyakak atau mentudau ketempat orang lain, maka diadakan perundingan
cambokh sumbay Ngebabang, cambokh Sumaby ini bersyarat, umpanya batas waktu
cambokh sumbay berakhir setelah yang menjadi keberatan pihak si gadis berakhir,
contoh : Seorang gadis anak tertua, ibunya sudah tiada bapaknya kawin lagi,
sedangkan adik laki yang akan mewarisi tahta masih kecil, maka gadis tersebut
mengambil bujang dengan cara Cambokh Sumabay Ngebabang, berakhirnya masa
cambokh sumbay ini setelah adik laki-laki tadi berkeluarga.
4. Cambokh Sumbay Tunggang Putawok
atau Sai Iwa khua Penyesuk, Cara semacam ini dikarenakan antara pihak keluarga
sang bujang dan sang wanita merasa keberatan untuk melepaskan anak mereka
masing-masing.
Sedangkan
perkawinan ini tidak dapat di hindarkan, maka dilakukan permusyawaratan dengan
sistem Cambokh sumbay Say Iwa khua penyesuk cambokh sumabi ini berarti “ Sang
pria bertanggung jawab pada keluarga isteri dengan tidak melepaskan tanggung
jawab pada keluarganya sendiri, demikian pula halnya dengan sang gadis, kadang
kala sang wanita menetap di tempat sang suami.
5. Cambokh Sumbay Khaja Kaja, ini
merupakan bentuk yang paling unik diantara cambokh sumabay lainnya karena menurut
adat Lampung Saibatin, Raja tidak boleh Cambokh Sumbay, ini terjadi Cambokh
Sumbay karena seorang anak tua yang harus mewarisi tahta keluarganya Cambokh
Sumbay kepada Seorang Gadis yang juga kuat kedudukan dalam adatnya, dan Sang
Gadis tidak akan di izinkan untuk pergi ketempat orang lain.
Untuk
wadah dan sarana makanan dalam pesta perkawinan dapat lampung sai batin penulis
belum bisa menyelesaikannya karena narasumber (Raja Perbasa – Kedondong Kab. Pesawaran)
sudah meninggal dunia pada saat penulis belum selesai menuliskan artikel ini
dan penulis belum mendapatkan sumber-sumber yang lebih akurat.
2. Upacara
Nayuh/Tayuhan
Nayuh
adalah saat acara adat atau perayaan yang dilaksanakan oleh keluarga besar.
Selain Pernikahan, Tayuhan juga dihelat saat khitanan anak, mendirikan rumah,
pesta panen dan Nettah Adoq. Sebelum dilaksanakan Tayuhan dan Pangan maka lebih
dahulu dilaksanakan rapat keluarga atau rapat adat yang membahas tentang
Tayuhan yang dinamakan Himpun.
Pada
saat Nayuh inilah baru dipertunjukkan penggunaan perangkat serta alat-alat adat
berupa piranti adat di atas [di lamban] maupun piranti adat di bah [arak
arakan] yang pemakaiannya disesuaikan dengan ketentuan adat yang belaku.
Penggunaan
Piranti ini disesuaikan dengan status Adoq atau Gelar Adat yang disandang. Untuk
persiapan Nayuh biasanya Keluarga besar akan memikul bersama kebutuhan bersama
si empunya Tayuhan yaitu dalam menyiapkan peralatan dan bahan bahan yang
diperlukan. Bahan-bahan yang dimaksud seperti:
a) Tandang Bulung
b) Kecambai
c) Nyani Buwak
d) Nyekhallai Siwok
e) Khambak Bebukha
f) Begulai
Selain
hal tersebut diatas, Keluarga besar dan khalayak dari pihak Baya maupun Kuakhi
juga memberikan bantuan berupa bahan bahan mentah yang disebut juga Setukhuk
atau berupa bahan makanan yang sudah dimasak dan siap hidang yang disebut
Ngejappang.
3. Upacara Gawi
Setiap
daerah memiliki tradisi, dan setiap tradisi pasti menyisakan ceritanya sendiri.
Upacara perayaan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tak terkecuali di
Lampung. Upacara Adat Lampung untuk merayakan ritual kehidupan, baik merayakan
kelahiran, menjelang pernikahan atau momen lainnya dalam kehidupan. Salah satu
tujuan dari upacara adat ini adalah sebagai bentuk syukur atas segala nikmat
dari Yang Kuasa.
Upacara
Gawi biasanya digelar masyarakat yang mempunyai ekonomi yang sudah mapan karena
membutuhkan biaya yang cukup banyak.
4. Upacara Kelahiran Lampung
Upacara
jenis ini dilaksanakan sesuai dengan kehidupan sehari hari dalam setiap
transformasi kehidupan, sejak seseorang dalam kandungan sampai akhir hayat
seseorang.
a. Masa Kehamilan
Kukhuk Limau/Belangekh
Upacara
ini dilaksanakan saat masa kehamilan berumur lima bulan.
Ngekhuang
Kaminduan
Upacara
ini dilaksanakan saat masa kehamilan berumur lima bulan.
b. Masa Kelahiran
Teppuk Pusokh/Salai Tabui/Salin Khah/Nyilih
Dakhah
Upacara
ini dilaksanakan setelah kelahiran bayi umur sehari, caranya adalah dengan
membersihkan dan menanam ari-ari sang bayi.
Betebus
Upacara ini dilaksanakan saat bayi
berumur tujuh hari, dimaksudkan untuk mendoakan bayi dan menebus bayi dari dukun
bersalin yang telah merawat bayi dari kandungan sampai membantu kelahirannya.
Becukokh
Upacara ini dilaksanakan saat bayi
berumur empat puluh hari yaitu mencukur rambut bayi untuk pertama kalinya dan
dalam acara ini juga dilaksanakan Aqiqahan.
Ngekuk/Ngebuyu/Mahau
Manuk
Upacara ini dilaksanakan saat bayi
berusia tiga bulan disaat bayi telah diberi makanan tambahan.
c. Masa Kanak Kanak
Besunat
Dikenal
juga istilah mandi pagi, khitanan bagi anak laki laki
Ngantak
Sanak Ngaji
Dilaksanakan
saat seorang anak mulai belajar mengaji
d. Masa Dewasa
Kukhuk
Mekhanai
Saat
dimana seorang remaja pria telah memasuki masa akil balikh
Nyakakko Akkos
Upacara
ini dilakukan bagi remaja perempuan, dalam kesempatan ini juga dilakukan acara
busepi yaitu meratakan gigi dengan menggunakan asahan yang halus.
Nettah Adoq/Cakak Pepadun
Cakak
Pepadun dilaksanakan pada saat Pernikahan Sultan [Tayuh Saibatin], dalam
upacara ini juga ditahbiskan Gelar Adat seseorang [Nettah Adoq]. Namun demikian
Nettah Adoq dilakukan dalam setiap pernikahan bukan hanya Tayuh Saibatin saja.
5. Upacara-Upacara yang Bersifat
Sakral di Lampung
Upacara
jenis ini lebih berhubungan dengan kepercayaan, alur transendental dan aura
mistis. Upacara dan Ritual jenis ini diantaranya:
Upacara
Ngebabali
Upacara
jenis ini dilaksanakan saat membuka huma atau perladangan baru disaat membersihkan
lahan untuk ditanami atau pada saat mendirikan rumah dan kediaman yang baru
atau juga untuk membersihkan tempat angker yang mempunyai aura gaib jahat.
Upacara
Ngambabekha
Upacara
ini dilaksanakan saat hendak Ngusi Pulan [membukahutan] untuk dijadikan
Pemekonan [Perkampungan] dan perkebunan, karena diyakini Pulan Tuha [hutan
rimba] memiliki penunggunya sendiri. Upacara ini dilakukan dimaksudkan untuk mengadakan
perdamaian dan ungkapan selamat datang agar tidak saling mengganggu.
Upacara
Ngumbay Lawok
Upacara
ini adalah ungkapan syukur masyarakat pesisir atas hasil laut dan juga untuk memohon
keselamatan kepada sang pencipta agar diberikan keselamatan saat melaut, dalam
ritual ini dikorbankan kepala kerbau sebagai simbol pengorbanan dan ungkapan
terimakasih kepada laut yang telah memberikan hasil lautnya kepada nelayan.
Upacara
Ngalahumakha
Upacara
ini dilaksanakan saat hendak menangkap ikan.
Upacara
Belimau
Upacara
ini dilaksanakan saat memasuki Puasa dibulan suci Ramadhan.
Upacara
Ngebala
Upacara
ini dilaksanakan tujuannya sebagai Tulak Bala agar tehindar dari musibah.
6. Kematian
dalam Suku Lampung Saibathin dan Lampung Pepadun
Kematian dalam Masyarakat Lampung Saibathin
Pada
saat wafatnya seseorang, akan ada seorang yang ngekunan yaitu memberitahu
keluarga, kerabat dan handai taulan tentang kabar meninggalnya almarhum agar
segera datang untuk ninggam pudak [melayat] . Dalam situasi ini dibagilah tugas,
ada yang melakukan bedah bumi [menggali liang lahat], ada yang memandikan
jenazah, mengkafani, menyolatkan hingga menguburkan.
Saat
malam harinya diadakan bedu’a yaitu tahlilan hingga Niga Hari saat malam ketiga
dilanjutkan Mitu Bingi pada malam ketujuh, Ngepakpuluh saat hari keempat puluh
dan Nyekhatus saat seratus hari wafatnya almarhum.
Kematian
dalam Masyarakat Lampung Pepadun
Upacara
adat pada saat kematian di masyarakat lampung pepadun antara lain :
a. Tahlilan :mendo’akan orang yang
sudah meninggal
b. Negou : memperingati hari ketiga
meninggalnya seseorang 3.
c. Mitew : memperingati hari ketujuh
meninggalnya seseorang 4.
d. Pak Puluh : memperingati 40 hari
meninggalnya seseorang 5.
e. Nyegatus : memperingati 100 hari
meninggalnya seseorang 6.
f. Nahun : memperingati setahun
meninggalnya seseorang 7.
g. Nyeghibu : memperingati 1000 hari
meninggalnya seseorang.
Kata Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah tugas proyek ini.
Semoga bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Dan mohon maaf apabila ada
kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat yang tidak jelas, mengerti, dan
lugas karena kurangnya pengetahuan dan rujukan atau referensi yang berhubungan
dengan judul makalah tugas proyek ini.
Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Komentar
Posting Komentar