Keragaman Budaya Lampung

Hai...
Ketemu lagi di blog milikku

Aku mau berbagi tentang makalah budaya Lampung
Walaupun aku orang Jawa asli tapi, tidak menutup kemungkinan aku untuk mengenal budaya lain

Di awal aku mau bilang dulu, artikel kali ini isinya panjang
Jadi, bersiaplah kalian bertemu dengan ribuan kata di bawah 😂😅



Proyek
Keragaman Budaya Provinsi Lampung



Logo Provinsi Lampung


Nama               : Briliana Aura Safitri
No. Absen       : 11
Kelas               : 8A

SMP Negeri 1 Salaman
Tahun Pelajaran 2016/2017




Kata Pengantar
       
              Assalamu’alaikum wr. wb.
       
              Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas proyek dengan tepat waktu guna memenuhi tugas Ilmu Pengetahuan Sosial.

  Dalam penyusunannya, saya mengucapkan terimakasih kepada Guru Ilmu Pengetahuan Sosial saya yaitu Ibu Asih Hardjanti, S.Pd yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga makalah tugas proyek ini memberikan manfaat.      

  Meskipun saya berharap isi dari makalah tugas proyek saya ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas proyek Ilmu Pengetahuan Sosial ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga hasil makalah tugas proyek saya ini bermanfaat.



Magelang, 12 April 2017




Penyusun




Daftar Isi
       Kata Pengantar ........................................................................................................     2
       Daftar Isi  .................................................................................................................     3
BAB I PENDAHULUAN
       1.1 Latar Belakang  ..................................................................................................     4
       1.2 Rumusan Masalah  .............................................................................................     4
       1.3 Tujuan dan Manfaat  ..........................................................................................     4
BAB II PEMBAHASAN
       2.1 Sejarah Lampung dan Asal-Usul  ......................................................................     5
              2.1.1 Alat Musik Tradisional  ...........................................................................     10
              2.1.2 Batik Khas ...............................................................................................     13
              2.1.3 Lagu Daerah ............................................................................................     17
              2.1.4 Makanan Khas  ........................................................................................     21
              2.1.5 Musik Tradisional  ...................................................................................     28
              2.1.6 Pakaian Adat ...........................................................................................     29
              2.1.7 Rumah Adat ............................................................................................     33
              2.1.8 Seni Pertunjukan  .....................................................................................     35
              2.1.9 Senjata Tradisional  .................................................................................     39
              2.1.10 Tarian Tradisional  .................................................................................     43
              2.1.11 Upacara Adat ........................................................................................     50
       Kata Penutup  ..........................................................................................................     59




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang          
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Terkait dengan uraian di atas, maka untuk lebih memperdalam pengetahuan mengenai keragaman budaya di sini kita akan membahas sedikit mengenai keragaman budaya Lampung.

1.2  Rumusan Masalah
Dalam makalah tugas proyek tentang keragaman budaya provinsi Lampung meliputi:


1.        Sejarah dan Asal-Usul
2.        Alat Musik Tradisional                                                                       
3.        Batik Khas
4.        Lagu Daerah
5.        Makanan Khas
6.        Musik Tradisional
7.        Pakaian Adat
8.        Rumah Adat
9.        Seni Pertunjukan
10.    Senjata Tradisional
11.    Tarian Tradisional
12.    Upacara Adat



1.3  Tujuan dan Manfaat
Tujuan pembuatan makalah tugas proyek ini adalah untuk memenuhi tugas proyek Ilmu Pengetahuan Sosial dan mengetahui keberagaman budaya yang ada di Indonesia, dalam makalah ini provinsi Lampung. Secara terperinci tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.        Mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang budaya Lampung.
2.    Mengetahui sampai sejauh mana perkembangan kebudayaan Lampung.
                       



BAB II
PEMBAHASAN
       2.1 Sejarah Lampung dan Asal-Usul
Secara astronomis terletak antara 103º 40' - 105º 50' BT dan 6º 45' - 3º 45' LS. Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan.
Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 maret 1964 tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan, tapi daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khasanah adat budaya di Nusantara yang tercinta ini. Oleh karena itu pada zaman VOC daerah Lampung tidak terlepas dari incaran penjajahan Belanda.
Tatkala Banten di bawah pimpinan Sultan Agung Tirtayasa (16511683) Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC di perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Sultan Agung ini dalam upaya meluaskan wilayah kekuasaan Banten mendapat hambatan karena dihalangi VOC yang bercokol di Batavia. Putra Sultan Agung Tirtayasa yang bernama Sultan Haji diserahi tugas untuk menggantikan kedudukan mahkota kesultanan Banten.
Dengan kejayaan Sultan Banten pada saat itu tentu saja tidak menyenangkan VOC, oleh karenanya VOC selalu berusaha untuk menguasai kesultanan Banten. Usaha VOC ini berhasil dengan jalan membujuk Sultan Haji sehingga berselisih paham dengan ayahnya Sultan Agung Tirtayasa. Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Haji meminta bantuan VOC dan sebagai imbalannya Sultan Haji akan menyerahkan penguasaan atas daerah Lampung kepada VOC. Akhirnya pada tanggal 7 April 1682 Sultan Agung Tirtayasa disingkirkan dan Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten.
Dari perundingan antara VOC dengan Sultan Haji menghasilkan sebuah piagam dari Sultan Haji tertanggal 27 Agustus 1682 yang isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan perdagangan rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Banten kepada VOC yang sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di daerah Lampung.
Pada tanggal 29 Agustus 1682 iringiringan armada VOC dan Banten membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur dengan membawa surat mandat dari Sultan Haji dan ia mewakili Sultan Banten. Ekspedisi Vander Schuur yang pertama ini ternyata tidak berhasil dan ia tidak mendapatkan lada yang dicari-carinya. Agaknya perdagangan langsung antara VOC dengan Lampung yang dirintisnya mengalami kegagalan, karena ternyata tidak semua penguasa di Lampung langsung tunduk begitu saja kepada kekuasaan Sultan Haji yang bersekutu dengan kompeni, tetapi banyak yang masih mengakui Sultan Agung Tirtayasa sebagai Sultan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai musuh.
Sementara itu timbul keraguan dari VOC apakah benar Lampung berada di bawah Kekuasaan Sultan Banten, kemudian baru diketahui bahwa penguasaan Banten atas Lampung tidak mutlak.
Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut "Jenang" atau kadang disebut Gubernur hanyalah dalam mengurus kepentingan perdagangan hasil bumi (lada).
Sedangkan penguasa-penguasa Lampung asli yang terpencar pada tiap-tiap desa atau kota yang disebut "Adipati" secara hirarkis tidak berada di bawah koordinasi penguasaan Jenang/ Gubernur. Jadi penguasaan Sultan Banten atas Lampung adalah dalam hal garis pantai saja dalam rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil-hasil bumi terutama lada, dengan demikian jelas hubungan Banten-Lampung adalah dalam hubungan saling membutuhkan satu dengan lainnya. melepaskan daerah Lampung kepada Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda. Namun setelah Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk Residen Belanda untuk Lampung.
Dalam pada itu sejak tahun 1817 posisi Radin Inten semakin kuat, dan oleh karena itu Belanda merasa khawatir dan mengirimkan ekspedisi kecil di pimpin oleh Assisten Residen Krusemen yang menghasilkan persetujuan bahwa :
1      Radin Inten memperoleh bantuan keuangan dari Belanda sebesar f. 1.200 setahun.
2      Kedua saudara Radin Inten masing-masing akan memperoleh bantuan pula sebesar f. 600 tiap tahun.
3      Radin Inten tidak diperkenankan meluaskan lagi wilayah selain dari desa-desa yang sampai saat itu berada di bawah pengaruhnya.
Tetapi persetujuan itu tidak pernah dipatuhi oleh Radin Inten dan ia tetap melakukan perlawanan-perlawanan terhadap Belanda.
Oleh karena itu pada tahun 1825 Belanda memerintahkan Leliever untuk menangkap Radin Inten, namun dengan cerdik Radin Inten dapat menyerbu benteng Belanda dan membunuh Liliever dan anak buahnya. Akan tetapi karena pada saat itu Belanda sedang menghadapi perang Diponegoro (1825 1830), maka Belanda tidak dapat berbuat apa-apa terhadap peristiwa itu. Tahun 1825 Radin Inten meninggal dunia dan digantikan oleh Putranya Radin Imba Kusuma.
Setelah Perang Diponegoro selesai pada tahun 1830 Belanda menyerbu Radin Imba Kusuma di daerah Semangka, kemudian pada tahun 1833 Belanda menyerbu benteng Radin Imba Kusuma, tetapi tidak berhasil mendudukinya. Baru pada tahun 1834 setelah Asisten Residen diganti oleh perwira militer Belanda dan dengan kekuasaan penuh, maka Benteng Radin Imba Kusuma berhasil dikuasai.
Radin Imba Kusuma menyingkir ke daerah Lingga, namun penduduk daerah Lingga ini menangkapnya dan menyerahkan kepada Belanda. Radin Imba Kusuma kemudian di buang ke Pulau Timor.
Dalam pada itu rakyat dipedalaman tetap melakukan perlawanan, "Jalan Halus" dari Belanda dengan memberikan hadiah-hadiah kepada pemimpin-pemimpin perlawanan rakyat Lampung ternyata tidak membawa hasil. Belanda tetap merasa tidak aman, sehingga Belanda membentuk tentara sewaan yang terdiri dari orang-orang Lampung sendiri untuk melindungi kepentingan-kepentingan Belanda di daerah Telukbetung dan sekitarnya. Perlawanan rakyat yang digerakkan oleh putra Radin Imba Kusuma sendiri yang bernama Radin Inten II tetap berlangsung terus, sampai akhirnya Radin Inten II ini ditangkap dan dibunuh oleh tentara-tentara Belanda yang khusus didatangkan dari Batavia.
Sejak itu Belanda mulai leluasa menancapkan kakinya di daerah Lampung. Perkebunan mulai dikembangkan yaitu penanaman kaitsyuk, tembakau, kopi, karet dan kelapa sawit. Untuk kepentingan-kepentingan pengangkutan hasil-hasil perkebunan itu maka tahun 1913 dibangun jalan kereta api dari Telukbetung menuju Palembang.
Hingga menjelang Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 dan periode perjuangan fisik setelah itu, putra Lampung tidak ketinggalan ikut terlibat dan merasakan betapa pahitnya perjuangan melawan penindasan penjajah yang silih berganti. Sehingga pada akhirnya sebagai mana dikemukakan pada awal uraian ini pada tahun 1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat I Provinsi Lampung. Kejayaan Lampung sebagai sumber lada hitam pun mengilhami para senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan, ketika Lampung diresmikan menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam menjadi salah satu bagian lambang daerah itu. Namun, sayang saat ini kejayaan tersebut telah pudar.yang ada sekaranga adalah bandar lampung menjadi salah satu objek wisata yang menerik di antara nya pulau pasir, pasir putih dan lembah hijau.
Asal-Usul Lampung
Asal-usul ulun Lampung (orang Lampung) erat kaitannya dengan istilah Lampung sendiri. Pada abad ke VII orang di negeri Cina sudah membicarakan suatu wilayah di daerah Selatan (Namphang) dimana terdapat kerajaan yang disebut Tolang Pohwang, To berarti orang dan Lang Pohwang adalah Lampung. nama Tolang, Po’hwang berarti “orang Lampung” atau “utusan dari Lampung” yang datang dari negeri Cina sampai abad ke 7.Terdapat bukti kuat bahwa Lampung merupakan bagian dari Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Jambi dan menguasai sebagian wilayah Asia Tenggara termasuk Lampung dan berjaya hingga abad ke11.
Dalam kronik Taipinghuanyuchi dari abad kelima Masehi, disebutkan nama-nama negeri di kawasan Nanhai (“Laut Selatan”), antara lain dua buah negeri yang disebutkan berurutan: Tolang dan Pohwang.
Negeri Tolang hanya disebut satu kali, tetapi negeri Pohwang cukup banyak disebut, sebab negeri ini mengirimkan utusan ke negeri Cina tahun 442, 449, 451, 459, 464 dan 466. Prof. Gabriel Ferrand, pada tulisannya dalam majalah ilmiah Journal Asiatique, Paris, 1918, hal. 477, berpendapat bahwa kedua nama itu mungkin hanya satu nama: Tolangpohwang, lalu negeri itu dilokasikan Ferrand di daerah Tulangbawang, Lampung.
Prof. Purbatjaraka, dalam bukunya Riwajat Indonesia I, Jajasan Pembangunan, Djakarta, 1952, hal. 25, menyetujui kemungkinan adanya kerajaan Tulangbawang, meskipun diingatkannya bahwa anggapan itu semata-mata karena menyatukan dua toponimi dalam kronik Cina.
Bahasa Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun Lampung di Provinsi Lampung, selatan Palembang dan pantai barat Banten.
Bahasa ini termasuk cabang Sundik, dari rumpun bahasa Melayu Polinesia barat dan dengan ini masih dekat berkerabat dengan bahasa Melayu , dan sebagainya.
Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek. Pertama, dialek A (api) yang dipakai oleh ulun Sekala Brak, Melinting Maringgai, Darah Putih Rajabasa, Balau Telukbetung, Semaka Kota Agung, Pesisir Krui, Ranau, Komering dan Daya (yang beradat Lampung Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, subdialek O (nyo) yang dipakai oleh ulun Abung dan Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun). Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek, yaitu Dialek Belalau atau Dialek Api dan Dialek Abung atau Nyow.
Aksara lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tetapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.
Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca.
Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.
Aksara lampung telah mengalami perkembangan atau perubahan. Sebelumnya Had Lampung kuno jauh lebih kompleks. Sehingga dilakukan penyempurnaan sampai yang dikenal sekarang. Huruf atau Had Lampung yang diajarkan di sekolah sekarang adalah hasil dari penyempurnaan tersebut.
Lampung consonants.gif

              2.1.1 Alat Musik Tradisional           
1. Alat Musik Bende
Alat musik tradisional Lampung yang pertama bernama Bende. Bende adalah sebuah alat musik yang bentuknya seperti gong kecil. Alat musik ini dimainkan dengan cara ditabuh menggunakan pemukul kayu. Selain berfungsi sebagai alat musik, pada masa silam bende juga mempunyai fungsi seperti kentongan di Jawa yaitu sebagai penanda pada masyarakat suatu kampung untuk dapat berkumpul di sumber bunyi. Adapun saat ini, bende umumnya cenderung digunakan pada saat ada pertunjukan topeng monyet, pengiring tarian adat Lampung, atau saat ada pesta adat lainnya. Di beberapa daerah, bende juga disebut dengan nama canang.
2. Alat Musik Cetik atau Gamolan Pekhing
Cetik adalah nama lain dari gamolan pekhing, yaitu sebuah kolintang terbuat dari bambu yang menghasilkan nada ketika dipukul menggunakan pemukul khusus. Beberapa ahli sejarah menyebutkan bahwa cetik atau gamolan pekhing dari Lampung adalah gamelan pertama yang ada di dunia. Gamelan yang dikenal masyarakat Jawa yang menggunakan logam sebagai sumber bunyi sejatinya adalah jenis gamolan yang meniru desain dan aturan nada gamolan Pekhing ini. Dengan kata lain, gamolan pekhing (cetik) merupakan alat musik tradisional Lampung yang benar-benar berasal dari Lampung. Berikut ini adalah gambar dari Gamolan Pekhing tersebut dan beberapa alat musik khas Lampung lainnya.
Gamolan ini dimainkan dengan cara dipukul seperti gamelan. Biasanya musik yang dimainkan dengan gamolan ini diadakan pada saat pelaksanaan acara-acara adat tertentu di Lampung. Alat musik khas Lampung ini sudah ada sejak abad ke 4 masehi, akan tetapi sampai dengan saat ini banyak masyarakat Lampung yang belum mengetahui dari kekayaan alat musik tradisional ini.
Seorang peneliti asal Australia tertarik untuk meneliti alat musik gamolan ini. Menurutnya alat musik gamolan ini sudah ada dan lebih tua dari gamelan. Hal ini terbukti dengan ditemukannya gambar gamolan pada relief candi Borobudur. Gamolan modern yang dapat ditemui di Lampung Barat dan Way Kanan, memiliki perbedaan dibandingkan dengan gamolan kuno. Gamolan kuno memiliki delapan bilah bambu yang sejajar di atas satu bongkahan bulat bambu sebesar sekitar lengan orang dewasa. Delapan bilah bambu masing-masing mewakili delapan tangga nada, yaitu do re mi fa so la si do. Sementara, gamolan modern hanya memiliki tujuh bilah bambu yang mewakili tujuh tangga nada. Satu tangga nada yang hilang adalah tanga nada fa.
3. Alat Musik Serdam
Serdam adalah alat musik tiup tradisional Lampung yang dibuat dari bambu, persis seperti seruling. Alat musik ini menghasilkan nada pentatonis saat dituip. Satu hal yang membedakan antara serdam dan seruling di Jawa adalah jika seruling dapat terdiri atas 7 lubang, maka serdam hanya terdiri dari 5 lubang nada. Serdam memiliki nada dasar G atau DO dan kelima lubang menghasilkan nada yaitu RE, MI, SOL, LA, dan SI.
4. Alat Musik Kompang
Kompang ialah sejenis alat musik tradisional yang sangat dikenal di kalangan masyarakat Melayu. Ia termasuk dalam kategori musik gendang. Kulit kompang biasanya terbuat dari kulit kambing. Alat musik ini berasal dari Arab, ada juga yang mengatakan bahwa kompang berasal dari Parsi dan digunakan untuk menyambut kedatangan Rasulullah S.A.W. pada waktu itu. Selain itu, kompang juga digunakan untuk memberi semangat kepada tentara-tentara Islam ketika berperang. Kompang terdiri dari berbagai ukuran. Ada yang berukuran garis pusat sepanjang 22.5 cm, 25 cm, 27.5 cm dan ada juga yang mencapai 35 cm. Kompang dimainkan secara beregu dalam keadaan duduk, berdiri atau berjalan. Jika kompang dimainkan dalam acara berzanji, pemain akan duduk bersila atau duduk di atas kursi. Jika dimainkan dalam acara pernikahan dan pawai menyambut pejabat daerah atau pejabat negara, pemain kompang ini berjalan mengiringi pengantin atau pejabat daerah, atau pejabat negara tersebut. Kompang dimainkan dengan menggunakan kedua belah tangan. Sebelah tangan memegang kompang, dan sebelah tangan lagi memukul kompang. Terdapat tiga rentak dalam permainan kompang, yaitu rentak biasa, rentak kencet, dan rentak sepulih. Rentak yang biasa dimainkan ialah rentak biasa. Rentak kencet ialah rentak di tengah-tengah pukulan, kemudian seolah-olah terhenti seketika. Sedangkan rentak sepulih dimainkan untuk kembali pada rentak lagu pertama. Alat musik kompang ini harus dijaga dengan baik. Sebagian masyarakat Melayu percaya bahwa kompang harus diletakkan pada suatu tempat tertentu, tidak boleh dilangkahi atau dipijak. Jika hal seperti itu tidak diindahkan, maka orang tersebut akan dirasuki oleh syeikh, seperti tidak sadarkan diri ketika memukul kompang. Pukulan tersebut terus dilakukan oleh orang yang kesurupan itu, hingga ia cedera, atau terluka.
5. Alat Musik Gambus
Gambus merupakan salah satu alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik ini memiliki fungsi sebagai pengiring tarian zapin dan nyanyian pada waktu diselenggarakan pesta pernikahan atau acara syukuran. Alat musik ini identik dengan nyanyian yang bernafaskan Islam. Bentuknya yang unik seperti bentuk buah labu siam atau labu air (My) menjadikannya mudah dikenal. Ada beberapa jenis gambus yang dapat diperoleh di mana saja, terutama di kawasan tanah Melayu. Jenis-jenis tersebut, seperti gambus yang hanya mempunyai tiga senar dan ada juga gambus yang mempunyai 12 senar. Jumlah senar biasanya terpulang pada yang memainkannya. Selain dimainkan secara solo, alat musik ini dapat juga dimainkan secara berkelompok.
6. Alat Musik Sekhdap dan Bekhdah
Alat musik ini hampir sama dengan Terbangan atau Kerenceng, hanya saja memiliki ukuran lebih besar bahkan ada yang berdiameter mencapai 100 cm.
7. Alat Musik Kerenceng
Kerenceng atau terbangan ini adalah alat musik yang dibuat dari kulit kambing dan kayu. Alat musik ini dilengkapi dengan rotan yang digunakan untuk meregangkan kulit kambing agar suaranya lebih keras. Alat musik ini dipergunakan untuk mengiringi vokal, baik dalam acara ngarak (buharak) dalam bentuk tabuh lama (butabuh) dan mengiringi lagu-lagu dalam tubuh baru (diperbaru).

              2.1.2 Batik Khas
Sejarah menyebutkan, Lampung sudah mengenal seni tekstil sejak abad ke 18. Ragam seni tekstil Lampung antara lain kain tapis (kain tenun ikat), bidak, sebage, teppal, selekap, cindai, peleppai (kain bermotif kapal), dan nampan. Namun kebanyakan orang mengenal Lampung dari kain tapisnya. Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungan maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Kain tapis digunakan sebagai pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam. Kain ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung.

Kain Tapis Lampung
https://gpswisataindonesia.files.wordpress.com/2013/10/8e9e5-batiklampung-tapis.jpg?w=400&h=300
Tak banyak yang tau, ternyata Lampung juga memiliki batik dengan corak tersendiri. Batik Lampung tercipta melalui proses panjang. Batik Lampung mulai berkembang pada tahun 1970-an dan dipelopori oleh Andrean Sangaji (seorang budayawan Lampung). Motif Lampung memiliki keunikan tersendiri yang sangat berbeda dengan motif wilayah lain yang ada di Indonesia. Motif batik Lampung sangat dipengaruhi kebudayaan India, motif Budha sangat kental di dalamnya. Motif yang paling terkenal adalah motif perahu dan pohon hayat atau pohon kehidupan. Dua motif ini menjadi sangat khas bagi kebudayaan Lampung dan merupakan trade mark Lampung di mata dunia internasional. Ini terbukti dengan adanya koleksi kain tradisional Lampung yang terdapat di beberapa museum di Australia, Hawai dan Amerika. Biasanya motif-motif tersebut dikenal pada kain Tampan, Palepai dan Tatibin yang biasa dikerjakan oleh pengrajin di sekitar pesisir.
Batik Lampung Motif Pohon Hayat 
https://gpswisataindonesia.files.wordpress.com/2013/10/6b780-batiklampung-motifpohonhayat.jpg?w=400&h=281
Motif-motif Batik Lampung yang berkembang saat ini merupakan sebagian diambil dari motif-motif pada kain tradisional Lampung yang telah berkembang sebelumnya. Banyak motif batik Lampung modifikasi yang bermunculan. Seperti motif gamolan, siger, kupu-kupu, dan gajah. Hal tersebut merupakan simbol perkembangan budaya yang diaplikasikan ke dalam motif batik yang diangkat dari akar budaya daerah masing-masing.

Batik Lampung Motif Gajah dan Kapal 
https://gpswisataindonesia.files.wordpress.com/2013/10/c89f3-batiklampung-motifgajahdankapal.jpg?w=400&h=240
Batik Lampung Motif Kapal 
https://gpswisataindonesia.files.wordpress.com/2013/10/04e89-batiklampung-motifkapal.jpg?w=400&h=252
Seiring dengan bergesernya budaya dari budaya lama menuju budaya modern, segi teknik, desain maupun proses pembuatan sudah jauh lebih maju dari ratusan tahun yang lalu. Batik Lampung tetap mengangkat ciri kebudayaan Lampung meski dengan gaya kontemporer dengan tidak mengurangi makna dan esensi yang terkandung di dalamnya. Sehingga rasa kebanggaan terhadap budaya Lampung bisa dirasakan bagi pemakainya dan menjadikan ciri khas atau identitas tersendiri.
Batik Lampung Gaya Kontemporer 
https://gpswisataindonesia.files.wordpress.com/2013/10/0ebeb-batiklampung-gayakontemporer.jpg?w=400&h=280
Motif asli yang tetap eksis yakni batik motif sembagi. Batik sembagi merupakan batik asli Lampung yang telah diadopsi menjadi kain adat dan sudah disakralkan sebagai kain penutup mayat. Batik sembagi khusus untuk penutup mayat memiliki corak warna khusus, yakni gelap. Sedangkan warna-warna terang lebih banyak dipakai untuk dijadikan sebagai pakaian. Batik sembagi memiliki banyak motif hasil kreasi, yaitu sembagi belando dan sembagi sekebar. Ciri khas batik Lampung yakni terdapat gambar bunga kaca piring, sepedundung, dan lain-lain. Motif-motif ini merupakan motif yang diadopsi oleh masyarakat Lampung.
Batik Sembagi
https://gpswisataindonesia.files.wordpress.com/2013/10/25dc0-batiklampung-sembagi.jpg?w=400&h=285
Namun ada pendapat yang berbeda tentang batik sembagi ini. Dalam literatur, disebutkan kain sembagi adalah kain khas coromandel cloths dari India bukan batik Lampung. Dalam sejarah batik, Lampung tidak memiliki batik. Kain sembagi yang disebut batik Lampung itu sebenarnya tidak ada bedanya dengan batik di Jawa, yang juga disebut serasah atau kumitir. Kain bermotif geometris ini mulai dipopulerkan di Sumatera Selatan pada abad ke-15 yang pada masa itu pemasarannya dimonopoli oleh VOC (De Vereenigde Oost Indische Companie). Pendapat lain menyebutkan, jika batik Lampung sudah ada sejak abad ke-15, yang sering disebut kain sembagi. Perbedaan pandang tersebut merupakan celah untuk duduk bersama, kemudian mendiskusikannya dan menelusuri keberadaan batik Lampung. Untuk melakukannya perlu mengumpulkan bukti-bukti sejarah yang otentik dan literatur pendukung. Penelusuran ini menjadi penting untuk mencari kesepahaman bersama tentang keberadaan batik Lampung. Penelusuran ini bisa dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari budayawan, sejarawan, pencinta batik, kaum adat, dan masyarakat pada umumnya. Tujuannya untuk mengetahui seluk beluk batik Lampung guna merumuskan solusi dan persespi yang sama agar tidak ada lagi klaim secara sepihak. Selain itu, untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap makna dan hakikat warisan budaya Lampung. Serta dapat mempublikasikan kebudayaan batik tersebut dan menetapkannya sebagai warisan budaya Lampung, dan bisa tercatat dalam kerajinan batik Indonesia.
Dengan mengambil motif-motif yang khas di sekitar wilayah kota Lampung, batik Lampung ini mampu memberikan kesegaran baru dalam ragam batik nusantara. Saat ini tak hanya ke kantor atau acara formal lainnya saja, namun desain pakaian berbahan dasar batik Lampung pun kini mulai variatif dan fashionable.
Baju Bahan Batik Lampung 
Usaha untuk memajukan Batik Lampung harus melibatkan semua unsur, baik pemerintah daerah, instansi swasta, lembaga terkait, maupun para pengrajin. Perkembangan batik saat ini cukup bagus, dimana semua instansi baik pemerintah maupun swasta mulai menginstruksikan karyawannya menggunakan batik.
Seiring sejarah dan upaya yang dilakukan, batik Lampung kini semakin punya pamor. Kreasi sandang Lampung tidak hanya kain tapis (kain tenun ikat), palepai (kain kapal), atau sulam usus yang bersifat religius yang dikerjakan secara turun-temurun oleh masyarakat adat.
Modifikasi motif batik khas Lampung yang memuat simbol-simbol daerah yang ada di Propinsi Lampung lakukan agar Lampung tidak tertinggal dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia khususnya corak-corak batik exclusive dan modern.

              2.1.3 Lagu Daerah
Cangget Agung
Cipt. Syaiful Anwar
Sesat agung sai wawai
Talo butabuh takhi cangget
Gawi adat tanno tegow
cakak pepadun
Adat budayo Lampung
Nayah temon ragom wawai no
Jepana, gerudo no
rata sebatin
Cangget agung 2x
Muli batangan
Dilom kutomaro 2x
Mejeng busanding
Gawi adat lampung 2x
Jak zaman tohow
Lapah kham jamojamo
Ngelestariko adat lampung
Lipang-Lipang Dang
Pang lipang dang pang lipang dang ki lidang
Pang lipang dang sakik lipang jak kundang
Yu yu payu yu payu kuterima
Yu yu payu kaya dia
Api penggali lawas pakai tembilang besi
Meranai awas awas meranai awas awas
Nayah muli membudi
Kipas pas kipas pulas
Kipas bulung tembaku
Seratus limabelas seratus lima belas
Nyak haga jama niku
Mun niku kawai handak nyak munih kawai handak
Mun niku haga di nyak, nyak munih haga diniku 2x
Pang lipang dang pang lipang dang ki lidang
Pang lipang dang sakik lipang jak kundang
Yu yu payu yu payu kuterima
Yu yu payu kaya dia
Tanoh Lado
Jak Ranau Tigoh Di Teladas
Jak Palas Munggah Mit Bengkunat
Gunung Rimba Tiuh Pumatang
PulauPulau
Di Laok Lepas
Bumiku Tanoh Lampung Kulawi
Panjak WahWah
Di Nusantara
Tani Tukun Sangun Jak Jebi
Tanoh Lampung Tanoh Lado
Meregai Buai Rik Bahasa
Nayah Sina Tanda Ram Kaya
Adat Rik Budaya
Suratni Kaganga
Jadi Warisan JamaJama
Tabikpun Jama Sai Tuha Raja
Penyimbang Sebatin Semerga
Salah Rik Cempala Tian Sai NguraNgura
Kilu Tawai Sikam Kiluyang
Bumiku Tanoh Lampung Kulawi
Panjak WahWah
Di Nusantara
Tani Tukun Sangun Jak Jebi
Tanoh Lampung Tanoh Lado

Sang Bumi Ghuwai Jughai
Jak ujung Danau Ghanau
Teliyu mit Wai Kanan
Sampai pantai Lawok Jawo
Pesisigh ghik pepadun
Jadi sai dilom lambang
Lampung sai kayo ghayo
Lampung sai,
Sang bumi ghua jughai 2x
Ki gham haga bughasa
Hujauni pemandangan
Huma lada di pematang
Apilagi cengkehni
Telambun beghuntaian
Tandani kemakmughan
Lampung sai,
Sang bumi ghua jughai 2x
Canggot pagha penglaku
Sembah jama sebatin
Sina gawi adat sikam
Manjau ghik sebambangan
Taghi ghakot ghik Melinting
Cihgini ulun Lampung
Bumi Lampung
Sangun kak jak zaman ho
Lampung ghadu dikenal
Hasilno kupi lado
Jadi idaman kaum modal
Wawai pemandangannyo
Jak pinggegh Teluk Lampung
Pek ulun besokosoko
Lamun gham di nggak gunung
Sang Bumi Ghuwa Jughai
Eno lambang sai agung
Lapah gham jamojamo
Guwai ngebangun bumi Lampung
Sang Bumi Ghuwa Jughai
Eno lambang sai agung
Lapah gham jamojamo
Guwai ngebangun bumi Lampung
Muloh Tungga
Teppik pengkalan mandi
Tinggaldo indai kanca
Halokwi antak sinji
Negham bandung pujama
Induh kapan masani
Gham dapok muloh tungga
Kintu wat salah dighi
Mahaf keti sai dija
Reff.
Mangkung tantu kapan masani
Gham dapok muloh tungga
Sangun sedih, kik tipubiti
Pulipang jak pujama 2x
Luhotku dipuaghi
Sunyinni sai wat dija
Kintu telibak dudi
Singgah di gham dang lupa
Teluk Lampung
Jak teluk sampai panjang
lamun tengah debingi
lampu sinagh menyinagh
sehelau pumandangan
lamun kak ghani minggu
nayah ulun sai guk san
bak haga nyari judu
di saksiko lautan
ghang laya helau ghulus
nutuk pinggegh lautan
Ngiwi bubaghis lughus
sehelau pumandangan
lamun jak sana misan
nyak haga nyita mulang
nutuk ghik pumandangan
sayup mata gham mandang


Penyandangan
Mak ngedok sai umpama
Biti sakikni badan
Tanjogh tughun dunia
Ghejiwi penyandangan
Layin ulih besuya
Pembagian jak Tuhan
Kidangwi payu ghiya
Sakikni penyandangan
Lah lawi api daya
Biduk lebon kayuhan
Lah lawi api daya
Biduk lebon kayuhan
Asing iluk ghik cagha 2x
Supaya nyampai tujuan
Kidangwi payu ghiya
Nyak nunggu kemughahan
Sabagh daleh bedua
Kekalau kedolohan


Seminung
Seminung di kala dibi
Cahyani kuning gegoh emas
Cukutni hampaghan mata
Tebingni ngejutko hati
Manukmanuk
behamboghan
Dija dudi ghagom bepantun
Ngeghasako angin Seminung
Ceghita jak zaman saka
Segala huma di zaman timbai
Tanom tumbuh tuwoh mak buhantagha
Seminung sikop dilingkaghi wai
Kughnia Tuhan Mahakuasa
Puncak Sai Indah
Wawai bukit sai e jou
Pusako gham jejamo
Pemandangan cawo tian hou
Dikenal jak jaman Belando
Di Sukadanaham tempat nou
Bandar Lampung kota nou
Puncak sai indah namo nou
Pakai wisata agou nou
Matei wawai pemandangan nou
Teluk Lampung seluruh nou
Bandar Lampung sai dikiri nou
Gunung Betung di kanan nou
Puncak sai indah 3x
Gham bilang yo


 Anak Tupai
Ado sekor anok tupai atah julai mokte
kudung ekor perut lapar jalan cari makan
Kejadian tuhan dipanggil nama tupai
asalnya dale hutan sejenis mamalia
Kalu pasal jakit kok dehe dialah yg paling pandai
jatuh jare jare kerana dia tak sobar
Pandai pandai tupai melompat jatuh tanah jugok
tak wi gambar ore jahat jale telajok mangok
Ore jame ritu pakat hambat tupai
bimbe ko woh kayu takuk tokdan besar
Nyor derian duku kalu dan nye kerit tupai
pendek tahun tu nyor derian takdan nak jual
Ore sekepung tupai sekor berambat hari hari


nya pakat likung nya pakat pekong tupai takleh lagi
Sakat bedil ado tupai habih mati
hok ni lah saya raso kita sangat rugi
Kita manusio tinggi mana pun kita ngaji
nak wat tupai sekor tentu sekali nya tak jadi
Loni kapung atau bandar jare buleh tgk
bapok tupai ibu tupai jale bawak anok
Rasa kesian sungguh tgk sekor ke anok tupai
kerana telajok kuruh sapa tokleh nak niti pagar
Bulu bulu pun habih luruh air mato bederai derai
mari dale baruh bekali kena racun tebaka
Ado sekor anok tupai atah julai mokte
kudung ekor perut lapar jalan cari makan


              2.1.4 Makanan Khas            
1. Oleh-oleh Khas Lampung – Pempek
       Memang terdengar sama-sama pempek nya, tetapi sebenarnya terdapat sedikit perbedaan. Jika pempek dari Palembang menggunakan bahan dari ikan belida, berbeda halnya dengan pempek Lampung. Karena Pempek Lampung ini kebanyakan menggunakan bahan dasar ikan tengiri. Hal ini karena ikan belida susah didapat di daerah Lampung.
       Sebagai gantinya yang menjadi pilihan adalah ikan tengiri digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan pempek khas Lampung.
       Pempek sendiri adalah kuliner atau makanan yang terbuat dari bahan utama yakni berupa ikan (di Lampung menggunakan ikan tenggiri), tepung terigu, telur, tepung tapioka atau sagu, ditambah lagi dengan bumbu berupa bawang putih, gula, serta garam.
       Seperti kebanyakan pempek, pempek khas Lampung juga dimakan bersamaan dengan menggunakan cuka yang berasa asam manis yang pedas. Tentunya rasa dari cuka khas Lampung ini berbeda dengan yang lainnya.
2. Makanan Khas Lampung – Tempoyak
       Lampung merupakan salah satu daerah di Indonesia yang menjadi pusatnya durian. Pada saat musim panen durian, buah durian bisa kita jumpai di mana saja, paling sering kita jumpai di sepanjang jalan. Karena banyaknya durian di Provinsi Lampung, jadi tidak heran kalau masyarakat Lampung membuat makanan khas Lampung yang berbahan dasar durian.
       Salah satu makanan khas Lampung dari bahan dasar durian adalah tempoyak. Tempoyak juga sering disebut oleh orang-orang sebagai durian busuk yang enak dan lezat.
            Tempoyak ini dibuat dengan menggunakan daging durian yang telah matang, kemudian dipisahkan dari bijinya, barulah ditambahkan dengan garam sedikit dan di beri juga dengan cabe rawit kemudian di simpan dalam wadah yang tertutup dan rapat, barulah disimpan pada suhu ruangan.
            Tempoyak sendiri adalah buah durian yang difermentasikan. Jadi setelah tadi disimpan dalam wadah yang tertutup dan rapat selama tiga hingga lima hari, buah durian yang telah terfermantasikan tersebut dinamakan tempoyak. Rasa dari tempoyak ini asam tetapi masih tersisa sedikit manisnya.
            Tempoyak biasanya diolah lagi oleh masyarakat Lampung untuk dijadikan sebagai sambal yang biasa dimakan bersamaan dengan ikan. Tempoyak selain dijadikan sambal juga diolah menjadi masakan yang lezat seperti gulai tempoyak dan juga pepes tempoyak.
3. Makanan Khas Lampung – Seruit
            Masih belum jauh-jauh denga durian, makanan khas Lampung yang selanjutnya adalah Seruit. Seruit merupakan makanan khas Lampung yang sangat lezat yang dinikmati bersamaan dengan menggunakan nasi panas. Rasa dari ikan yang nikmat dapat menambah nafsu makan kita.
            Seruit ini adalah ikan yang digoreng ataupun dibakar yang kemudian dicampur dengan menggunakan bumbu-bumbu tertentu. Ikan yang digunakan dalam membuat seriut bukanlah ikan laut, tetapi menggunakan ikan sungai seperti baung, layis, belide, ataupun yang lainnya.
            Sebenarnya makanan khas lampung seruit tidaklah jauh berbeda dengan ikan bakar ataupun ikan goreng lainnya. Sambal yang digunakan dalam membuat seruit pun menggunakan bahan-bahan yang standar seperti membuat sambal terasi.
            Tetapi yang membedakan adalah pada saat memakanannya, jadi ikan tersebut selain dimakan bersamaan dengan menggunakan sambal, juga dimakan dengan tempoyak serta lalapan lain seperti jengkol, terong bakar, daun kemangi, dan juga daun jambu biji.
            Makanan khas yang satu ini tidak cocok untuk dijadikan oleh-oleh karena memang makanan ini khusus di sajikan saat masih panah. Tapi tak usah khawatir jika anda ingin menjadikannya oleh-oleh.
4. Makanan Khas Lampung – Pindang
            Masyarakat Lampung sendiri sangat suka dengan makanan yang terbuat dari ikan. Selain makanan seruit atau pempek, olahan dari ikan yang lain adalah pindang.
            Jadi Pindang ini merupakan makanan khas lampung yang menggunakan beberapa jenis ikan misalnya seperti pindang patin, pindang baung, pindang bandeng, ataupun pindang ikan mas.
            Pindang khas Lampung ini mempunyai rasa khas asam gurih. Yang pasti akan sangat disayangkan apabila berkunjung ke Lampung tetapi tidak menikmati kuliner yang disajikan di dalam mangkuk dengan menggunakan kuah kuning yang hangat ini.
5. Makanan Khas Lampung – Geguduh
            Geguduh pada dasarnya adalah pisang goreng. Tetapi pisangnya tidak digoreng secara utuh. Melainkan pisang harus dihaluskan terlebih dahulu, setelah itu dicampur dengan menggunakan tepung terigu. bisa juga ditambahkan dengan susu dan selai.
            Ada juga beberapa orang yang menambahkannya Geguduh dengan gula agar lebih manis. Setelah bahan-bahan dicampur, kemudian diaduk-aduk, berulah dibentuk sesuai selera, bisa memanjang ataupun bulat. Setelah itu kita tinggak menggorengnya sampai matang. Geguduh ini biasanya menggunakan jenis pisang kepok yang rasanya manis. Geguduh ini sangat nikmat, apalagi bila dimakan bersamaan dengan secangkir kopi ataupun teh manis di pagi hari, sudah tidak kebayang nikmatnya itu seperti apa. Yang jelas Geguduh ini sangat lezat di makan saat masih hangat.
6. Makanan Khas Lampung – Gabing
            Gabing adalah masakan khas Lampung yang berbahan dasar menggunakan batang kelapa muda. Batang kelapa muda yang akan di jadikan Gabing diiris tipis-tipis, kemudian direbus terlebih dulu dam dicampur dengan bumbu dan rempah hingga aromanya tercium harum.
            Gabing biasa dimasak menggunakan kuah, walaupun ada juga yang memasaknya tanpa menggunakan kuah. Gabing bisa dicampur dengan bahan-bahan lain seperti daging, jamur
atau yang lainnya.
7. Oleh-oleh Khas Lampung – Kue Lapis Legit
            Kue lapis legit merupakan kue khas Lampung dengan rasa manis yang legit, karena kue lapis legit ini rasanya benar-benar manis. Kue lapis legit khas lampung ini sering disajikan di acara lebaran, hajatan, ataupun ada acara pesta-pesta tertentu.
            Sesuai dengan namanya yakni kue lapis, jadi kue ini terdiri dari beberapa lapisan tipis kue. Kue lapis legit terbuat dari Orchid butter, tepung terigu, gula pasir, kuning telur, susu kental manis, vanilla dan bumbu kue lapis yang dapat dibeli di toko atau supermarket.
            Kue lapis legit merupakan kue yang tergolong sebagai kue yang mewah. Harga dari kue lapis legit tergolong lumayan, bisa sampai ratusan ribu per loyangnya. Untuk membuat kue lapis legi membutuhkan kesabaran agar mendapatkan hasil yang maksimal.
            Kue ini sangat cocok apabila dijadikan sebagai oleh-oleh khas lampung, karena kebanyakan orang setelah makan kue lapis legit akan ingin lagi mencobanya, karena rasanya yang sangat enak.
8. Oleh-oleh Khas Lampung – Engkak
            Engkak adalah makanan khas Lampung yang dibuat dari bahan-bahan berupa tepung ketan, telur ayam, santan, gula pasir, susu kental manis, serta mentega. Engkak juga biasa disajikan di acara-acara besar, misalnya seperti di hari raya atau hari pernikahan, hajatan yang berdampingan dengan kue lapis legit.
            Engkak ini memiliki cita rasa yang manis. Khususnya bagi anda penggemar kue yang manis, tentu ini akan menjadi kue kesukaan.
            Silakan datang ke Lampung untuk menikmati makanan khas Lampung ini. Dan jangan lupa untuk membelikan oleh-oleh Engkak khas lampung untuk keluarga.

9. Oleh-oleh Khas Lampung – Keripik Lampung
            Lampung merupakan salah satu daerah yang menjadi pusatnya keripik pisang. Keripik pisang ini bukanlah sembarang keripik pisang.
            Karena Keripik pisang di Lampung sudah dimodifikasi dengan beragam macam rasa, misalnya seperti keripik pisang rasa keju, rasa durian, dan rasa coklat, serta rasa susu, rasa strawberry, rasa melon, dan juga masih banyak lagi.
            Selain keripik pisang, lampung juga terdapat keripik nangka, keripik singkong, dan juga ubi-ubian lainnya. Silahkan berkunjung ke Lampung untuk merasakan keripik lampung super, dan keripik ini dapat di jadikan sebagai oleh-oleh khas dari Lampung.
10. Oleh-oleh Khas Lampung – Kemplang
            Kemplang merupakan kerupuk khas dari Lampung yang digoreng tanpa menggunakan minyak. Jadi cara memasak kemplang ini dengan dipanggang, jadi kemplang sama sekali tak mengandung minyak. Kemplang mempunyai cita rasa yang gurih dengan rasa ikan.
            Kemplang ini biasa dimakan menggunakan sambal yang rasanya asam manis. Kemplang juga bisa dimakan dengan cara dicocol ke cuka, misalnya seperti cuka pempek.
            Dan kami merekomendasikan kemplang sebagai oleh-oleh dari Lampung untuk menemani keripik khas Lampung serta kopi Lampung.
11. Makanan Khas Lamung – Umbu
            Makanan khas Lampung selain yang terbuat dari batang kelapa muda, ternyata masyarakat Lampung juga memiliki makanan khas yang bahan dasarnya terbuat dari Umbu.
            Umbu merupakan makanan khas Lampung dari rotan. Tetapi rotan yang digunakan masih muda yang kemudian direbus sampai lunak.
            Rasa dari Umbu ini pahit seperti sayur pare. Umbu ini biasa dinikmati dengan cara dioseng, bisa juga sebagai lalapan. Terkadang, umbu juga digunakan sebagai campuran masakan lain. Untuk saat ini umbu sudah jarang dijumpai.
12. Makanan Khas Lampung – Gulai Taboh
            Gulai taboh bisa diartikan sebagai gulai santan. Sesuai dengan namanya, makanan yang satu ini merupakan makanan yang terbuat dengan kuah santan.
            Gulai taboh ini terbuat dari kacang-kacangan atau umbi-umbian misalnya seperti kacang merah, kacang panjang, ubi jalar, kentang, dan labu. Selain dari bahan tersebut, biasanya
            Gulai Taboh juga ditambah dengan ikan, udang, ataupun melinjo.
13. Oleh-oleh Khas Lampung – Sambal Lampung
            Sambal Lampung bisa untuk dijadikan sebagai oleh-oleh khas saat anda berkunjung ke Lampung. Sambal Lampung ini sudah banyak yang dikemas dalam kemasan botol, jadi sangat memudahkan untuk dibawa.
            Sambel Lampung memiliki rasa yang pedas yang dapat dimakan dengan apapun. Dapat juga untuk lauk makan, atau dimakan bersama cemilan yang lain.

              2.1.5 Musik Tradisional

                        1. Musik Tradisional Tabuh Salimpat

Musik tradisional tabuh salimpat berasal dari daerah Lampung. Musik tabuh salimpat mempunyai ciri yakni instrumen yang digunakan berupa alat musik tabuh dan petik. Tetapi yang paling terlihat menonjol adalah alat musik kerenceng dan gambus lunik. Sampai saat ini, musik tradisioal tabuh salimpat masih dimainkan dan terus berkembang di tanah Lampung.
2.    Musik Butabuh Atau Hadra
Musik butabuh atau hadra merupakan salah satu musik tradisional Lampung dan jenis musik tradisi ini lebih sering kita jumpai di daerah Lampung yang letaknya di daerah pesisir, hal ini memiliki latar belakang seiring dengan sejarah dan perkembangannya sebagai salah satu sarana syiar agama Islam di Provinsi Lampung. Dengan sarana dan alat musik seperti tembangan atau kerenceng serta lantunan lagu syair berdzanji musik butabuh atau hadra ini ditampilkan.
Hadra terdiri dari 2 bagian atau kelompok yaitu hadra baru dan hadra lama demikian juga dengan zikirnya yaitu zikir baru dan zikir lama. Hadra lama atau zikir lama merupakan kesenian tradisional Lampung yang bernafaskan Islam, di samping alat musik dan syair-syairnya pun seutuhnya merupakan syair-syair berdzanji atau pujian-pujian terhadap Rosul dan para Syekhnya. Hadra atau zikir baru merupakan seni Islam yang sudah dikombinasikan dengan syair-syair atau pantun daerah Lampung baik pantun melayu ataupun pantun daerah Lampung itu sendiri.
Hadra dan zikir ini sering kita jumpai pada saat acara pesta adat atau nayuh dan biasanya dilantunkan pada saat malam hari menjelang satu hari dalam pelaksanaan pesta atau begawi dan yang membawakannya pun orang tua atau bapak-bapak yang usianya sudah berumur (usia lanjut).




              2.1.6 Pakaian Adat
1. Kain Tapis
          Kain Tapis merupakan kain tradisional Lampung yang terkesan sangat megah dengan sulaman benang emasnya. Kain tapis ini biasanya diproduksi atau dibuat dengan menggunakan alat tenun bukan mesin yang dikerjakan oleh wanita.
          Biasanya kain tapis ini digunakan sebagai pelengkap pakaian adat Lampung yang digunakan pada saat upacara adat seperti pesta / resepsi perkawinan maupun pada pertunjukan tarian daerah Lampung.
          Seiring perkembangan zaman, kain tapis tidak hanya digunakan untuk pelengkap pakaian adat Lampung, namun juga telah berguna sebagai hiasan dinding yang menggunakan motif dan teknik tenun kain tapis dengan benang emas sebagai ciri khasnya, serta dibuat beragam kerajinan seperti tas dan kopeah / penutup kepala bagi laki-laki Lampung.
2. Baju Adat Sehari-hari Pria
          Dalam keseharian laki-laki Lampung menggunakan baju berbentuk teluk belanga belah buluh atau jas yang disebut dengan kawai. Baju kawai ini terbuat dari bahan kain tetoron atau belacu yang berwarna terang.
          Tetapi pada saat ini laki-laki Lampung banyak menggunakan kawai kemeja, yaitu baju kemeja seperti layaknya kemeja modern.
          Di bagian bawah menggunakan senjang, yaitu kain yang dibuat dari kain Samarinda, Bugis atau Batik Jawa, serta bisa juga menggunakan celanou (celana) pendek dan panjang sebagai pengganti kain. Selain menggunakan baju dan kain / celana, lelaki Lampung juga mengikat kepalanya dengan kikat. Kikat adalah ikat kepala dengan bahan dari kain batik. Bila dipakai dalam kerapatan adat dipadukan dengan baju teluk belanga dan kain.
          Lelaki muda Lampung lebih menyukai memakai kepiah/ketupung, yaitu tutup kepala berbentuk segi empat berwarna hitam terbuat dari kain tebal, apalagi kalau ingin bertemu dengan gadis. Untuk mengiring pengantin dikenakan kekat akkin, yaitu destar dengan bagian tepi dihias bungabunga dari benang emas dan bagian tengah berhiaskan siger, serta di salah satu sudutnya terdapat sulaman benang emas berupa bunga tanjung dan bunga cengkeh.
3. Baju Adat Sehari-hari Wanita
          Kaum wanita Lampung dalam kehidupan sehari-hari memakai kanduk/kakambut atau kudung sebagai penutup kepala yang dililitkan. Bahannya dari kain halus tipis atau sutera. Selain itu, kaum ibu kadang-kadang menggunakannya sebagai kain pengendong anak kecil.
          Sebagai penutup badan kaum wanita di Lampung menggunakan baju adat Lampung yang disebut Lawai kurung yang memiliki bentuk seperti baju kurung. Baju ini terbuat dari bahan tipis atau sutra dan pada tepi muka serta lengan biasa dihiasi rajutan renda halus.
          Sebagai kain dikenakan senjang atau cawol. Untuk mempererat ikatan kain (senjang) dan celana di pinggang laki-laki digunakan bebet (ikat pinggang), sedangkan wanitanya menggunakan setagen. Perlengkapan lain yang dikenakan oleh laki-laki Lampung adalah selikap, yaitu kain selendang yang dipakai untuk penahan panas atau dingin yang dililitkan di leher. Pada waktu mandi di sungai, kain ini dipakai sebagai kain basahan. Selikap yang terbuat dari kain yang mahal dipakai saat menghadiri upacara adat dan untuk melakukan ibadah ke masjid.
          Untuk menghadiri upacara adat, seperti perkawinan kaum wanita, baik yang gadis maupun yang sudah kawin, menyanggul rambutnya (belatung buwok). Cara menyanggul seperti ini memerlukan rambut tambahan untuk melilit rambut ash dengan bantuan rajutan benang hitam halus. Kemudian rajutan tadi ditusuk dengan bunga kawat yang dapat bergerak-gerak (kembang goyang).
          Khusus bagi wanita yang baru menikah, pada saat menghadiri upacara perkawinan mengenakan kawai/kebayou (kebaya) beludru warna hitam dengan hiasan rekatan atau sulaman benang emas pada ujung-ujung kebaya dan bagian punggungnya. Dikenakan senjang/ cawol yang penuhi hiasan terbuat dari bahan tenun bertatah sulam benang emas, yang dikenal sebagai kain tapis atau kain Lampung. Sulaman benang emas ada yang dibuat berselang-seling, tetapi ada yang disulam hampir di seluruh kain.
          Para ibu muda dan pengantin baru dalam menghadiri upacara adat mengenakan kain tapis bermotif dasar bergaris dari bahan katun bersulam benang emas dan kepingan kaca. Di bahunya tersampir tuguk jung sarat, yaitu selendang sutra bersulam benang emas dengan motif tumpal dan bunga tanjung. Selain itu, juga dapat dikenakan selekap balak, yaitu selendang sutra disulam dengan emas dengan motif pucuk rebung, di tengahnya bermotifkan siger yang di kelilingi bunga tanjung, bunga cengkeh dan hiasan berupa ayam jantan.
          Untuk memperindah dirinya dipergunakan berbagai asesoris terbuat dari emas. Selambok/rattai galah, yaitu kalung leher (monte) berangkai kecil-kecil dilengkapi dengan leontin dari batu permata yang ikat dengan emas. Kelai pungew, yaitu gelang yang dipakai di lengan kanan atau kiri, biasanya memiliki bentuk seperti badan ular (kalai ulai). Pada jari tengah atau manis diberi cincin (alali) dari emas, perak atau suasa diberi mata dari permata.
          Dikenakan pula kalai kukut, yaitu gelang kaki yang biasanya berbentuk badan ular melingkar serta dapat dirangkaikan. Kalai kukut ini dipakai sebagai perlengkapan pakaian masyarakat yang hidup di desa, kecuali saat pergi ke ladang.

4. Baju Pengantin
          Baju pengantin yang dikenakan oleh mempelai di Lampung mengenakan baju adat Lampung yang sangat mewah. Pakaian mewah dipenuhi dengan warna kuning keemasan dapat dijumpai pada busana yang dikenakan pengantin daerah Lampung. Mulai dari kepala sampai ke kaki terlihat warna kuning emas.
          Di kepala mempelai wanita bertengger siger, yaitu mahkota berbentuk seperti tanduk dari lempengan kuningan yang ditatah hias bertitik-titik rangkaian bunga. Siger ini berlekuk ruji tajam berjumlah sembilan lekukan di depan dan di belakang (siger tarub), yang setiap lekukannya diberi hiasan bunga cemara dari kuningan (beringin tumbuh). Puncak siger diberi hiasan serenja bulan, yaitu kembang hias berupa mahkota berjumlah satu sampai tiga buah. Mahkota kecil ini mempunyai lengkungan di bagian bawah dan beruji tajam-tajam pada bagian atas serta berhiaskan bunga. Pada umumnya terbuat dari bahan kuningan yang ditatah.
          Badan mempelai dibungkus dengan sesapur, yaitu baju kurung bewarna putih atau baju yang tidak berangkai pada sisinya dan di tepi bagian bawah berhias uang perak yang digantungkan berangkai (rambai ringgit). Sebagai kainnya dikenakan kain tapis dewo sanow (kain tapis dewasana) dipakai oleh wanita pada waktu upacara besar (begawi) dari bahan katun bersulam emas dengan motif tumpal atau pucuk rebung. Kain ini dibuat beralaskan benang emas, hingga tidak nampak kain dasarnya.
          Bila kain dasarnya masih nampak disebut jung sarat. Jenis tapis dewasana merupakan hasil tenunan sendiri, yang sekarang sangat jarang dibuat lagi.
          Pinggang mempelai wanita dilingkari bulu serti, yaitu ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru berlapis kain merah. Bagian atas ikat pinggang ini dijaitkan kuningan yang digunting berbentuk bulat dan bertahtakan hiasan berupa bulatan kecil-kecil. Di bawah bulu serti dikenakan pending, yaitu ikat pinggang dari uang ringgitan Belanda dengan gambar ratu Wihelmina di bagian atas.
          Pada bagian dada tergantung mulan temanggal, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk seperti tanduk tanpa motif, hanya bertatah dasar. Kemudian dinar, yaitu uang Arab dari emas diberi peniti digantungkan pada sesapur, tepatnya di bagian atas perut.
          Dikenakan pula buah jukum, yaitu hiasan berbentuk buah-buah kecil di atas kain yang dirangkai menjadi untaian bunga dengan benang dijadikan kalung panjang. Biasanya kalung ini dipakai melingkar mulai dari bahu ke bagian perut sampai ke belakang.
          Gelang burung, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk burung bersayap yang diikatkan pada lengan kiri dan kanan, tepatnya di bawah bahu. Di atasnya direkatkan bebe, yaitu sulaman kain halus yang berlubang-lubang.
          Sementara gelang kana, terbuat dari kuningan berukir dan gelang Arab, yang memiliki bentuk sedikit berbeda, dikenakan bersama-sama di lengan atas dan bawah.
          Mempelai laki-laki mengenakan kopiyah mas sebagai mahkota. Bentuknya bulat ke atas dengan ujung beruji tajam. Bahannya dari kuningan bertahtakan hiasan karangan bunga. Badannya ditutup dengan sesapur warna putih berlengan panjang. Dipakai celanou (celana) panjang dengan warna sama dengan warna baju.
          Pada pinggang dibalutkan tapis bersulam benang emas penuh diikat dengan pending. Bagian dada dilibatkan membentuk silang limar, yaitu selendang dari sutra disulam benang emas penuh.
          Lengan dihias dengan gelang burung dan gelang kana. Perlengkapan lain yang menghiasi badan sama seperti yang dikenakan oleh mempelai wanita. Kaki kedua mempelai dibungkus dengan selop beludru warna hitam.

              2.1.7 Rumah Adat
Nuwou Sesat yang menjadi nama rumah adat Lampung berasal dari 2 kata, yaitu Nuwou yang berarti rumah dan sesat yang berarti adat. Nuwou Sesat sebetulnya memiliki fungsi utama sebagai balai atau tempat pertemuan bagi seluruh warga kampung (purwatin).
Struktur Rumah Adat Lampung
Nuwou Sesat secara struktur hampir sama dengan rumah adat suku asli Sumatera lainnya. Rumah adat Lampung ini berbentuk panggung dengan bahan utama berupa kayu atau papan. Struktur rumah panggung pada rumah Nuwou Sesat pada masa silam ditujukan sebagai upaya untuk menghindari serangan binatang buas bagi penghuninya. Seperti diketahui bahwa dahulu hutan-hutan di Lampung memang mengandung kekayaan hayati yang tinggi, sehingga memungkinkan berbagai jenis binatang buas tinggal berdampingan dengan manusia. Selain itu, struktur panggung juga sengaja digunakan sebagai desain rumah tahan gempa. Sebagaimana diketahui, beberapa daerah di Lampung juga dikenal berada di lempeng perbatasan antar benua sehingga sering mengalami bencana gempa.
Dengan struktur rumah panggung, dibutuhkan sebuah tangga sebagai akses keluar masuk rumah. Dalam adat Lampung, tangga tersebut bernama Ijan Geladak. Tangga ini terletak di bagian depan rumah sehingga sering kali dihiasi dengan ukiran-ukiran etnik Lampung untuk mempercantik tampak depannya.
Bagian depan rumah adat Lampung umumnya juga akan dilengkapi dengan serambi kecil yang bernama anjungan. Anjungan berfungsi sebagai tempat pertemuan kecil atau sebagai tempat bersenda gurau.
Adapun di bagian dalamnya, rumah Nuwou Sesat terdiri atas beberapa ruangan dengan fungsinya masing-masing. Beberapa ruangan tersebut antara lain Pusiban (ruang tempat musyawarah), Tetabuhan (tempat penyimpanan alat musik tradisional dan pakaian adat Lampung), Gajah Merem (tempat Penyimbang beristirahat), dan Kebik tengah (tempat tidur untuk anak penyimbang).
Filosofi Rumah Adat Lampung dan Penjelasannya
Salah satu yang menjadi keunikan dari rumah adat Lampung adalah beragam ornamen yang sering dipajang di setiap bilik rumahnya. Ornamen-ornamen ini berisi petuah yang diambil dari kitab kuno peninggalan leluhur Lampung yang bernama kitab Kuntara Raja Niti. Kitab ini mengandung beberapa prinsip yang wajib dianut oleh setiap keturunan suku Lampung. Beberapa prinsip dari kitab tersebut antara lain:
1. Pill Pusanggiri.
Prinsip adanya rasa malu ketika melakukan sebuah kesalahan atau perbuatan yang buruk, baik menurut norma agama maupun norma adat.
2. Juluk Adek.
Prinsip bagi mereka yang telah memiliki gelar adat agar dapat bersikap dan berkeperibadian yang bisa menjadi contoh.
3. Nemui Nyimah.
Prinsip untuk selalu menjaga tali silaturahmi antar sanak keluarga dan selalu bersikap ramah pada tamu.
4. Nengah Nyampur.
Prinsip untuk selalu menjaga hubungan baik dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat.
5. Sakai Sambaian.
Prinsip saling tolong menolong dan bergotong royong dalam setiap pekerjaan.
6. Sang Bumi Ruwa Jurai.
Prinsip untuk tetap bersatu meski saling berbeda. Prinsip ini menyatukan suku Lampung adat Pepadun dan adat Sebatin sehingga keduanya saling menghormati. Penerimaan yang baik dari masyarakat Lampung terhadap para pendatang juga didasari atas prinsip ini.

              2.1.8 Seni Pertunjukan         
Asal Usul Warahan
Secara etimologis masyarakat Lampung kurang mengetahui arti dari kata itu sendiri. Beberapa tokoh masyarakat berpendapat bahwa dekat pengertiannya dengan kata akhca yang berarti berita atau cerita dan akat akhan yang berarti tujuan atau maksud. Dengan kata lain, lebih kurang kedua kata tersebut memiliki arti “Cerita yang mempunyai arah dan tujuan”.Sebagai sebuah seni pertunjukan lisan, ini merupakan gabungan beberapa unsur kesenian yaitu, musik, seni sastra, dan seni gerak. Pada awalnya cerita atau berita memiliki tujuan yang khusus disampaikan merupakan petunjuk atau arahan dengan maksud tuntunan dan contoh-contoh perbuatan yang baik. Berasal dari kata “Warah” yaitu nasehat atau ajaran yang menurut cerita dari tokoh atau tuatua yang berasal dari Jawa yang telah diadaptasi oleh penduduk yang berada di daerah Lampung. Hal ini bisa saja terjadi dan dimungkinkan dengan masa peralihan dan jatuh bangunnya kerajaan Hindu di pulau Jawa yang digantikan kerajaan Islam. Sekira pada abad ke-15 pada waktu itu dengan dianutnya agama Islam oleh penduduk Banten, maka agama Islam diajarkan atau diwarahkan oleh orang-orang Banten yang datang ke daerah Lampung. Berangsur-angsur orang Lampung meninggalkan kepercayaan lamanya dan memeluk agama Islam, sesuai dengan kata yang makin memasyakat. Lahirnya pertunjukan ini ditenggarai sejak orang Lampung mengenal sastra daerah. Cerita yang dibawakan dapat berbentuk pantun, liris, prosa atau bahasa bebas, disertai berbagai kreatifitas dari pewarah yang membawakannya. sebagai teater tradisional kemudian menjadi teater dalam pengertian masa kini yang mula dari daerah lampung mempunyai fungsi sebagi alat hiburan, alat pendidikan, penerangan, dan sebagai pembangkit rasa keindahan. Saat ini itu sudah jarang sekali dilakukan di daerah Lampung terutama di kota-kota besar, apalagi para pendukungnya sudah berusia lanjut. Hal ini juga karena kemajuan teknologi komunikasi dan audio visual dan di satu pihak kurangnya perhatian terhadap perkembangan , sehingga makin terdesak. Untuk menyelamatkan ini perlu dibina dan dikembangkan sebagai sumber inspirasi dalam mengolah teater tardisional maupun modern.
Isi, Pewarah, dan Waktu Pertunjukan
Pada uraian terdahulu banyak bertitiktolak pada pendapat atau bersumber pada seniman usia lanjut atau tokoh masyarakat dan sedikit pengalaman. ini dikenal sulit dilacak. Beberapa cerita yang dikenal sering dibawakan oleh si pembawa cerita atau pewarah, seperti: Cerita Anak Dalom, Khaya Ngaka Pitu, Sitamba danRadin Jambat Hangkirat. Pada awalnya cerita itu disampikan dalam bentuk cerita diawali dengan kata pembukaan yang disebut Sumbah Siah. Biasanya ini dilakukan pada malam hari menjelang tidur. Kegiatan ini berasal dari kebiasaan nenek atau kakek setelah lelah bekerja seharian, akan minta diurut kakinya oleh anak cucu. Agar tidak mengantuk si kakek bercerita sesuai dengan keinginan anak cucunya.
Sepanjang bercerita biasanya si kakek hanya telungkup, tetapi saat cerita tersebut menggambarkan sesuatu yang istimewa, maka kakek (penutur ) akan bangun dan memperagakan isi cerita. Misalnya, ketika menggambarkan kecantikan seorang putri, kegagahan seorang pemuda, dan adegan lainnya. Pada masa lalu, belum menggunakan alat musik khusus sebagai pengiring pertunjukan. Musik dalam pertunjukan awalnya hanyalah tepuk tangan dan suara mulut pewarah. Dalam perkembangan selanjutnya pewarah mulai menggunakan properti atau alat musik. Tokoh-tokoh pewarah yang cukup dikenal pada masa lalu adalah Tamong Bama dan Mamak Barahim. Pewarah ini mulai diundang dan ditanggap masyarakat terutama pada acara-acara tertentu yang terkait dengan pelaksanaan upacara dangawi adat. Si pewarah duduk bersila dengan pakain rapi di hadapan para pendengar yang melingkar atau mengikuti bentuk arena yang disediakan atau disediakan tempat khusus yang disebut babakhung atau balai. Berupa bentuk bait-bait pantun lisan yang disampaikan tanpa teks dengan diiringi alat musik khas yaitu gambus lunik. Dengan demikian si pewarah telah menghayati isi cerita yang disampaikan sekaligus si pewarah memulaiwarahannya sesuai pokok penyuluhan (gawi adat). Biasa warahan ditaja sekira bakda Isya hingga menjelang beduk subuh tiba.
Perkembangan Warahan
Berdasarkan penelitian Dinas Pendidikan dan Kesenian Provinsi Lampung pada tahun 1976 dan 1978, dikategorikan sebagai seni teater tutur. Pada perkembangan berikutnya, salah satu tokoh teater Lampung almarhum BM Gutomo alias Sembrani mencoba menyentuh dan mengolah ke menjadi sebuah seni pertunjukan rakyat. Pada tahun 1980 ketika digelar Festival Seni Pertunjukan Tingkat Nasional di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Lampung menyajikan materi . Pada kesempatan itu Lampung membawakan yang berjudul “Pemasu” (pemburu) dengan pewarah Mursid Ali. Pada perkembangan berikutnya teaterawan Lampung Wawan Dharmawan dengan sanggar seni “Beringin Jaya” (dulu) dan “Lamban Budaya” (kini) terus konsisten mengembangkan . Wawan mengemas Warahan dengan sentuhan Pertunjukan Rakyat. Beberapakali Warahan garapan Wawan ini berjaya di Festival Pertunjukan RakYat (Jukra) tingkat nasional yang ditaja era Departemen Penerangan belum dilikuidasi. Sekain itu, secara rutin Wawan dan Grup Lamban Budaya rutin mengisi warahan di TVRI SPK Lampung. Selain itu, masih ada Jalu Mampang dengan teater “Jaman”nya yang rajin menularkan konsep warahan pada komunitas teater pelajar Lampung. Terkini, Teater Satu (Bandar Lampung) yang dimotori Iswadi Pratama terus mengolah warahan dalam sentuhan dramaturgi modern. Ruh “tradisi” warahan yang konsisten disuntikkan Iswadi Pratama selaku sutradara dalam setiap garapannya ini menjadikan “Teater Satu” yang dipimpinnya punya karakter dan berbeda dengan teater modern lainnya. Teater yang pernah menyabet juara ketiga Festival Teater Alternatif yang ditaja TIM dan Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) ini, kini merupakan salah satu teater potensial di Indonesia dan cukup diperbincangkan. Selain itu, kiprah Teater Satu makin mantap, beberapa kali pentas di Teater Utan Kayu (TUK), Taman Ismail Marzuki (TIM), Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) juga di beberapa kota seperti Tegal, Solo, Bandung, Makasar dan mendapat dana hibah dari Yayasan Kelola.
Bentuk Penyajiannya
Teater merupakan salah satu bentuk seni yang bersumber dari materi gerak dan suara yanterpadu, yang diekpresikan lewat laku dan dialog dengan jalinan cerita. Ini disebut teater mula, embrio atau pra taeter, karena cara penyajian warahan ini belum selengkapnya memenuhi persyaratan seperti bentuk teater pada umumnya. Namun demikian sebagai teater tradisional Lampung mempunyai unsur pokok taeter berupa adanya ceita lakon, pelaku (pewarah) yaitu yang membawakan lakon dan penonton atau pendengar, walaupun unsur itu tidak lengkap sebagai sebuah teater.
Pergelaran warahan biasanya dilakukan di arena bebas. Pelakon atau pewarah biasanya orang yang pandai mewarah umumnya para orang tua yang berusia lanjut. Dalam berkisah biasanya para pewarah terkadang ditemani oleh seorang atau beberapa oarng yang memberikan ilustrasi atau sugesti untuk memperkuat kisah ceritanya. Pewarah biasanya tak menggunakan properti atau alat. Jadi si pewarah biasanya membawakan cerita dalam bahasa Lampung mimik dengan serius, ekspresif dan gerakan-gerakan pendukung yang menarik. Bentuk kesenian yang digolongkan dalam teater tutur ini lama disebut-sebut oleh para seniman teater, tepatnya penataran dan bimbingan tenaga teknis pemilik kebudayaan dan pekerja seni yang diadakan pada tahun 1976 dan tahun 1978 di Provinsi Lampung, dengan menghadirkan tokoh-tokoh teater dari Direktorat kesenian Jakarta antara lain: A.Kasim Ahmad dan Bapak Yahya Ganda. Warahan yang masuk cabang seni teater ini sangat membutuhkan sentuhan tangan para pekerja seni, untuk menjadi karya seni agar dapat dinikmati masyarakat Lampung.
              2.1.9 Senjata Tradisional
1. Keris
          Keris jenis ini biasanya tidak dipandang mamiliki kekuatan magis. Asal pemilikannya pun biasanya bukan merupakan warisan dari orang tua. Bentuknya biasanya merupakan sebuah keris yang indah, kadang berlapis logam mulia, mulai dari gagang hingga ke sarungnya. Tidak jarang sarungnya diukir sedemikian rupa menyerupai ukiran barang-barang dari emas. Di daerah Lampung keris ini disebut tekhapang/punduk keris yang indah seperti ini digunakan untuk upacara perkawinan dan dipakai oleh pengantin pria, yang diselipkan di pinggang bagian depan atau dipegang dengan tangan kanan (berbeda dengan pengantin Jawa, keris diselipkan di pinggang bagian belakang/punggung).
          Kondisi sekarang ini di Lampung keris bukan lagi untuk senjata perang, tinggal fungsi lain yang masih lazim dikenal: Umpamanya, pelengkap pakaian adat tradisional, pelengkap upacara tradisional, pelengkap konsep hidup ideal sebagai apa yang disebut gagaman/peselok, pelengkap eksotisme lama dalam hidup zaman modern. Di Lampung dikenal ada konsep hidup lengkap bagi seorang pria dewasa, yaitu antar lain wisman (bulamban), tenangga, kukila (segokan), jama (istri) dan pemenah (pusaka). Di daerah Lampung keris saat ini banyak di buat di Lampung Utara terutama di Tulangbawang udik.
2. Badik
          Badik adalah salah satu senjata tradisional lampung yang sangat dikenal masyarakat baik di kalangan masyarakat kota maupun desa. Senjata ini berbentuk seperti pisau biasa, namum gagangnya membengkok seperti gagang golok, sedang mata pisaunya membengkok di bagian ujung. Penyebutan badik terhadap senjata ini mengingatkan kita pada senjata tradisional dari Bugis, tidak jelas asal usulnya apakah senjata Badik lampung merupakan senjata "kiriman" dari Bugis, atau sebaliknya, sampai saat ini belum dapat dipastikan. yang jelas jika kita amati berdasarkan bentuknya memang terdapat kemiripan antara badik lampung dengan badik bugis. Badik Lampung biasanya juga dilengkapi dengan sarung terbuat dari kayu. Yang menarik ternyata sampai saat ini masih dibuat oleh orang Lampung. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari si pembuatnya sendiri bahwa badik yang diproduksinya itu merupakan badik asli lampung dan pengatahuan yang diperolehnya adalah merupakan warisan dari leluhurnya.
3. Tombak
          Tombak menurut bahasa Lampung disebut Payan. Sama halnya dengan keris, penggunaan dari berbagai tombak yanng masih dimiliki masyarakat ternyata berdasarkan bentuknya dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu:
               a. Tombak Payan (Payan Kejang)
               b. Tombak Pendek (Payan Buntak atau Linggis)
          Klasifikasi bentuk tombak ada dua bentuk yaitu tombak panjang dan tombak pendek, yang dimaksud tombak panjang yaitu tombak yang memiliki gagang yang terbuat dari kayu yang berukuran tidak lebih dari 150 cm, sedangkan mata tombaknya berukuran sama dengan jenis tombak pendek yaitu mencapai 34-40 cm. Sedang yang dimaksud tombak pendek yaitu tombak yang gagangnya tidak lebih dari 90 cm. jens tombak yang terakhir ini termasuk tombak langka, karena biasanya berkualitas sangat tinggi, yang kadang diberi bulu ekor kuda yang disebut tunggul.
          Ada juga tombak yang didatangkan dari luar daerah Lampung, terutama dari jawa, dalam hal ini Banten (surosoan). Tombak yang didatangkan atau hadiah dari luar Lampung, biasanya dipandang memiliki kualitas yang lebih baik, ini dapat dimaklumi karena ia dijadikan ikatan lahir batin dalam persahabatan. Mata Tombaknya sama dengan keris yaiut memiliki pamor dan berlapis. Banyak tombak Lampung ini dipandang memiliki kekuaan magis, apalagi jika tombak tersebut merupakan benda pusaka warisan dari leluhur. Biasanya tombak yang demikian ini dilengkapi dengan sarung untuk mata tombaknya, sedang tombak yang tidak memiliki kekuatasn magis, banyak tidak dilengkapi dengan sarung (wrangka/sakhung, lampung). namun kadang ada juga yang memiliki kekuatan magis cara menyimpannya tidak sembarang, biasanya disimpan disuatu tempat khusus, berbeda dengan tempat penyimpanan keris biasa.
          Dari bukti bukti arkeologis, fragmen tombak banyak ditemukan di situs-situs purbakala, misalnya ditemukan di situs Pugungraharjo (situs masa pra sejarah dan klasik), situs Benteng sari (situs masa Islam) dikedua situs tersebut ditemukan pula lelehan-lelehan atau kerak besi dan loga lainnya. kecuali itu ditemukan pula wadah pelebur logam, terutama disitus Bentengsari. Dengan demikian dapat diduga bahwa di kedua situs tersebut terdapat perbengkelan atau pande pembuatan senjata yang termasuk pembuatan tombak.
          Kesimpulan yang dapat kita tarik dari pembuktian tadi berarti di daerah Lampung sejak zaman masa Klasik telah dikenal adanya pembuatan senjata termasuk tombak.
4. Golok (Candung atau Laduk)
          Golok menurut bahasa Lampung disebut candung atau laduk. Golok adalah alat bantu senjata yang digunakan sehari-hari baik di dapur maupun di ladang. Ternyata sampai kini pande golok masih dijumpai didaerah lampung, yaitu daerah Menggala, Lampung Utara.
          Berdasarkan penggunaannya ternyata golok dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori:
              a. Golok Dapur (Rampak Alu)
          Merupakan golok yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang ada kaitannya dengan kegiatan ibu-ibu di dapur. Golok seperti ini biasanya berkualitas rendah, tidak banyak unsur bajanya dan kurang tajam. Pande golok Menggala juga memproduksi golok dapur, bahan bakunya berasal dari komponen mobil yang tidak terpakai, yaitu per mobil bekas. Golok dapur biasanya tidak dilengkapi dengan sarung (wrangka), sedang cara penyimpanannya sembarang karena cukup disisipkan di dinding sudut-sudut dapur.
              b. Golok Ladang (Canduk Kawik)
          Merupakan Golok yang digunakan untuk keperluan di ladang seperti menyiangi, membersihkan semak, memotong ranting, dan lain sebagainya. Golok ladang biasanya juga tidak berkualitas tinggi, namun dibandingkan golok dapur masih lebih baik. Unsur bajanya tidak bagitu menonjol. Golok ladang biasanya dilengkapi dengan sarung (wrangka/cantil) tetapi lebih banyak yang tidak dilengkapi dengan sarung.
              c. Golok Pegangan Istimewa (Lancip)
          Merupakan sebuah golok yang berkualitas tinggi. Sebuah golok yang sangat tajam karena unsur bajanya menonjol, untuk membuat golok ini pande golok di Manggala Lampung Utara, biasanya bahan baku yang digunakan adalah klaher bekas mobil. Masyarakat akan lebih suka apabila golok pegangan istimewa ini ukuran mata tajamnya pendek, seperti golok cibaru yang berukuran tidak lebih dari 25 cm panjangnya. Golok yang berukuran demikian ini dipandang lebih praktis dan tidak merepotkan jika di bawa pergi. Untuk lebih menambah kepraktisan diselipkan dipinggang, maka golok seperti ini dillengkapi dengan sarung yang terbuat dari dua bilah kayu ringan yang diikat dengan lilitan-lilitan rotan atau tanduk, ada beberapa daerah dilampung menyebutnya laduk/lancip.
5. Senjata Tradisional Terapang
          Senjata tradisional Lampung yang pertama dan yang paling populer adalah terapang atau tekhapang. Terapang adalah keris khas Lampung yang kerap digunakan para bangsawan pada masa silam untuk menjaga diri dari serangan musuh. Adapun untuk masa sekarang, senjata ini lebih sering digunakan dalam ritual adat, misalnya sebagai pelengkap pakaian adat pengantin pria Lampung. Para pengantin pria membawa senjata ini sebagai lambang keberanian dan tanggung jawabnya terhadap keselamatan istrinya kelak.
          Terapang sebetulnya tidak ditemukan di semua daerah di Lampung. Daerah Tulang Bawang Udik dan Lampung Utara, yakni dalam kebudayaan masyarakat Lampung Abung sajalah kita bisa menjumpainya. Berdasarkan penelusuran arkelogis, diketahui bahwa keris khas Lampung ini telah ada semenjak zaman kekuasaan Kerajaan Tulang Bawang di sekitar abad ke 12.

              2.1.10 Tarian Tradisional
1. Tari Sigeh Pengunten
          Tari sigeh pengunten (siger penguntin) merupakan salah satu tari kreasi baru dari daerah Lampung. Tari ini merupakan pengembangan dari tari sembah yang merupakan tari tradisi asli masyarakat Lampung. Melalui Peraturan Daerah, Tari Sigeh Pengunten diresmikan sebagai tarian Lampung dalam penyambutan tamu penting.
          Koreografi tari ini juga mengambil unsur dari berbagai tari tradisional Lampung untuk merepresentasikan budaya Lampung yang beragam. Tari sembah telah umum ditampilkan sebagai bagian dari ritual penyambutan tamu dalam acara‑acara resmi seperti prosesi pernikahan. Tari ini menggambarkan ekspresi kegembiraan atas kedatangan para tamu undangan. Selain itu, makna esensial dari tari ini merupakan bentuk penghormatan kepada para tamu undangan yang hadir. Dalam tari ini, para penari mengekspresikan hal tersebut dalam rangkaian gerakan yang luwes, ramah, dan penuh kehangatan.
          Proses lahirnya tari sigeh pengunten tak lepas dari realitas budaya Lampung yang terdikotomi menjadi Pepadun dan Peminggir. Kedua adat yang memiliki kekhasan tersendiri sama‑sama merasa paling layak merepresentasikan Lampung. Tari sigeh pengunten merupakan sintesis dari dua indentitas kebudayaan yang ada di Lampung. Tari ini menyerap gerak tarian baik dari adat Pepadun maupun adat Peminggir menjadi satu kesatuan yang harmonis dan dapat diterima masyarakat luas.
     Busana
          Busana yang dipergunakan oleh tari sigeh pengunten yang merupakan unsur asli dari penari Sembah ini berupa Sesapur yaitu baju kurung bewarna putih atau baju yang tidak berangkai pada sisinya namun pada sisi bagian bawah terdapat hiasan berbentuk koin berwarna perak atau emas yang digantung secara berangkai (rumbai ringgit). Sedangkan busana yang digunakan sebagai bawahan adalah kain tapis. Kain tapis adalah kain tenun tradisional lampung yang terbuat dari bahan katun bersulam emas dengan motif tumpal atau pucuk rebung.
          Kain tapis bermotif sepeti ini biasanya disebut dengan nama kain tapis Dewasana (Dewo sanaw). Selain busana, ada beberapa aksesoris yang dipergunakan oleh para penari tari sigeh pengunten. Aksesoris yang dipergunakan antara lain :
1.      Mahkota siger Pending, yaitu ikat pinggang dari uang ringgit Belanda dengan gambar ratu Wihelmina di bagian atas.
2.      Bulu serti, yaitu ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru berlapis kain merah. Bagian atas ikat pinggang ini dijaitkan kuningan yang digunting berbentuk bulat dan bertahtakan hiasan berupa bulatan kecil‑kecil. Ikat pinggang bulu serti dikenakan diatas pending.
3.      Mulan temanggal, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk seperti tanduk tanpa motif yang digantungkan di leher sebatas dada.
4.      Dinar, yaitu mata uang Arab dari emas yang diberi peniti dan digantungkan pada sesapur,tepatnya di bagian atas perut.
5.      Buah jukum, yaitu hiasan berbentuk buah‑buah kecil di atas kain yang dirangkai menjadiuntaian bunga dengan benang dan dijadikan kalung panjang yang dipakai melingkar mulai dari bahu ke bagian perut sampai ke belakang.
6.      Gelang burung, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk burung bersayap yang diatasnya direkatkan bebe yaitu kain halus yang berlubang‑lubang. Gelang burung ini diikatkan pada lengan kiri dan kanan, tepatnya di bawah bahu.
7.      Gelang kana adalah sebuah gelang yang terbuat dari kuningan berukir dan gelang Arab, yang dikenakan bersama‑sama di lengan atas dan bawah.
8.      Tanggai adalah hiasan yang berbentuk seperti kuku berwarna keemasan terbuat dari bahan kuningan yang dikenakan di jari penari.
2. Tari Cangget
          Tarian Cangget merupakan Tarian yang menggambarkan pergaulan yang dilakukan oleh muda mudi untuk mencari jodoh. Waktu Tari Cangget ditarikan biasanya para orang tua memperhatikan dan menilai gerak‑gerik mereka dalam membawakan tarian ini. Kegiatan seperti ini oleh masyarakat Lampung disebut dengan nindai.
          Tujuannya pun tidak hanya sekedar melihat gerak‑gerik pemuda atau pemudi saat sedang menarikan Tari Cangget, melainkan juga untuk melihat kehalusan budi, ketangkasan dan keindahan ketika mereka berdandan dan mengenakan pakaian adat Lampung.
     Macam‑macam Tari Cangget
          Tarian cangget yang menjadi ciri khas orang Lampung ini sebenarnya terdiri dari beberapa macam, yaitu:
1.      Cengget Nyambuk Temui, adalah tarian yang dibawakan oleh para pemuda dan pemudi dalam upacara menyambut tamu agung yang berkunjung ke daerahnya.
2.      Cangget Bakha, adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi pada saat bulat purnama atau setelah selesai panen (pada saat upacara panen raya).
3.      Cangget Penganggik, adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi saat mereka menerima anggota baru. Yang dimaksud sebagai anggota baru adalah pada pemuda dan atau pemudi yang telah berubah statusnya dari kanak‑kanak menjadi dewasa. Perubahan status ini terjadi setelah mereka melalukan upacara busepei (kikir gigi).
4.      Cangget Pilangan, adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat mereka melepas salah seorang anggotanya yang akan menikah dan pergi ke luar dari desa, mengikuti isteri atau suaminya.
5.      Cangget Agung adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat ada upacara adat pengangkatan seseorang menjadi Kepala Adat (Cacak Pepadun). Pada saat upacara pengangkatan ini, apabila Si Kepala Adat mempunyai seorang anak gadis, maka gadis tersebut akan diikutsertakan dalam tarian cangget agung dan setelah itu ia pun akan dianugerahi gelar Inten, ujian, Indoman atau Dalom Batin.
     Gerakan Tari Cangget
          Walau tarian cangget terdiri dari beberapa macam, namun tarian ini pada dasarnya mempunyai gerakangerakan yang relatif sama, yaitu: (1) gerak sembah (sebagai pengungkapan rasa hormat); (2) gerakan knui melayang (lambang keagungan); (3) gerak igel (lambang keperkasaan); (4) gerak ngetir (lambang keteguhan dan kesucian hati; (5) gerak rebah pohon (lambang kelembutan hati); (6) gerak jajak/pincak (lambang kesiagaan dalam menghadapi mara bahaya); dan (7) gerak knui tabang (lambang rasa percaya diri).
     Peralatan Tari Cangget
          Peralatan musik yang digunakan untuk mengiringi tari Canget diantaranya adalah:(1) canang lunik 8–12 buah; (2) bende sebuah; (3) gujeh sebuah; (4) gong 2 buah; (5) gendang sebuah; dan (6) pepetuk 2 buah.
     Busana Tari Cangget
          Busana yang dikenakan oleh penari perempuan adalah: (1) kain tapis; (2) kebaya panjang warna putih; (3) siger; (4) gelang burung; (5) gelang ruwi; (6) kalung papan jajar; (7) buah jarum; (8) bulu seratai; (9) tanggai; (10) peneken; (11) antin-anting; dan (12) kaos kaki warna putih.
          Sedangkan busana dan perlengkapan pada penari laki-laki adalah: (1) kain tipis setengah tiang; (2) bulu seratai; (3) ikat pandan; (4) jubah; dan (5) baju sebelah.
     Perlengkapan Tari Cangget
          Selain peralatan musik dan busana bagi penarinya, tarian ini juga menggunakan perlengkapan-perlengkapan pendukung lainnya, yaitu: (1) jepana (tandu usungan) yang dipakai pada saat mengantar dan menjemput tamu agung, sesepuh adat ataupun puteri kepala adat dan kutamara; (2) tombak dan keris, dipakai pada saat tari igel; (3) talam emas, dipakai untuk landasan menurunkan serta menaikkan para sesepuh atau tetua adat dari Jepana memasuki Sesat Agung ataupun sebaliknya; (4) Payung adat yang warna putih (lambang kesucian) dan warna kuning (lambang keagungan).
3. Tari Bedana
          Tarian Bedana merupakan tarian muda mudi yang dilakukan atas kegembiraan yang dipentaskan di daerah Lampung. Tari bedana yang diyakini bernapaskan agama Islam merupakan tari tradisional, mencerminkan tata kehidupan masyarakat Lampung yang ramah dan terbuka sebagai simbol persahabatan dan pergaulan.
4. Tari Melinting
          Tari Melinting merupakan Tarian yang menjadi aset Bandar Lampung sejak dahulu kala yang merupakan peninggalan dari Ratu Melinting. Keagungan Ratu Melinting yang tersohor pada jaman itu. Dimana para penarinya hanya sebatas putera dan puteri Ratu Melinting yang di pentaskan di Balai Adat. Pada waktu dulu Tarian Melinting hanya dilakukan dilingkungan keraton atau keluarga, sekarang tarian ini dilakukan secara umum dan biasanya untuk penyambutan tamu.
a. Gerak
          Elemen gerak merupakan salah satu unsur pokok dalam tari. Gerak dalam tari terwujud setelah anggota-anggota badan manusia yang telah terbentuk digerakkan. Gerak merupakan substansi dari tari. Namun, tidak semua gerak bisa disebut sebagai tari. Hanya gerak yang sudah mengalami penggarapan, pemiliki makna dan nilai estetis, yang dapat disebut sebagai gerak tari.
          Menurut Lentuk geraknya terdapat dua jenis gerak, yaitu gerak murni dan gerak maknawi.
1.      Gerak murni adalah gerak yang digarap sekedar untuk mendapatkan bentuk artistic dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan sesuatu.
2.      Gerak maknawi adalah gerak yang mengandung arti yang jelas dan sudah mengalami setilisasi atau distorsi.
Gerak murni banyak digunakan dalam garapan tari yang non representasional, sedangkan gerakan maknawi banyak terdapat dalam garapan tari yang representasional, namun dengan tidak menutup kemungkinan masuknya gerak murni.
Gerak dalam tari Melinting adalah gerak gerak maknawi, yaitu setiap gerakan mempunyai maksud atau makna. Pada adegan pembukaan, makna gerak adalah bahwa putra dan putri punyimbang melakukan penghormatan kepada para punyimbang/tamu agung. Pada adegan kugawo Ratu, makna gerak adalah melambangkan keperkasaan putra putri punyimbang. Pada adegan knui melayang, keagungan dan kelemah lembutan punyimbang ungkapan keleluasaan berpendapat/bersikap. Pada adegan penutup, makna gerak adalah bahwa putra putrid punyimbang penghormatan pada punyimbang.
          Gerakan yang dipakai pada tari Melinting dibedakan antara gerakan penari putra dan putrid meliputi : babar kipas, jong sumbah, sukhung, sekapan balik palau, kenui melayang nyiduk, salaman, suali, niti batang, luncat kijang, dan lapah ayun.
          Gerak penari putri meliputi babar kipas, jong sumbah, sukhung, sekapan, timbangan/ terpipih mabel melayang, ngiyau bias, nginjak lado, nginjak tahi manuk, lapah ayun.
       b. Iringan Musik
          Elemen iringan (musik) dalam tari bukan hanya sekedar iringan, karena musik merupakan patner yang tidak dapat ditinggalkan.
          Oleh karena itu musik yang dipegunakan untuk mengiringi tari harus digarap betul-betul sesuai dengan garapan tarinya. Dalam hubungannya dengan seni tari, pada umunya iringan berfungsi sebagai penguat atau pembentuk suasana. Iringan dibagi dua macam, yaitu musik internal dan musik eksternal. Musik internal adalah musik yang bersumber dari diri penari, misalnya suara yang ditimbulkan dari tepukkan tangan, vokal penari, dan hentakan kaki penari. Sedankan musik eksternal adalah musik yang berasal dari alat musik instrumental, misalnya piano, gitar dan gamelan.
          Fungsi musik ada tiga, yaitu (1) sebagai pengiring, (2) pemberi suasana, dan (3)ilustrasi. Sebagai pengiring tari, bearti peranan musik hanya mengiringi atau menunjang penampilan tari. Fungsi musik sebagai pemberi suasana berarti musik dipakai untuk membantu suasana adegan dalam tari. Sedangkan fungsi musik ilustrasi hanya berfungsi sebagai pengiring.
          Iringan pada tari Melinting adalah iringan atau musik eksternal nama seperangkat instrument yang digunakan adalan kalo bala (kelittang). Jenis tabuhan yang digunakan adalah tabuh harus pada adegan penbukaan, tabuh cetik pada adegan punggawo ratu, tabuh kedangdung pada adegan mulai batangan, tabuh kedangdung pada adegan knui melayang, dan tabuh arus pada adegan penutup.
     Busana
          Busana yang digunakan penari adalah siger bercadar bunga pandan Subang, kalung buah jukum, gelang kano, bulu seretei, gelang rui sesapurhanda, tapis, dan jungsarat. Adapun busana penari putra adalah kopiah emas, kembang melur bunga pandan, buah jukum, jungsarat, papan jajar, bulu seretei, sesapur handap, injang tuppal, celana reluk belanga, lengan tanpa aksesoris, dan telapak kaki tanpa alas dan kaos kaki.
5. Tari Merak
          Tari Merak banyak dipentaskan di seluruh Indonesia bahkan ada beberapa provinsi juga memiliki Tari Merak.
          Begitu juga dengan lampung memiliki tarian merak yang berfungsi untuk penyambutan gelar. sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang serba indah. Tarian ini melambangkan keluhuran budi dan susila rakyat Lampung.

              2.1.11 Upacara Adat
1. Upacara Adat Perkawinan Lampung
         Masyarakat Lampung memiliki tradisi yang unik dalam permasalahan perkawinan. Tradisi tersebut tidak hanya pada resepsi perhelatan perkawinan saja, tapi merupakan sistem perkawinan secara keselutuhan. Dalam hal perkawinan yang telah diteradatkan di Paksi Bejalan Di Way Sekala Bekhak ada 4 jenis Status Perkawinan, yaitu:
a.    Djujor (nyakak/matudau)
         Djujor adalah dimana Muli (gadis) yang diambil oleh Mekhanai (bujang) untuk menjadi istrinya, maka sang Mekhanai dan keluarganya harus menyerahkan/membayar Uang Adat (Bandi Lunik) kepada ahli / wali si Muli berdasarkan permintaan dari ahli keluarga si Muli.
         Sedangkan permintaaan si Muli kepada sang Mekhanai disebut Kiluan juga harus dibayar/dipenuhi oleh sang Mekhanai Kiluan yang menjadi hak si Muli. Dalam Pelaksanaanya sistem Nyakak atau Matudau ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
         Cara Sabambangan : Cara ini si Muli dilarikan oleh mekhanai dari rumahnya dibawa rumah adat atau rumah si bujang. Biasanya pertama kali sampai si gadis ditempat sibujang dinaikan kerumah kepala adat atau jukhagan baru di bawa pulang ke rumahnya oleh keluarga si bujang. Ciri bahwa si gadis nyakak/mentudau si gadis meletakkan surat yangisinya memberitahu orang tuanya kepergiannya Nyakak atau mentudau dengan seorang bujang (dituliskan namanya), keluarganya, kepenyimbangannya serta untuk menjadi istri keberapa, selain itu meninggalakan uang pengepik atau pengluah yang tidak ditentukan besarnya, hanya kadang-kadang besarnya uang pengepik dijadikan ukuran untuk menentukan ukuran uang jujur (bandi lunik). Surat dan uang diletakkan di tempat tersembunyi oleh si gadis. Setelah gadis sampai di tempat keluarga si bujang, kepala adat pihak si bujang memerintahkan orang-orang adat yang sudah menjadi tugasnya untuk memberi kabar secara resmi kepada pihak keluarga si gadis bahwa anak gadisnya yang hilang telah berada di kelurga mereka dengan tujuan untuk dipersuntung oleh salah satu bujang anggota mereka. Mereka yang memberitahu ini membawa tanda-tanda mengaku salah bersalah ada yang menyerahkan Kris, Badik dan ada juga dengan tanda mengajak pesahabatan (Ngangasan, Rokok, Gula, Kelapa,dsb) acara ini disebut Ngebeni Pandai atau Ngebekhi tahu. Sesudah itu berarti terbuka luang untuk mengadakan perundingan secara adat guna menyelesaikan kedua pasangan itu. Segala ketentuan adat dilaksankan sampai ditemukan titik kemufakatan, kewajiban, pihak bujang pula membayar uang penggalang sila ke pihak adat si gadis.
         Cara tekahang (sakicik Betik) : cara ini dilakukan terang-terangan. Keluarga bujang melamar langsung si gadis setelah mendapat laporan dari pihak bujang bahwa dia dan si gadis saling setuju untuk mendirikan rumah tangga pertemuan lamaran antara pihak bujang dan si gadis apabila telah mendapat kecocokan menentukan tanggal pernikahan tempat pernikahan uang djujor, uang pengeni jama hulun tuha bandi balak (Mas Kawin), bagaimana caranya penjemputan, kapan di jempu dan lain-lain. Yang berhungan dengan kelancaran upacara pernikahan. Biasanya saat menjemput pihak keluarga lelaki menjemput dan si gadis mengantar. Setelah sampai ditempat sibujang, pengantin putri dinaikan kerumah kepala adat/ jukhagan, baru di bawa pulang ketempat si bujang. Sesudah itu dilangsungkan acara keramaian yang sudah dirancanakan. Dalam system kawin tekhang ini uang pengepik, surat pemberian dan ngebekhitahu tidak ada, yang penting diingat dalam system dalam nyakak atau mentudau kewajiban pihak pengantin pria adalah :
1. Mengeluarkan uang jujur (bandi Lunik) yang diberitahukan kepada pihak pengantin wanita.
2. Pengantin membayar kontan mas kawin mahar (Bandi Balak). Kepada si gadis yang sesuai dengan kemufakatansi gadis dengan sibujang.keluarga pihak pria membayar uang penggalang sila”Kepada kelompok adat si gadis
3. Mengeluarkan Jajulang / Katil yang berisi kue-kue (24 macam kue adat) kepada keluarga si gadis jajulang/katil ini dahulu ada 3 buah yaitu : Katil penetuh Bukha Katil Gukhu Ngaji Katil Kuakha Sekarang keadaan ekonomi yang susah katil cukup satu.
4. Ajang yaitu nasi dangan lauk pauknya sebagai kawan katil. Memberi gelar/Adok kepada kedua pengantin sesuai dengan strata pengantin pria, sedangkan dari pihak gadis memberi barang berupa pakaian, alat tidur, alat dapur, alat kosmetik, dan lain sebagainya. Barang ini disebut sesan atau benatok, Benatok ini dapat diserahkan pada saat manjau pedom sedangkan pada system sebambangan dibawa pada saat menjemput, pada system tekhang kadang-kadang dibawa belakangan.
b.    Cambokh Sumbay / Semanda Lepas
         Sistem perkawinan Cambokh Sumbay disebut juga Perkawianan semanda, yang sebenarnya adalah bentuk perkawinan yang calo suami calon suami tidak mengeluarkan jujur (Bandi lunik) kepada pihak isteri, sang pria setelah melaksanakan akad nikah melepaskan hak dan tanggung jawabnya terhadap keluarganya sendiri dia bertanggung jawab dan berkewajiban mengurus dan melaksankan tugas-tugas di pihak isteri. Hal ini sesuai dengan apa yang di kemukakan Prof. Hi. Hilman Hadi kusuma, :
         Perkawinan semanda adalah bentuk perkawinan tanpa membayar jujur dari pihak pria kepad pihak wanita, setelah perkawinan harus menetap dipihak kerabat istri atau bertanggung jawab meneruskan keturunan wanita di pihak isteri” (Prof. Hi. Hilman Hadi kusuma,1990:82)
         Di masyarakat Lampung saibatin kawin semanda (Cambokh Sumbay) ini ada beberapa macam sesuai dengan perjanjian sewaktu akad nikah antara calon suami dan calon isteri atau pihak keluarga pengantin wanita.
         Dalam perkawinan semanda/ Cambokh sumbay yang perlu diingat adalah pihak isteri harus mengeluarkan pemberian kepada pihak keluarga pria berupa :
1. Memberikan Katil atau Jajulang kepada pihak pengantin pria
2. Ajang dengan lauk pauknya sebagai kawan katil.
3. Memberikan seperangkat pakaian untuk pengantin pria.
4. Memberi gelar/adok sesuai dengan strata pengantin wanita.
     Sedangkan Bandi lunik atau jujur tidak ada sedangkan Bandi Balak atau maskawin dapat tidak kontan (Hutang). Pelunasannya setelah sang suami mampu membayarnya. Termasuk uang penggalang Silapun tidak ada, selain dari kedua system perkawinan diatas ada satu system perkawinan yang banyak dilakukan oleh banyak orang pada era sekarang. Akan tetapi bukan yang diakui oleh adat justru menentang atau berlawanan dengan adat system ini adalah “Sistem Kawin Lari atau kawin Mid Naib” Sistem perkawinan ini maksudnya adalah lari menghindari adat, “lari” dimaksud disini tidak sama dengan Sebambangan, Karena sebambangan lari di bawa ke badan hokum adat atau penyimbang, sedangkan kawin lari ini adalah si gadis melarikan bujang ke badan huku agama islam yaitu Naib (KUA) untuk meminta di nikahkan, masalh adat tidak disinggung-singgung, penyelesaian kawin seperti ini tidak ada yang bertanggung jawab secara adat, sebab kadang-kadang keluarga tidak tahu menahu, penyelesaian secara adat biasanya setelah akad nikah berlangsung apabila kedua belah pihak ada kecocokan masalah adatnya, antara siapa yang berhak anatara keduanya perempuan Nyakak/mentudau atau sang pria Cambokh Sumbay /Semanda.
         Kawin lari seperti ini sering dilakukan karena antara kedua belah pihak tidak ada kecocokan dikarnakan beberapa hal diantaranya :
         Sang bujang belum mampu untuk berkeluarga sedangkan si gadis mendesak harus di nikahkan secepatnya karena ada hal yang memberatkan si gadis. Kawin lari semacam ini dilakukan karena keterbatasan biaya, apabila perkawinan ini dilakukan secara adat atau dapat pula di simpulkan untuk menghemat biaya.
         Macam-macam sistem perkawinan Cambokh Sumbay/Semanda :
1. Cambokh Sumabay Mati manuk Mati Tungu, Lepas Tegi Lepas Asakh. Cambokh Sumbay seperti ini merupakan cambokh sumbay yang murni karena sang pria datang hanya membawa pakaian saja, segala biaya pernikahan ditanggung oleh si gadis, anak keturunan dan harta perolehan bersama milik isteri sang pria hanya membantu saja, apabila terjadi perceraian maka semua anak, harta perolehan bersama milik sang isteri, suami tidak dapat apa.
2. Cambokh Sumbay Ikhing Beli, cara semacam ini dilakukan karena sang bujang tidak mampu membayar jujur (bandi lunik) yang diminta sang gadis, pada hal sang bujang telah melarikan sang gadis secara nyakak mentudau, selama sang bujang belum mampu membayar jujur (bandi lunik) dinyatakan belum bebas dari cambokh Sumabay yang dilakukannya. Apabila sang bujang sudah membayar jujur (bandi lunik) barulah dilakukan acara adat dipihak sang bujang.
3. Cambokh Sumbay Ngebabang, bentuk ini dilakukan karena sebenarnya keluarga si gadis tidak akan mengambil bujang. Atau tidak akan memasukkan orang lain ke dalam keluarga adat mereka, akan tetapi karena terpaksa sementara masih ada keberatan –keberatan untuk melepas si gadis Nyakak atau mentudau ketempat orang lain, maka diadakan perundingan cambokh sumbay Ngebabang, cambokh Sumaby ini bersyarat, umpanya batas waktu cambokh sumbay berakhir setelah yang menjadi keberatan pihak si gadis berakhir, contoh : Seorang gadis anak tertua, ibunya sudah tiada bapaknya kawin lagi, sedangkan adik laki yang akan mewarisi tahta masih kecil, maka gadis tersebut mengambil bujang dengan cara Cambokh Sumabay Ngebabang, berakhirnya masa cambokh sumbay ini setelah adik laki-laki tadi berkeluarga.
4. Cambokh Sumbay Tunggang Putawok atau Sai Iwa khua Penyesuk, Cara semacam ini dikarenakan antara pihak keluarga sang bujang dan sang wanita merasa keberatan untuk melepaskan anak mereka masing-masing.
        Sedangkan perkawinan ini tidak dapat di hindarkan, maka dilakukan permusyawaratan dengan sistem Cambokh sumbay Say Iwa khua penyesuk cambokh sumabi ini berarti “ Sang pria bertanggung jawab pada keluarga isteri dengan tidak melepaskan tanggung jawab pada keluarganya sendiri, demikian pula halnya dengan sang gadis, kadang kala sang wanita menetap di tempat sang suami.
5. Cambokh Sumbay Khaja Kaja, ini merupakan bentuk yang paling unik diantara cambokh sumabay lainnya karena menurut adat Lampung Saibatin, Raja tidak boleh Cambokh Sumbay, ini terjadi Cambokh Sumbay karena seorang anak tua yang harus mewarisi tahta keluarganya Cambokh Sumbay kepada Seorang Gadis yang juga kuat kedudukan dalam adatnya, dan Sang Gadis tidak akan di izinkan untuk pergi ketempat orang lain.
                 Untuk wadah dan sarana makanan dalam pesta perkawinan dapat lampung sai batin penulis belum bisa menyelesaikannya karena narasumber (Raja Perbasa – Kedondong Kab. Pesawaran) sudah meninggal dunia pada saat penulis belum selesai menuliskan artikel ini dan penulis belum mendapatkan sumber-sumber yang lebih akurat.
2.    Upacara Nayuh/Tayuhan
         Nayuh adalah saat acara adat atau perayaan yang dilaksanakan oleh keluarga besar. Selain Pernikahan, Tayuhan juga dihelat saat khitanan anak, mendirikan rumah, pesta panen dan Nettah Adoq. Sebelum dilaksanakan Tayuhan dan Pangan maka lebih dahulu dilaksanakan rapat keluarga atau rapat adat yang membahas tentang Tayuhan yang dinamakan Himpun.
         Pada saat Nayuh inilah baru dipertunjukkan penggunaan perangkat serta alat-alat adat berupa piranti adat di atas [di lamban] maupun piranti adat di bah [arak arakan] yang pemakaiannya disesuaikan dengan ketentuan adat yang belaku.
         Penggunaan Piranti ini disesuaikan dengan status Adoq atau Gelar Adat yang disandang. Untuk persiapan Nayuh biasanya Keluarga besar akan memikul bersama kebutuhan bersama si empunya Tayuhan yaitu dalam menyiapkan peralatan dan bahan bahan yang diperlukan. Bahan-bahan yang dimaksud seperti:
a)      Tandang Bulung
b)      Kecambai
c)      Nyani Buwak
d)     Nyekhallai Siwok
e)      Khambak Bebukha
f)       Begulai
         Selain hal tersebut diatas, Keluarga besar dan khalayak dari pihak Baya maupun Kuakhi juga memberikan bantuan berupa bahan bahan mentah yang disebut juga Setukhuk atau berupa bahan makanan yang sudah dimasak dan siap hidang yang disebut Ngejappang.


3. Upacara Gawi
         Setiap daerah memiliki tradisi, dan setiap tradisi pasti menyisakan ceritanya sendiri. Upacara perayaan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tak terkecuali di Lampung. Upacara Adat Lampung untuk merayakan ritual kehidupan, baik merayakan kelahiran, menjelang pernikahan atau momen lainnya dalam kehidupan. Salah satu tujuan dari upacara adat ini adalah sebagai bentuk syukur atas segala nikmat dari Yang Kuasa.
         Upacara Gawi biasanya digelar masyarakat yang mempunyai ekonomi yang sudah mapan karena membutuhkan biaya yang cukup banyak.
4. Upacara Kelahiran Lampung
         Upacara jenis ini dilaksanakan sesuai dengan kehidupan sehari hari dalam setiap transformasi kehidupan, sejak seseorang dalam kandungan sampai akhir hayat seseorang.
a. Masa Kehamilan
     Kukhuk Limau/Belangekh
  Upacara ini dilaksanakan saat masa kehamilan berumur lima bulan.
     Ngekhuang Kaminduan
  Upacara ini dilaksanakan saat masa kehamilan berumur lima bulan.

b. Masa Kelahiran
     Teppuk Pusokh/Salai Tabui/Salin Khah/Nyilih Dakhah
  Upacara ini dilaksanakan setelah kelahiran bayi umur sehari, caranya adalah dengan membersihkan dan menanam ari-ari sang bayi.
     Betebus
Upacara ini dilaksanakan saat bayi berumur tujuh hari, dimaksudkan untuk mendoakan bayi dan menebus bayi dari dukun bersalin yang telah merawat bayi dari kandungan sampai membantu kelahirannya.
     Becukokh
Upacara ini dilaksanakan saat bayi berumur empat puluh hari yaitu mencukur rambut bayi untuk pertama kalinya dan dalam acara ini juga dilaksanakan Aqiqahan.
     Ngekuk/Ngebuyu/Mahau Manuk
Upacara ini dilaksanakan saat bayi berusia tiga bulan disaat bayi telah diberi makanan tambahan.
c. Masa Kanak Kanak
     Besunat
  Dikenal juga istilah mandi pagi, khitanan bagi anak laki laki
     Ngantak Sanak Ngaji
  Dilaksanakan saat seorang anak mulai belajar mengaji

d. Masa Dewasa
     Kukhuk Mekhanai
  Saat dimana seorang remaja pria telah memasuki masa akil balikh
     Nyakakko Akkos
  Upacara ini dilakukan bagi remaja perempuan, dalam kesempatan ini juga dilakukan acara busepi yaitu meratakan gigi dengan menggunakan asahan yang halus.
     Nettah Adoq/Cakak Pepadun
     Cakak Pepadun dilaksanakan pada saat Pernikahan Sultan [Tayuh Saibatin], dalam upacara ini juga ditahbiskan Gelar Adat seseorang [Nettah Adoq]. Namun demikian Nettah Adoq dilakukan dalam setiap pernikahan bukan hanya Tayuh Saibatin saja.

5. Upacara-Upacara yang Bersifat Sakral di Lampung
         Upacara jenis ini lebih berhubungan dengan kepercayaan, alur transendental dan aura mistis. Upacara dan Ritual jenis ini diantaranya:
     Upacara Ngebabali
     Upacara jenis ini dilaksanakan saat membuka huma atau perladangan baru disaat membersihkan lahan untuk ditanami atau pada saat mendirikan rumah dan kediaman yang baru atau juga untuk membersihkan tempat angker yang mempunyai aura gaib jahat.
     Upacara Ngambabekha
         Upacara ini dilaksanakan saat hendak Ngusi Pulan [membukahutan] untuk dijadikan Pemekonan [Perkampungan] dan perkebunan, karena diyakini Pulan Tuha [hutan rimba] memiliki penunggunya sendiri. Upacara ini dilakukan dimaksudkan untuk mengadakan perdamaian dan ungkapan selamat datang agar tidak saling mengganggu.

     Upacara Ngumbay Lawok
         Upacara ini adalah ungkapan syukur masyarakat pesisir atas hasil laut dan juga untuk memohon keselamatan kepada sang pencipta agar diberikan keselamatan saat melaut, dalam ritual ini dikorbankan kepala kerbau sebagai simbol pengorbanan dan ungkapan terimakasih kepada laut yang telah memberikan hasil lautnya kepada nelayan.
     Upacara Ngalahumakha
         Upacara ini dilaksanakan saat hendak menangkap ikan.
     Upacara Belimau
         Upacara ini dilaksanakan saat memasuki Puasa dibulan suci Ramadhan.
     Upacara Ngebala
         Upacara ini dilaksanakan tujuannya sebagai Tulak Bala agar tehindar dari musibah.

6.    Kematian dalam Suku Lampung Saibathin dan Lampung Pepadun
          Kematian dalam Masyarakat Lampung Saibathin
         Pada saat wafatnya seseorang, akan ada seorang yang ngekunan yaitu memberitahu keluarga, kerabat dan handai taulan tentang kabar meninggalnya almarhum agar segera datang untuk ninggam pudak [melayat] . Dalam situasi ini dibagilah tugas, ada yang melakukan bedah bumi [menggali liang lahat], ada yang memandikan jenazah, mengkafani, menyolatkan hingga menguburkan.
         Saat malam harinya diadakan bedu’a yaitu tahlilan hingga Niga Hari saat malam ketiga dilanjutkan Mitu Bingi pada malam ketujuh, Ngepakpuluh saat hari keempat puluh dan Nyekhatus saat seratus hari wafatnya almarhum.
         Kematian dalam Masyarakat Lampung Pepadun
     Upacara adat pada saat kematian di masyarakat lampung pepadun antara lain :
a.       Tahlilan :mendo’akan orang yang sudah meninggal
b.      Negou : memperingati hari ketiga meninggalnya seseorang 3.
c.       Mitew : memperingati hari ketujuh meninggalnya seseorang 4.
d.      Pak Puluh : memperingati 40 hari meninggalnya seseorang 5.
e.       Nyegatus : memperingati 100 hari meninggalnya seseorang 6.
f.       Nahun : memperingati setahun meninggalnya seseorang 7.
g.      Nyeghibu : memperingati 1000 hari meninggalnya seseorang.



Kata Penutup
             
              Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah tugas proyek ini. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Dan mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat yang tidak jelas, mengerti, dan lugas karena kurangnya pengetahuan dan rujukan atau referensi yang berhubungan dengan judul makalah tugas proyek ini.
              Sekian dan terima kasih.

              Wassalamu’alaikum wr. wb.

Komentar